Bab 2 Meninggalkan rumah

Dengan langkah beratnya Rafael berjalan mengikuti Ayana dan kedua orang tuanya menuju rumah mereka. Dia melihat sekelilingnya dan memandang takjub dengan pemandangan di sekitarnya.

Tidak hanya itu saja, matanya menyusuri tiap jalanan untuk mencari sosok sahabat-sahabatnya yang telah meninggalkannya setelah membuatnya berada dalam masalah.

Dasar sahabat-sahabat lucknut. Aku tidak akan memaafkan mereka semua jika memang mereka meninggalkanku sendiri di sini, Rafael mengumpat ketiga sahabatnya dalam hatinya.

Candra, Raka dan Farrel mengikuti Rafael dari jarak aman sehingga sahabatnya yang sedang kesal pada mereka itu tidak bisa mengetahuinya.

Sebenarnya mereka merasa sangat bersalah pada sahabatnya itu, hanya saja mereka tidak berani menebus kesalahan mereka saat ini juga.

Dan mereka akan menebusnya ketika mereka sudah kembali pulang ke kota untuk  mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi Rafael saat ini.

Tibalah mereka semua di rumah keluarga Ayana. Rafael memandang heran dengan bangunan rumah yang terkesan kuno dan tua. Bahkan dia tidak bisa membayangkan jika bangunan seperti itu bisa dijadikan tempat tinggal dan disebut sebagai rumah.

“Raka, Candra, beneran itu rumahnya perempuan itu?” tanya Farrel lirih sambil bersembunyi di balik pohon besar yang tidak jauh dari rumah Ayana.

“Istrinya Rafael tuh… bukan perempuan itu,” sahut Candra lirih sambil menoyor kepala Farrel.

“Terserah apa yang keluar dari mulutku. Kita kan belum tau namanya,” ucap Farrel membela dirinya.

“Ssssttt… kalian diamlah jika tidak ingin ketahuan. Tapi jika dilihat dengan seksama, perempuan itu manis, wajahnya gak ngebosenin. Dan yang terpenting… body nya Bro… gitar Spanyol,” ucap Raka sambil terkekeh lirih dan tangannya memperagakan bentuk gitar Spanyol.

Candra dan Farrel ikut terkekeh dan menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Raka yang memang benar adanya. Menurut mereka, Ayana memang seorang gadis desa yang sama sekali tidak terlihat seperti gadis desa. Bahkan penampilannya seperti gadis kota yang sedang berlibur ke desa.

“Eh apa laki-laki itu yang tadi dinikahkan dengan Ayana?” tanya seorang pemuda yang sedang berjalan berdua sambil melihat ke arah rumah Ayana.

“Sepertinya benar. Itu, dia sedang berada di teras rumah Ayana,” jawab pemuda yang sedang berjalan bersama pemuda yang bertanya tadi.

“Orang kota loh dia. Pantas saja Ayana mau sama dia. Pasti sebentar lagi Ayana akan pindah ke kota. Dan desa kita ini akan kehilangan bunga desanya,” ucap pemuda yang bertanya tadi.

“Semua pemuda desa pasti akan sedih dan sangat kehilangan Ayana. Lihat saja suaminya, ganteng banget loh,” sahut pemuda yang satunya lagi.

“Iya benar. Kalau kita ya gak mampu menyaingi laki-laki itu. Sudah, lebih baik kita menyerah saja,” ucap pemuda yang satunya lagi menimpali ucapan temannya.

“Ya memang kita harus mengalah. Mereka kan sudah menikah,” sahut pemuda yang satunya lagi.

Dan kedua pemuda tersebut terkekeh sambil berjalan meninggalkan jalanan tersebut. Sayangnya, percakapan kedua pemuda tadi terdengar jelas di telinga Candra, Raka dan Farrel, sehingga mereka tahu jika Ayana merupakan bunga desa dari tempat mereka berada saat ini.

“Ck, beruntung sekali Rafael bisa mendapatkan bunga desa. Mana bunga desanya benar-benar mekar dengan indahnya lagi. Aku kan jadi iri,” ucap Candra sambil melihat ke arah Rafael yang duduk di teras rumah Ayana dan terlihat sedang mengobrol serius dengan Ayana.

“Kenapa tadi gak mau menggantikan Rafael saja ketika disuruh menikahi perempuan tadi?” tanya Raka sambil menoyor kepala Candra.

