Bab 4 Rumah mewah

Hah, sopir? Aku jadi istri seorang sopir di rumah besar ini? Ya Tuhan… begini amat ya hidupku? Huuufffttt… mau bagaimana lagi, kata Bapak ini sudah takdir. Mungkin jalan hidupku memang seperti ini. Yang terpenting sekarang aku harus bisa merubah nasibku sendiri. Aku akan tetap rajin belajar agar bea siswa milikku tetap bisa menjadi milikku sampai aku lulus nanti dan bisa meraih cita-citaku selama ini, Ayana berkata dalam hatinya sambil menghela nafasnya setelah Rafael mengatakan posisinya di rumah tersebut.

“Kamu tidurlah di kamar ini,” ucap Rafael sambil membuka pintu kamar tersebut.

Ayana pun menurut, dia masuk ke dalam kamar tersebut. Setelah itu Rafael menutup pintu kamar itu dan beranjak untuk berjalan menuju kamarnya.

“Rafa,” Ayana memanggil Rafael dengan posisi badan berada di tengah-tengah pintu kamarnya.

Rafael pun membalikkan badannya untuk menghadap ke arah istrinya. kemudian dia berkata,

“Ada apa?”

“Mmm… kamu tidur di mana?” tanya Ayana ragu dan terlihat malu.

Dahi Rafael mengernyit, dia heran mendengar pertanyaan dari Ayana yang berstatus sebagai istrinya. Kemudian dia memicingkan matanya pada Ayana sambil berkata,

“Kenapa hah? Kamu takut tidur sendirian?”

Rafael berjalan ke arah Ayana dan menariknya masuk ke dalam kamar tersebut. Kedua tangan kekar Rafael mengunci tubuh Ayana hingga dia tidak bisa berkutik.

“Jangan-jangan kamu mengajakku untuk tidur bersamamu ya?” tanya Rafael sambil menyeringai serta menatap intens manik mata istrinya.

Ayana memberontak. Tangannya memukul-mukul dada Rafael sambil berkata,

“Lepaskan! Aku tidak pernah mengatakan itu padamu! Bahkan aku tidak pernah sedikit pun memikirkan hal itu!”

Rafael menyeringai dan memajukan wajahnya hingga mendekati wajah Ayana. Kemudian dia berbisik di telinganya,

“Kamu pikir aku mau tidur denganmu? Bahkan aku tidak tertarik padamu.”

Setelah itu Rafael meninggalkan kamar tersebut dan berjalan cepat menuju kamarnya. Sedangkan Ayana, dia bertambah kesal pada Rafael yang menurutnya menghalangi masa depannya dengan pernikahan paksa yang mereka lakukan hari ini.

“Lihat saja, aku akan membuatmu menyesal mengatakan hal itu padaku,” ucap Ayana sambil meremas ujung bajunya untuk menyalurkan kekesalannya.

Di dalam kamar mandi, Rafael tersenyum bahagia mengingat wajah Ayana yang percaya akan semua kata-katanya. Dia pun berniat akan membuat Ayana menyingkir dari kehidupannya tanpa perlu susah payah mengusirnya.

Dengan segera dia keluar dari kamar mandi dan memakai pakaiannya. Setelah itu dia menuju kamar Bik Darmi yang ada di sebelah kamar Ayana.

Ternyata sebelum dia sampai di kamar Bik Darmi, dia bertemu Bik Darmi yang baru saja berada di dapur untuk mengambil minuman dan akan kembali masuk ke dalam kamarnya.

“Bik, saya mau bicara sebentar,” ucap Rafael sambil berjalan ke arah Bik Darmi.

Bik Darmi pun mendengarkan dengan seksama apa yang akan dikatakan oleh tuan mudanya. Dia tidak berkata apa pun dan hanya diam mendengarkan, karena Rafael tidak suka disela jika dia sedang berbicara.

“Di kamar sebelah kamar Bibik, ada seorang perempuan muda yang akan membantu Bibik mengerjakan pekerjaan rumah sepulang dia kuliah. Tapi, jika Bibik ingin meminta bantuannya di pagi hari, silahkan saja. Dia akan membantu Bibik kapan pun Bibik butuh bantuannya. Dan satu lagi Bik, jangan beri tahu dia bahwa saya anak dari pemilik rumah ini. Bilang saja saya sopir di sini dan Mama Papa sudah menganggapku seperti anak mereka sendiri. Mengerti?”

