Di dalam mobil, Candra, Raka dan Farrel menutup rapat mulut mereka. Tatapan mata Rafael yang seperti hendak menghabisi mereka, membuat ketiga nyali sahabatnya itu menciut.
Tadinya Ayana ingin duduk di kursi belakang, tapi keinginan Ayana dengan tegas ditolak oleh Rafael karena melihat senyum ketiga sahabatnya pada Ayana.
Bukannya Rafael tidak suka jika Ayana dekat dengan laki-laki lainnya, dia hanya tidak suka melihat ketiga sahabatnya tersenyum di atas penderitaannya saat ini.
Mereka bertiga seperti patung yang duduk kaku tanpa ekspresi karena merasa di awasi oleh Rafael dari kaca spion yang berada di tengah.
Sedangkan Ayana merasa tidak nyaman dengan suasana saat ini yang membuat mereka berlima seperti sedang bermusuhan.
Selama beberapa jam hanya ada kesunyian dalam mobil tersebut. Bahkan Rafael tidak menyalakan musik seperti biasanya ketika dia berkendara.
Ingin rasanya tangan Ayana meraih tombol untuk menyalakan musik, sayangnya dia tidak mau berdebat dengan Rafael yang akan membuat mood buruknya kembali.
Hari ini sangat melelahkan bagi Ayana. Tiba-tiba saja dia harus menikah dan menjadi istri dari seorang laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Dan saat itu juga dia harus pergi meninggalkan rumahnya untuk tinggal bersama dengan suaminya.
Sekarang dia seolah menjadi orang asing di tengah-tengah empat orang pemuda yang baru saja ditemuinya. Bahkan salah satu dari pemuda tersebut sudah sah menjadi suaminya.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan hidupku? Ayana bertanya-tanya dalam hatinya.
Dia menoleh ke arah pemuda yang duduk di sampingnya sedang mengemudikan mobil yang mereka tumpangi. Dan pemuda itu sekarang berstatus sebagai suaminya. Dia menghela nafasnya sambil berkata dalam hatinya,
Dia memang ganteng sih, keren, tapi aku tidak yakin jika dia orang yang aku cari sebagai suamiku. Menurutku penampilannya sangat biasa sekali. Aku ingin yang luar biasa, sehingga bisa merubah kehidupanku yang biasa-biasa ini menjadi luar biasa.
“Kenapa kamu menatapku seperti itu? Pasti kamu kagum ya? Pasti kamu gak pernah lihat orang seganteng dan sekeren aku,” ucap Rafael tanpa melihat ke arah Ayana.
“Dih, sok kegantengan banget sih jadi orang. Aku hanya berpikir jika kamu seorang preman sehingga ketiga temanmu di belakang ini semua takut padamu,” sahut Ayana sambil tersenyum meremehkan pada Rafael.
“Sembarangan. Memangnya kamu mau punya suami seorang preman?” tanya Rafael yang dengan cepatnya menyahuti ucapan Ayana.
Sontak saja Candra, Farrel dan Raka tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Ayana. Tawa mereka tidak bisa lagi ditahan, sehingga tawa mereka memenuhi mobil tersebut. Bahkan mereka kelepasan menggoda Rafael dengan menirukan sebutan untuk dirinya sendiri pada Ayana.
“Cie… suami…,” ucap mereka serentak dan diikuti tawa mereka bertiga.
Seketika mata Rafael menatap tajam pada ketiga sahabatnya itu melalui spion yang berada di tengah. Dan saat itu pula mereka bertiga dengan serentak menghentikan tawa mereka.
Ayana menahan tawanya. Dia merasa terhibur dengan tingkah Rafael dan ketiga sahabatnya itu. Sayangnya, mereka kembali diam tak bersuara karena takut pada Rafael yang menatap, mereka dengan tatapan seorang pembunuh.
Karena kesunyian yang kembali dalam mobil itu, tidak sadar Ayana memejamkan matanya. Hingga selama beberapa waktu, matanya kembali terbuka saat dia merasakan mobil yang dinaikinya berhenti.
Ternyata sekarang mereka sudah sampai di rumah Candra. Tentu saja Rafael mengantarkan ketiga sahabatnya itu pulang terlebih dahulu karena dia merasa tidak tega pada mereka meskipun mereka bertiga telah membuat masalah dalam hidupnya.
