"Kamu nggak niat ngundang temen-temen kamu buat dateng ke acara satu tahun meninggalnya Arin?" tanya Satria.
Keyra menggeleng, "abang mana tahu! Kalau adik abang yang imut, cantik jelita ini gak punya temen di sekolah."
"Wait??? Masa sih?" tanya Satria tak percaya.
Keyra menandaskan satu cup es krim miliknya, lalu matanya melirik sekilas ke es krim yang ada ditangan abangnya. Masih utuh, mungkin baru berkurang dua suapan.
"Mau lagi?" tawar Satria.
"Enggak! Abang makan es krimnya lama. Bisa kesorean ke makam Arinnya," gerutu Keyra dengan bibir mengerucut.
"Oh karena ini, yaudah abang habisin bentar!"
Keyra memang berbeda sikap jika itu dengan Satria. Makhlum saja, usia mereka terpaut hampir sembilan tahun. Bahasa bicara pun sangat berbeda, jika dengan Aron dan teman-teman sekolahnya ia menggunakan bahasa lo dan gue, hal itu sama sekali tak berlaku disaat Keyra bersama Abangnya, Keyra sangat manja terlebih diusia yang hampir dua puluh tujuh, abangnya masih sendiri. Keyra jadi penasaran, seperti apa wanita yang jadi pelabuhan hati abangnya kelak. Satria tak terlihat tua! Ia justru terlihat keren dimata Keyra, Sangat keren.
Setelah selesai menghabiskan es krimnya, mereka pun bergegas pergi dari taman. Seperti tujuan awal, yaitu tempat pemakaman komplek rumah dimana Arin sekarang tinggal.
"Key, Papa beneran gak ikut ke makam? Atau...?"
Keyra menggeleng, dia yang hendak turun dari motor kembali urung melihat abangnya menghela napas.
"Abang yang lebih tahu Papa dulu seperti apa kan?" tanya balik Keyra. Satria mengangguk, ia cukup tahu masa-masa terberat ayahnya itu. Menginjak remaja, Satria baru tahu bahwa sang ayah pernah mendekam di penjara bahkan menjadi pengedar obat haram. Namun, ia bersyukur karena sang ayah juga masih diberikan kesempatan untuk merasakan apa itu bahagia.
"Ayo turun kok malah bengong!" ajak Satria. Keyra memeluk buket bunganya kemudian turun dari motor.
Memasuki gerbang pemakaman kemudian menyusuri rerumputan yang tumbuh hijau disela-sela nisan.
Pandangan Keyra tertuju pada makam saudara kembarnya yang selalu bersih. Namun, dahinya langsung mengernyit, ia menatap nisan bertuliskan Arinda Alzein itu dengan tanda tanya. Pasalnya ada dua bunga yang masih baru disana.
"Abang!" panggil Keyra lalu menunjuk bunga mawar dalam balutan plastik dan pita itu dengan ekor mata.
"Lho kok...? Siapa yang datang sebelumnya!"
"Siapa yang datang, dia pasti sudah tahu kalau tepat tanggal ini Arinda meninggal."
"Mungkin tapi apa tidak ada petunjuk, surat gitu?" tanya Satria tak kalah penasaran. Bisa jadi yang datang hari ini adalah mantan pacar Arin semasa hidup tapi kepada ada dua?
Meski dijejali rasa penasaran yang menggunung, mereka berdoa dengan khusyu'. Keyra dengan tatapan datar mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh disekitaran makam Arin. Setelah memastikan Satria tak terlalu memperhatikannya, Keyra dengan segera mengambil kartu kecil yang terselip dan memasukkannya ke dalam tas.
"Aku nyesel bang, kenapa seumur hidup nggak mencoba saling terbuka sama Arin! aku terlalu sibuk pergi dengan Aron, membiarkan Arin asyik dengan hidupnya sendiri tanpa peduli begitu banyak derita yang harus ia hadapi di sekolah." Keyra menyusut sudut matanya yang berair bahkan siap tumpah.
"Gak papa, cara Tuhan menyadarkan umatnya memang beda-beda! Jangan salahin diri kamu sendiri, mungkin memang udah bagian takdir Arin." Satria mengusap lembut bahu Keyra lalu mengajaknya pergi saat melihat langit sore mulai menggelap.
Satu jam yang lalu.
Devano pamit pada Keyra, ia bahkan mengabaikan omelan papanya demi segera datang ke makam Arin.
"Dev, nanti malam ikut Momy sama Papa ya?"
"Devano nggak bisa, Pa!" tolak Devano. Ia ngeloyor pergi begitu selesai mengganti seragam sekolahnya.
"Ck! Anak itu."
"Anak kita, ay!" Keyra menekuk wajahnya.
"Iya anak kita, yang! Tapi kelakuannya bukan aku banget," gerutu Rafael.
"Terus maksudmu, kelakuannya mirip aku!" Keyra memasang wajah sangar dan berkacak pinggang.
Devano menstater motornya tanpa memperdulikan perdebatan kedua orang tuanya. Keyra menyusul sang putra sampai depan rumah, "eh, mau kemana, Dev? Nggak makan dulu?" teriak Keyra.
"Penting, Mom!"
Keyra menggerutu tiada henti, meski tubuh tegap putranya sudah menghilang dari halaman rumah.
Namun, kekesalannya menguap begitu saja mengingat penantian kehamilannya dulu.
