Pagi itu Ayana dengan cekatannya membantu Bik Darmi di dapur. Dia benar-benar melakukan apa yang diperintahkan padanya oleh Rafael yang kini sudah berstatus menjadi suaminya.
Tadinya Bik Darmi menolak bantuan dari Ayana karena dia bisa mengerjakannya sendiri seperti biasanya sebelum adanya Ayana di rumah itu. Bukannya Bik Darmi merasa terganggu, tapi sebaliknya, dia merasa jika Ayana sangat membantunya.
Hampir semua pekerjaan Bik Darmi dikerjakan oleh Ayana pagi itu, sehingga Bik Darmi merasa tidak enak dan sungkan karena menyusahkan Ayana.
“Sudahlah Neng, biar Bibik saja yang mengerjakannya. Bukannya Neng Ayana akan berangkat kuliah?” ucap Bik Darmi sambil menarik sapu yang ada di tangan Ayana.
“Kok Bibik tau?” tanya Ayana dengan wajah polosnya.
Bik Darmi tersenyum dan dia menatap Ayana dengan tatapan lembutnya. Kemudian dia berkata,
“Tuan Muda Rafael kan juga sudah mulai kuliah hari ini.”
Sontak saja dahi Ayana mengernyit mendengar Bik Darmi yang memanggil Rafael dengan sebutan Tuan.
“Tuan Muda Rafael?” celetuk Ayana tanpa sadar.
Seketika Bik Darmi tersadar jika dia telah keceplosan memanggil Rafael dengan sebutan tuan muda. Dan kini dia terlihat panik mencari alasan untuk diberikan pada Ayana.
Tapi beberapa detik kemudian Ayana teringat jika Rafael mengatakan dirinya sudah dianggap seperti anak sendiri oleh majikannya sendiri. Kemudian dia tersenyum manis pada Bik Darmi dan berkata,
“Saya belum masuk hari ini Bik. Tapi saya memang akan pergi ke kampus hari ini untuk mengurus sesuatu.”
“Sarapannya sudah siap Bik?”
Tiba-tiba terdengar suara Rafael yang turun dari tangga dan berjalan ke arah meja makan sambil memainkan ponselnya.
Mata Ayana dan Bik Darmi beralih memandang ke arah Rafael berada. Terlihat jelas Rafael yang sudah berpakaian rapi dan terlihat sangat tampan hingga mempesona mata Ayana ketika melihatnya.
“Sudah, Mas,” ucap Bik Darmi gugup sambil melirik ke arah Ayana.
Seketika Rafael mengernyitkan dahinya mendengar panggilan dari Bik Darmi yang terasa aneh di telinganya. Dia berhenti berjalan dan mengalihkan perhatiannya dari ponselnya menuju Bik Darmi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Senyum tipis terukir di bibirnya ketika dia melihat Ayana yang berdiri di dekat Bik Darmi. Kini dia mengerti alasan bik Darmi memanggilnya dengan sebutan mas.
Setelah itu dia berjalan kembali menuju meja makan untuk segera sarapan seperti biasanya. Bik Darmi segera berjalan ke arah meja makan untuk memberikan susu UHT vanilla yang biasanya diminum oleh Rafael.
Ayana tidak hanya tinggal diam, dia pun berjalan mengikuti bik Darmi menuju meja makan. Sesampainya di sana, Ayana mengambil alih piring Rafael dan mengambilkan nasi putih beserta lauknya. Dia sudah tahu porsi makan suaminya setelah kemarin mereka makan di sebuah warung makan yang ada di pinggir jalan ketika dalam perjalanan menuju rumahnya di kota.
Sontak saja Rafael sangat kaget melihat bentuk perhatian dari Ayana seperti yang biasanya dilakukan oleh mamanya pada papanya.
Apa dia benar-benar menganggapku sebagai suaminya? Lihat ini semua, dia memperlakukan aku seperti seorang istri yang meladeni suaminya ketika sedang makan, Rafael berkata dalam hatinya.
Bik Darmi tersenyum melihat Ayana yang meladeni Rafael dengan telaten. Dari situlah Bik Darmi yakin jika ada sesuatu antara Rafael dengan Ayana.
Bik Darmi mengira jika tuan mudanya itu menyamar sebagai seorang sopir untuk mendapatkan hati gadis desa yang cantik, pintar dan polos seperti Ayana.
Setelah mengambilkan makanan untuk Rafael, Ayana segera berjalan pergi ke arah dapur untuk membereskan dapur sebelum dia membersihkan badannya.