“Kami berdua turun di sini saja Raf,” ucap Raka sambil tersenyum lebar pada Rafael yang melihatnya dari spion tengah.
“Terserah kalian,” ucap Rafael dengan entengnya.
Ketiga sahabatnya itu pun turun dari mobil Rafael dengan perasaan bersalah dan merasa bingung untuk menolong Rafael, karena mereka tidak tahu bagaimana caranya bisa menolong Rafael menyelesaikan masalah pernikahannya yang mendadak hari ini.
“Kira-kira kedua orang tua Rafael marah gak ya mendengar pernikahan anaknya yang mendadak karena terpaksa?” tanya Candra pada kedua sahabatnya.
“Entahlah. Aku takut mereka berdua akan diusir dan menjadi gelandangan saat itu juga,” sahut Raka dengan entengnya.
“Ngawur. Gak mungkin Tante sama Om bisa sekejam itu dengan putra semata wayang mereka,” ucap Farrel menanggapi perkataan Raka.
“Ya kali aja kan mereka marah dan mengusir anak mereka. Bagaimana kalau kita taruhan?” ucap Raka sambil tersenyum lebar pada Candra dan Farrel.
“Semprul! Nasib sahabat sendiri dibuat taruhan. Mending kamu taruhan sama masa depan kamu yang belum tentu bersinar itu,” sahut Farrel sambil menoyor kepala Raka dibantu oleh Candra yang ikut menoyor kepala sahabat lucknut nya itu.
Sejak menurunkan ketiga sahabat Rafael tadi, mata Ayana tidak terpejam kembali. Dia menolak untuk memejamkan matanya meskipun matanya ingin sekali terpejam. Dinginnya AC dalam mobil tersebut membuat mata Ayana mengantuk.
Namun, dia tetap mempertahankan matanya agar tetap terbuka, karena mereka hanya berdua saja. Meskipun mereka sudah menjadi suami istri, Ayana masih belum terbiasa dan tentu saja dia takut jika Rafael melakukan hal buruk padanya.
Aku harus tetap terjaga. Aku tidak mau jika dia melemparkan aku di jalan ketika aku sedang tertidur. Atau mungkin dia akan memaksaku untuk melakukan kewajibanku sebagai seorang istri di sini. Ah… apa yang aku pikirkan? Kenapa aku bisa berpikiran buruk padanya?
Ayana berkata dalam hatinya sambil sesekali melirik ke arah Rafael yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
Rafael yang merasa sedang diperhatikan oleh Ayana hanya tersenyum tipis. Dia mengira jika Ayana sedari tadi terpanah oleh ketampanannya. Tidak ada dalam pikirannya jika istri dadakannya itu sedang berpikiran buruk tentangnya. Bahkan istrinya itu sedang mencurigainya.
Setelah beberapa saat, mobil Rafael masuk ke dalam bangunan rumah yang sangat besar, berdiri dengan megah dan terlihat sangat mewah.
Mata Ayana tidak bisa berhenti mengagumi rumah itu. Bahkan dia sangat kagum dengan luasnya dan indahnya taman depan yang baru saja dilewati oleh mobil yang ditumpanginya.
“Rafa, ini rumah siapa? Kenapa besar sekali? Kamu ngekos di sini? Atau kamu bekerja di sini?” tanya Ayana tanpa melihat ke arah Rafael, matanya masih saja terpanah oleh semua hal yang ada dalam rumah itu.
Rafael tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Ayana padanya. Tapi di dalam hatinya dia tertawa terbahak-bahak karena rencana yang sudah disiapkannya sejak mendengar percakapan Ayana dengan kedua orang tuanya tadi bisa dengan mudah dijalankannya.
Rafael menoleh ke arah Ayana dan memegang kedua bahu Ayana agar istrinya itu menghadap padanya. Kemudian dia menatap intens manik mata Ayana sambil berkata dengan serius,
“Kamu benar. Aku bekerja di sini sebagai sopir. Dan aku tinggal di rumah ini karena Tuan dan Nyonya pemilik rumah ini menganggap aku sebagai anaknya. Sebab mereka tidak memiliki anak. Sayang sekali aku bukan anak mereka, karena mereka berdua sangat baik sekali denganku. Jadi, kamu harus membantu Bik Darmi yang mengurusi rumah ini sebagai ucapan terima kasih karena kamu juga tinggal di rumah ini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
HNF G
iihh..... ya ampun.... jahatnya 😅😅😅
2023-05-31
1