Devano membeli buket bunga mawar, meski mustahil Arin akan membaca sepenggal kalimat yang tersemat, hal itu tetap ia lakukan mengingat Arin-lah cinta pertamanya.
"Hai, Rin! Gue datang lagi, dan gak akan pernah bosan datang kesini meski bukan seminggu sekali atau setiap hari..."
"Rin, tau nggak! Meskipun elo nggak ada, lo tetep satu-satunya orang spesial di hati gue sampai saat ini, detik ini. Kasih tau gue satu alasan, kenapa lo pergi secepat ini? Gue gak seikhlas kelihatannya, gue gak gampang itu nerima kenyataan elo pergi tanpa sedikitpun pesan bahkan penjelasan." Devano menunduk, ia benar-benar kehilangan Arin. Di depan makam mantan kekasihnya, Devano mencurahkan semua isi hatinya. Ia memang selalu begitu, meski logika warasnya berfikir Arin tak akan bisa menjawab celotehannya.
Hal itu tak luput dari penglihatan seseorang, ia bersembunyi dengan pura-pura merawat makam orang lain padahal ia juga tahu hari ini adalah satu tahun kepergian Arin. Namun, rupanya ia kalah cepat dan kini hanya bisa menunggu dengan berpura-pura.
"Andai waktu bisa gue putar, Rin! Gue gak akan lakuin hal itu ke elo, secinta apapun gue. Nyesel gue, Rin! sekarang bukan cuma bikin diri gue sendiri terluka tapi juga orang-orang terdekat lo," batin seseorang. Setelah memastikan Devano pergi, lantas pemuda itu mendekat lalu berlutut di depan makam Arin.
Menatap getir buket bunga yang bahkan hampir sama dengan pemberiannya, semua itu bukanlah kebetulan. Mungkin bagi ia dan Devano, mawar merah adalah bunga favorit Arin.
***
"Persiapan gimana, Pa? Oke?" tanya Satria.
Bram mengangguk, ia lantas menata semua hidangan di atas meja.
Disaat kesibukannya dibantu Satria dan Keyra, keluarga Divine dan Elen datang bersamaan dengan pasangan Rafael dan Keyra.
"Mom..." Seperti bocah remaja, Satria langsung menyambut momy-nya. Hal itu tak luput dari pandangan Keyra, ia menekuk wajahnya murung mengingat tak memiliki sosok Mama disisinya.
"Abang Sat, kok cuma Momy yang dipeluk," cibir Alina menyembulkan kepalanya.
Satria terkekeh, ia menyapa keluarga besarnya satu persatu lalu mempersilahkan mereka duduk.
"Eng... Anak Tante gak ikut?" tanya Satria.
"Gak ikut, emang anak bandel itu susah diajak kumpul-kumpul."
"Ayo duduk semuanya, eh bentar Keyra mana?" Bram celingukan mencari putrinya.
"Bukan Keyra ini, kan?" Rafael langsung menarik pinggang istrinya posesif.
Seketika suasana sedih sedikit menguap dengan keberadaan mereka.
Bram terkekeh lalu menggeleng.
Acara tahunan itu memang Bram adakan hanya bersama keluarga besarnya.
"Abang, tolong cari Keyra!" pinta Bram.
Satria mengangguk, sementara para tamu duduk lesehan di ruang tengah yang sudah ia gelari karpet untuk pengajian bersama.
"Bram sekali lagi sabar ya, satu tahun udah berlalu. Tetep langitkan doa untuk putrimu," ujar Divine dan Elen.
"Thanks, Div! Elen."
"Iya, kita juga masih nggak nyangka kalau Arin secepat ini pergi," ujar Rafael dan Keyra.
"Hm, iya. Aku sendiri aja kadang gak percaya!" keluh Bram.
"Masa Abang tinggal sehari disini malah dicuekin sih, kenapa?"
Keyra menggeleng.
"Kok murung hm?"
"Abang mah enak, masih punya mama!"
"Jadi karena itu? Key, kan kamu bisa anggap momy-nya abang sebagai mama kamu juga! Kita ini saudara lho," bujuk Satria.
"Tante Key juga gak keberatan kalau kamu menganggapnya Mama. Dulu abang malah panggilnya Momy, dan Om Rafaelnya abang panggil Daddy."
Keyra diam, sedikit tak percaya dengan penuturan abangnya.
"Hm, besok anterin aku ke sekolah ya?" Keyra menautkan jari-jarinya memohon.
"Siap! Besok kan abang mau pulang ke rumah Momy sebelum balik ke Jogja. Jadi abang bisa antar jemput kamu dulu," ujar Satria.
Keyra pun mengangguk antusias lantas mereka turun dan ikut berkumpul bersama.
Sebelum acara mulai, rupanya Wijaya dan Morena turut hadir pun juga dengan Reyhan.
Pengajian satu tahunan Arin berjalan khidmat meski Satria harus bersusah payah menghibur adiknya lebih dulu karena Keyra sempat murung tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
pasti keyra juga mau punya mommy 😌 liat Abang bisa manja manja sama mommy kan bikin keyra cemburu 😪
2023-02-18
47
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
Reyhan saha 🙄
2023-02-18
47
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
nah lho 😳 saha deui 🤔 ternyata Arin banyak fans nya ya 😐
2023-02-18
47