"Keyra, sini!" Bram menepuk sofa sebelahnya agar sang putri kesayangan duduk.
"Iya, Pa." Keyra menurut, duduk di sebelah Bram tanpa ragu. Sebentar lagi kebebasan akan dikantonginya, Pikir Keyra.
"Gimana sekolah kamu?"
"Aku masih belum bisa memastikannya, Pa! Bisa jadi Arin dibully, atau bisa jadi ada faktor lain."
Bram mengusap lembut rambut putrinya, "kematian Arin masih terasa mengganjal dan Papa yakin, ada siswa yang terlibat atau paling tidak menjadi penyebab Arin nekad!"
Ingatan Keyra menerawang pada kejadian satu tahun yang lalu, dimana saudara kembarnya, Arin meninggal dengan cara mengenaskan. Arin ditemukan tak bernyawa sore hari di kamar dalam keadaan masih memakai seragam sekolah.
Saat itu, Keyra sekolah di tempat berbeda karena lebih memilih satu sekolah dengan Aron, Keyra hanya bisa menatap nanar nasib Arin. Beberapa baris tulisan menjadi tanda tanya terbesar untuk dia dan sang Papa.
"Arin, hal berat apa yang sudah kamu lalui? Apakah mereka salah satu penyebab kamu nekad?" batin Keyra bertanya-tanya.
Arin dan Keyra adalah anak Bram, buah dari pernikahan keduanya setelah pernikahan pertamanya dengan Elen gagal. Dua gadis cantik yang hanya berbeda beberapa menit itu memang bukan kembar identik. Terlebih, semakin mereka tumbuh remaja semakin kentara perbedaannya. Arin yang lembut, cantik dan sederhana, sementara Keyra memiliki sifat keras dan tangguh. Penampilan mereka pun berbeda, Arin dengan penampilan kalem, sementara Keyra selalu tampil cantik setiap saat.
Semua berubah setelah kematian Arin. Keyra dipaksa pindah sekolah demi sebuah misi, berpenampilan culun agar bisa mengungkap misteri kematian saudaranya.
"Papa tahu kamu dibully, dibenci banyak murid bahkan rambutmu yang indah ini terpaksa kamu potong ke salon karena siswi yang sengaja melemparimu permen karet..." Bram menjeda ucapannya, menghela napas sesak.
"Keyra, Papa tahu kamu anak yang tangguh. Tapi pembully-an itu belum bisa dipastikan ada kaitannya dengan Arin. Pergilah, nikmati kebebasan pertamamu dari Papa!"
"Benarkah? Aku akan pergi bersama Aron boleh, Pa?" tanya Keyra.
"Boleh, asal Aron yang kesini menjemputmu! Dan dia juga yang harus bertanggung jawab mengantarmu."
"Ah oke, Papa memang terbaik!"
Bram menghela napas sejenak, kejadian tak terduga yang menimpa tiga tahun belakangan ini menyisakan duka yang tak akan pernah habis. Kehilangan sang istri kemudian Arin putrinya membuat hidup Bram nyaris berantakan. Untuk ketiga kalinya, ia berada dalam fase terendah. Beruntung masih ada Keyra, gadis tangguh kebanggaannya yang tetap berada di sisi. Menyemangati dan mengembalikan senyumnya yang pudar dengan ambisinya.
"Apakah aku gagal sekarang, sayang?" gumamnya dengan mata terpejam dan tubuh bersandar lemas di sofa, tangannya memegang bingkai foto pernikahannya dengan Zahira.
**
"Aku tidak akan lama, Pa! Jangan lupa makan, gak boleh banyak pikiran. Papa harus tetap sehat untuk aku," ujar Keyra berpamitan.
Pukul tujuh, Aron sudah sampai di kediaman Bram. Meminta izin membawa putrinya keluar.
Bram mengulas senyum menatap keduanya.
"Kemana kita, Baby!" tanya Aron.
"Gue kangen suasana Club malam, bisa lo bawa gue kesana?" tanya Keyra.
"Jangan gila, Key!"
"Gue sehat, lo ga liat gue udah cangtip gini?" Keyra mengambil cermin kecil di saku tas kecilnya untuk memastikan penampilannya tak terlihat berantakan.
"Gue takut dimarahin bokap lo!"
"Gue gak akan minum, ayolah! Gue cuma mau liat-liat, kan lo tau gue udah tobat!"
"Hm, ck tobat?" cibir Aron.
"Lo gak percaya?" Keyra menekuk wajahnya.
"Percaya sama lo itu musrik, Key! Hm, oke. Tapi gak sampai malam!" putus Aron.
Club Redzone adalah club terkenal di Jakarta. Devano dengan gaya jumawa duduk di meja bartender dengan seorang wanita. Tangannya memegang gelas berisi wine, sementara tangan satunya memeluk pinggang wanita sexy.