Rafael menyeringai setelah melihat Bik Darmi menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia mempersilahkan Bik Darmi untuk kembali ke kamarnya dengan memberi kode melalui tangannya yang mempersilahkan Bik Darmi untuk meninggalkannya.

Bik Darmi pun berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan membawa sebotol air putih yang telah diisinya dari dispenser yang berada di dapur tadi.

Sebenarnya siapa perempuan yang dibicarakan oleh Tuan Muda Rafael tadi? Kenapa dia menyamar sebagai sopir? Dan kenapa tiba-tiba dia membawa pembantu baru yang masih muda? Sedangkan Nyonya tidak memberitahukan padaku aka nada pekerja baru. Lagi pula di sini tidak membutuhkan tenaga pembantu baru. Apa lagi dia masih kuliah. Apa dia butuh uang untuk biaya kuliahnya dan Tuan Muda Rafael berniat untuk membantunya?

Bik Darmi bertanya-tanya dalam hatinya mengiringi langkahnya menuju kamarnya. Dia benar-benar penasaran dan ingin tahu banyak tentang perempuan yang tinggal di kamar sebelahnya.

Langkahnya terhenti tepat di depan kamar Ayana. Tapi niatnya segera diurungkan karena takut jika Rafael marah padanya jika mengetahui dirinya mencari tahu tentang hubungan Rafael dengan perempuan yang ada di kamar tersebut.

Akhirnya Bik Darmi masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetahui apa pun tentang perempuan tersebut dan juga hubungannya dengan tuan mudanya.

Di dalam kamarnya, Ayana belum bisa tidur. Dia masih saja belajar dengan mencari tahu banyak tentang apa saja mengenai jurusan yang diambilnya. Dengan berbekal laptop bekas yang masih bisa dipakainya, Ayana sangat tertarik untuk mempelajari banyak hal demi cita-citanya yang dia yakini bisa diraihnya.

Matanya sudah lelah dan dia sudah mengantuk. Bahkan dia sudah menguap berkali-kali salama dia belajar sedari tadi. Dipandangnya jam yang menggantung di dinding kamarnya.

“Sudah jam dua belas lebih. Pantas saja aku sudah mengantuk. Lebih baik aku sudahi saja. Aku harus tidur agar besok tidak kesiangan untuk membantu di sini. Bagaimanapun aku harus bisa menempatkan diriku di sini,” ucap Ayana sambil tersenyum menyemangati dirinya sendiri.

Direbahkannya tubuhnya pada ranjang tersebut setelah dia menyimpan laptopnya di meja yang ada dalam kamar tersebut. Tanpa menunggu lama, matanya pun terpejam dan setelah beberapa detik, dengkuran halus keluar dari mulutnya.

Sedangkan Rafael, di dalam kamarnya dia sibuk memikirkan hubungannya dengan Ruby, kekasihnya. Sudah satu minggu ini dia tidak bisa menghubunginya. Bahkan sampai saat ini pun Ruby tidak menghubunginya.

“Di mana kamu Sayang, aku membutuhkanmu. Aku tidak tau harus bagaimana selanjutnya jika dia tetap bisa bertahan di rumah ini?” ucap Rafael sambil menatap langit malam yang sangat luas dan gelap seperti hatinya saat ini. Bahkan tidak ada bintang yang bersinar terang saat itu.

Keesokan paginya, Ayana bangun seperti biasanya. Dia sudah terbiasa bangun jam empat pagi untuk membantu ibunya membuat masakan yang dijual di depan rumahnya.

“Apa ada yang bisa saya bantu Bik?”

Suara Ayana membuat Bik Darmi menghentikan kegiatannya. Bik Darmi menoleh ke arah Ayana dan memandang kagum padanya. Dalam hati dia berkata,

Cantik sekali gadis ini. Apa ini yang membuat Tuan Muda menyamar menjadi sopir? Mungkin saja gadis ini tidak suka pemuda kaya. Dia terlihat lugu dan baik.

“Bik, maaf jika saya mengagetkan. Nama saya Ayana. Dan kata Rafael saya harus membantu Bik Darmi selama tinggal di sini,” ucap Ayana sambil tersenyum manis.

Senyuman manis Ayana benar-benar memukau Bik Darmi, hingga dia tidak berkedip melihatnya. Bahkan Bik Darmi kini mirip seperti patung yang menatap kagum pada Ayana.

Merasa Bik Darmi tidak menanggapinya dan hanya bengong melihatnya, Ayana kembali memanggil Bik Darmi dan berkata,

“Bik, apa ada yang bisa saya bantu?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!