Rafael tidak melarangnya, dia masih sibuk memikirkan sikap Ayana padanya. Dia merasa sangat bersalah karena mempermainkan hati dan perasaan gadis yang tulus padanya.
Dia sadar jika semua yang menimpa mereka saat ini bukan semua salah Ayana. Bahkan dia sadar jika dirinyalah yang bersalah. Hanya saja dia tidak terima jika dia harus menikah dengan Ayana.
Dia menyalahkan Ayana karena jika tidak ada Ayana di tempat itu pada saat itu terjadi, maka mereka tidak akan perlu dipaksa menikah oleh warga setempat pada saat itu juga.
Bik Darmi mengikuti Ayana yang berniat untuk menghentikan langkahnya. Sayangnya, langkah kaki Bik Darmi tidak selebar Ayana, sehingga dia tidak bisa menyusulnya.
Sedangkan dia juga tidak bisa memanggil Ayana di hadapan Rafael karena takut tuan mudanya itu akan memarahinya jika dia mengetahui bik Darmi banyak mencari tahu pada Ayana.
“Neng, kenapa Neng Ayana tidak menemani Tuan eh Mas Rafael makan di meja makan?” tanya bik Darmi lirih karena takut terdengar oleh Rafael.
Ayana tersenyum pada bik Darmi yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Dia teringat akan ibunya ketika memasak bersama dengan bik Darmi.
Mereka sangat akrab dan kadang bercanda, hal itulah yang membuat Ayana rindu akan ibunya sehingga dia menganggap bik Darmi seperti ibunya sendiri, untuk mengobati rasa rindunya pada ibunya.
“Bukankah di meja makan hanya untuk majikan kita makan Bik? Tidak sopan jika kita makan di meja makan ketika majikan kita tidak berada di rumah,” jawab Ayana sambil tersenyum manis pada bik Darmi.
Bik Darmi pun mengulas senyumnya mendengar perkataan dari Ayana. Dia melihat ketulusan dan kejujuran dari mata dan senyum gadis cantik yang ada di hadapannya itu.
“Kamu baik sekali Neng. Kamu itu paket komplit. Sudah cantik, pintar, rajin, bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dan yang terpenting Neng Ayana jujur dan tulus,” tutur bik Darmi sambil mengusap pundak Ayana dengan lembut.
Ternyata dibalik tembok yang memisahkan ruang makan dengan dapur, Rafael mendengar semuanya. Tadinya dia akan mengambil air putih yang sudah habis diminumnya. Tapi, dia malah mendengar percakapan Ayana dengan bik Darmi yang membuatnya semakin merasa bersalah pada istrinya yang berasal dari desa.
Diurungkannya keinginan untuk mengambil air minum. Dia segera kembali ke meja makan dan berpura-pura tidak mendengar apa pun dari dapur.
“Bik… tolong ambilkan saya air putih,” seru Rafael di sela kunyahan makannya.
Dengan segera bik Darmi mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum dingin kesukaan Rafael. Ayana menghela nafasnya mendengar seruan dari suaminya yang dengan seenaknya menyuruh bik Darmi untuk meladeninya mengambilkannya minum.
“Biar saya saja Bik,” ucap Ayana sambil meraih gelas yang ada di tangan bik Darmi.
Kini gelas tersebut sudah diambil alih oleh Ayana. Dia segera membawa gelas tersebut untuk diberikan pada Rafael.
“Ini minumannya,” ucap Ayana yang terdengar sedang kesal di telinga Rafael.
Seketika Rafael menoleh ke arah Ayana yang ada di sampingnya. Dia sempat terkejut ketika melihat bukan bik Darmi yang membawa minuman itu, melainkan istrinya yang terlihat kesal memberikan minuman padanya. Dia tersenyum pada istrinya sambil berkata,
“Terima kasih ya Ayana.”
Ayana terkejut mendengar suaminya yang memanggil namanya. Dari semenjak mereka bertemu, dia tidak pernah memanggil Ayana dengan namanya. Kini Ayana dua kali mendengar suaminya itu memanggil namanya.
Yang pertama ketika suaminya itu mengikrarkan janji pernikahan mereka dan sekarang dia memanggilnya kembali dengan namanya setelah mengambilkannya minuman.
“Rafa, harusnya kamu bisa mengambil minuman sendiri. Jangan manja minta dilayani Bik Darmi. Kasihan Bik Darmi yang sedang sibuk harus menghentikan pekerjaannya hanya demi mengambilkan kamu minuman,” ucap Ayana dengan kesal pada suaminya yang kini menatap heran padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Shinta Teja
Miyuki?! siapa itu Thor?!
2023-03-27
0