“Ayana namanya Bro. Kalian dengar kan tadi, namanya A-ya-na,” Candra mengeja nama Ayana untuk mengingatkan pada kedua sahabatnya nama dari istri Rafael.

“Iya tau. Harusnya tadi kamu gantikan saja Rafael untuk menikahinya. Lagi pula pasti saat ini Rafael pusing memikirkan Ruby,” ucap Farrel yang merasa ikut pusing memikirkan nasib Rafael.

“Ya bukan dengan cara nikah paksa seperti tadi Bro. Lagi pula aku pasti akan diusir sama orang tuaku jika tiba-tiba pulang bawa istri,” ucap Candra sambil terkekeh.

“Eh… eh… lebih baik kita tunggu di mobil saja. Gak mungkin Rafael akan menginap di sini,” ucap Farrel sambil menarik tangan kedua sahabatnya.

Mereka pun berjalan dengan hati-hati agar Rafael yang sedang berbicara dengan serius bersama istrinya itu, tidak bisa mengetahui pergerakan mereka bertiga. Dan akhirnya mereka bertiga menunggu Rafael di dekat mobil milik Rafael yang mereka gunakan untuk pergi ke tempat tersebut.

“Ayana pergi dulu Pak, Bu. Doakan Ayana betah dan baik-baik saja tinggal di kota ya Bu, Pak,” ucap Ayana sambil mencium punggung tangan bapak dan ibunya secara bergantian untuk berpamitan pada mereka.

“Ibu sama Bapak pasti selalu mendoakanmu. Kami pasti akan ke sana mengunjungi kalian,” ucap Bu Anisa sambil mengusap air matanya yang menetes mengiringi kepergian anaknya ke kota.

“Kalian baik-baik ya berdua. Jangan bertengkar. Harus saling menyayangi dan harus jujur satu sama lain, agar rumah tangga kalian bisa tetap bahagia, seperti Bapak dan ibu,” tutur Pak Rahman sebelum melepaskan anak dan menantunya pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan berurai air mata, Ayana menganggukkan kepalanya menanggapi penuturan dari kedua orang tuanya. Setelah itu dia mengusap air matanya sambil berkata,

“Rafa, kamu gak nyium tangan Bapak dan Ibu untuk pamitan sama mereka?”

Rafael menatap Ayana dengan tatapan penuh tanya dan dalam hatinya dia berkata,

Untuk apa aku pamitan pada mereka?

Seolah Ayana mengetahui apa yang ditanyakan oleh suaminya melalui tatapan matanya, dia berkata,

“Bapak dan Ibuku sekarang sudah menjadi orang tuamu juga. Jadi hormati dia seperti kamu menghormati kedua orang tuamu.”

Ayana memang gadis cantik yang pintar dan juga berakhlak baik. Oleh karena itu, di desa itu dia sangat dikagumi oleh semua pemuda desa.

Dia tahu jika Rafael tidak begitu saja bisa menerimanya sebagai seorang istri, begitu pula dengan dirinya yang tidak bisa begitu saja bisa menerima Rafael menjadi suaminya.

Setidaknya dia menginginkan jika Rafael menghormati kedua orang tuanya seperti Rafael menghormati kedua orang tua kandungnya sendiri.

Entah mengapa Rafale menurut begitu saja dengan perintah Ayana. Dia mendekati kedua orang tua Ayana dan mencium punggung tangan mereka berdua secara bergantian.

Ayana tersenyum lega melihat suami dadakannya itu mau melakukan yang diperintahkannya setelah mereka berdua berbicara serius berdua di teras rumah Ayana.

Setelah itu mereka berdua berjalan beriringan tanpa sepatah kata pun menuju tempat Rafael memarkirkan mobilnya. Dalam benak Rafael sibuk memikirkan hubungannya dengan Ruby, kekasih hatinya yang dengan susah payah didapatkannya.

Sedangkan Ayana sibuk memikirkan apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Dia belum siap untuk menjadi seorang istri.

Selama ini dalam pikirannya hanya ingin menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan serta membahagiakan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu dia belajar dengan keras hingga bisa meraih posisi teratas di sekolahnya dan mendapatkan bea siswa di salah satu universitas ternama di kota.

Dari jauh Candra, Farrel dan Raka tersenyum senang melihat Rafael yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Dan mereka bertiga melakukan tos ala mereka dan bersiap menyambut kedatangan sahabat yang merupakan anggota terpenting dari geng mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!