Keyra dan Aron masuk, langsung menuju meja bartender memesan minuman.
"Red Wine satu," pesan Keyra.
"No, jangan! Bir bintang saja dua," ralat Aron.
Keyra mengerucutkan bibirnya, menatap Aron kesal.
"Bibir lo bakal bau alkohol kalau minum wine," ujar Aron memperingati.
"Yah, lo pelit!"
"You know lah, gue yang bertanggung jawab apapun soal lo!" Aron bersedekap dada.
"Hm." Keyra menghembuskan napas, sempat membuang muka karena kesal. Namun, Keyra tertegun melihat sosok di depan matanya. Seorang Devano, si ketos menyebalkan berada disana, tepat di hadapannya.
***
Devano masih menikmati segelas wine di dekat meja bartender bersama Emily.
Tanpa menyadari keberadaan Keyra yang tak luput memandangnya. Masih terheran-heran dengan sosok ketos di sekolahnya. Pemabuk dan pemain wanita, apa bagusnya?
"Dev, lo udah mabuk! Kita pulang ya," ajak Emily.
"No, Em. Gue males di rumah."
"Bapak lo bakal ngomel lagi kalau tau kelakuan lo begini."
"Ada lo yang bakal lindungin gue kan?" Tatapan Devano tampak sayu, menatap ke arah Emily.
Keyra bisa menyaksikan perdebatan itu, Devano dengan wanitanya. Saat matanya melihat dengan jelas wajah Emily, ia hampir tak bisa menahan gelak tawa.
"Kenapa lo ngakak, Key?" Aron mengerutkan keningnya.
"Tak apa, hanya ada lelucon di depan mata."
Devano mendengar samar ucapan Keyra, pandangannya menoleh dan terkejut.
"Cupu!"
Keyra menoleh, mengerlingkan matanya sinis.
"Eh cupu." Devano langsung menghempas Emily karena merasa melihat Keyra di club itu.
"Ckk!" Emily berdecak, lalu memilih menghubungi Albert.
"Tunggu, kok lo disini?" tanya Devano, mencekal pergelangan tangan Keyra hingga membuatnya tersentak.
"Lo siapa?" tanya Keyra mengerutkan keningnya. Aron langsung menjauhkan Keyra dari jangkuan Devano.
"Lo Keyra kan, si cupu?"
"Gue Arin, lo salah orang!" kesal Keyra.
Devano langsung mundur dua langkah, "A-arin, gak mungkin! Arin..."
Tiba-tiba Devano memegangi kepalanya pusing. Aron mengajak Keyra menjauh.
"Tunggu Aron, dia emang temen sekelas gue! tapi, gue gak nyangka reaksinya jadi gitu setelah mendengar nama Arin."
"Apa mungkin ada kaitannya sama dia?" tanya Aron.
"Entah, gue belum bisa menemukan apapun!"
Emily yang melihat Devano limbung, spontan menarik tangannya. Devano belum sampai jatuh ke lantai, ia mulai mendapat kembali kesadarannya.
"Arin, lo beneran Arin..."
Keyra hanya menatap datar Devano tanpa berniat menjawab gumaman laki-laki itu.
"Lo apain temen gue, hah?" bentak Emily kesal.
"Temen? Aduh, gue kira lo pacarnya! Temenan sekarang emang ngeri sih, udah digrepe-***** ternyata cuma sebatas temen." Sindiran telak Keyra berhasil memancing emosi seorang Emily. Ia memang memiliki perasaan lebih ke Devano, akan tetapi sadar betul tak akan bisa memiliki apalagi menjadi seseorang spesial di hati laki-laki itu meski Devano kerap kali bersikap seenak jidat mempermainkannya.
Keyra mengajak Aron pergi dari club, moodnya berubah karena ulah Devano dan kini gadis itu meminta Aron membawanya keliling kota tanpa tujuan.
"Menurut lo? Kenapa Arin sampai nekad bunuh diri?" tanya Keyra meminta pendapat Aron.
"Sampai sekarang, gue masih gak ngerti sumpah! Arin bukan type orang yang lemah, dia justru lebih badas dari gue kalau ngamuk. Tapi..."
Keyra menerawang, ia jadi menyesal tidak mengenali saudara kembarnya dengan baik.
Sementara Aron terdiam mendengar rentetan pertanyaan dari Keyra, ia tak tahu harus menjawab bagaimana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
SenjaKala
hayoo loh van
2023-02-15
0
SenjaKala
bir bintang🤭
2023-02-15
0
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
seperti nya Arin d bully Emily 😳
karna Emily menyukai devano n bertepuk sebelah tangan ✋
2023-02-14
48