DEVANORA

DEVANORA

1. SMA Dirgantara

Devano Michael Kenaan pemuda tampan dengan tingkat kedisiplinan tinggi di SMA Dirgantara. Statusnya sebagai ketua OSIS membuat siapapun siswi di SMA Dirgantara mengaguminya.

Sikapnya dingin, keras dan tak segan kepada siapapun yang tidak menaati peraturan. Namun, dibalik topengnya itu ia menyimpan banyak rahasia.

Brukkkk!

Keyra, gadis berkaca mata murid baru di sekolah itu tak sengaja menabrak Devano yang tengah mendisiplinkan murid-murid yang terlambat.

"Lo telat lima belas menit, keliling lapangan 10 kali tanpa protes." Devano menatap sengit ke arah Keyra.

"Heh, cupu! Malah bengong!" bentak Devano seketika membuat Keyra tersadar.

"Hmmm." Keyra hanya berhmm ria sambil berlalu.

"Huh, dasar iblis menyebalkan, kalau bukan karena penampilan gue yang seperti ini. Gue yakin, lo gak bakalan berani bentak-bentak," batin Keyra menahan kesal.

Mau tak mau, Keyra pun akhirnya menyusul murid-murid yang sedang menerima hukuman dengan mengelilingi lapangan. Devano melipat tangannya di depan dada sambil mengawasi mereka satu persatu.

"Heran! Setiap hari gue selalu disiplin meski pulang malam. Tapi, mereka? Si cupu dan para sampah itu justru tidak bisa disiplin sama sekali." Devano menggelengkan kepala.

Keyra Alzein, ia terpaksa menyamar menjadi cupu demi sebuah misi dari Papanya. Menjadi anak pemilik yayasan sama sekali bukan kemauannya. Namun, demi bisa menikmati hidup dan demi menyelidiki kejanggalan kematian saudaranya, Keyra rela melakukan apapun termasuk mengubah penampilan saat masuk SMA Dirgantara.

"Gue udah selesai." Keyra berujar tanpa menatap Devano.

"Balik ke kelas!" titah Devano.

Keyra tak menjawab, ia mempercepat langkahnya untuk sampai kelas. Begitu pun Devano yang berjalan di belakang Keyra dengan tangan dimasukkan ke saku celana. Seketika kelas menjadi riuh karena kehadiran keduanya yang bersamaan.

"Wihhh si buruk rupa dengan pangeran tampan, Ck! Pemandangan langka. Heh cupu! Punya muka ya lo jalan barengan sama ketua OSIS kesayangan kita." Moza dan teman-temannya tersenyum sinis.

"Berisik!" desis Keyra melewatinya begitu saja, ia masuk ke dalam kelas dan duduk. keyra bukan tidak tahu siapa Moza, sebelum masuk ia bahkan sudah mendapatkan informasi dari guru kesayangannya perihal sebagian siswa-siswi SMA Dirgantara yang memiliki kelakuan absurd.

Devano hanya melewati mereka dengan ekspresi datar dan masuk menyusul Keyra. Bukan, bukan menyusul lebih tepatnya ia masuk ke dalam kelas. Tempat duduk yang berdekatan, membuat Devano tekesan mengikuti Keyra padahal sebenarnya ia sedang menuju tempat duduknya sendiri.

"Pinjem penghapus, punya gak lo?" Devano menusuk-nusuk punggung Keyra dengan pensil.

"Gak usah colek-colek juga, risih." Keyra meletakkan penghapusnya di depan Devano, cowok itu menyeringai.

"Dasar cupu!" bisik Dev membuat Keyra hanya mampu berdecak.

Menyembunyikan identitas, berpenampilan culun kini ia bisa merasakan bagaimana menjadi orang biasa. Ternyata kebanyakan dari mereka hanya menilai dari wajah dan status sosial, mengerikan!

Dalam hati, Keyra menggerutu. Bagaimana bisa cowok sekejam Devano menjadi ketua OSIS dan dipercaya menghukum setiap murid yang terlambat di pagi hari.

Bell tanda istirahat berbunyi. Keyra masih belum mau beranjak dari bangkunya, hingga deheman Devano membuyar lamunan.

"Ehm, Cupu! beliin gue es dong," perintahnya. Keyra tak bergeming, bahkan sama sekali tak ingin menoleh ke arah Devano. Batinnya sebal, sangat sebal dengan si ketos yang berlaku seenak jidatnya itu.

"Eh Cupu! Budek ya, Lo?"

Merasa kesal, Devano setengah berteriak, hingga berhasil membuat penghuni kelas sebagian memilih kabur keluar.

Keyra menoleh, menatap segit ke arah Devano, "punya kaki 'kan? bisa jalan nggak? kecuali kalau lo lumpuh, baru deh gue beliin." Keyra beranjak dan berlalu begitu saja. Di balik jendela, Moza dan dua temannya memperhatikan Keyra dan Devano. Mereka merasa sangat emosi, lalu melangkah mengikuti kemana arah Keyra pergi.

"Kebetulan!" gumam Moza.

"Eh, mau ngapain kita bestie?" tanya Dina yang melihat seringaian dibibir Moza.

"Kalian, bantu gue kerjain si cupu!" perintahnya dengan senyum devil.

Dina dan Andin saling pandang, lalu sejurus kemudian ikut tersenyum.

"Siap, kemana si cucunguk itu?" tanya Andin yang sebenarnya juga tak suka dengan Keyra.

"Ke toilet, hahaha. Emang dah tu anak, yuk cuss kita mandiin," ajak Moza.

Dina dan Andin mengikuti di belakang ketua gengnya.

Tanpa sadar kelakuan mereka mendapat sorotan dari seorang Devano, akan tetapi laki-laki tampan itu tak perduli. Keyra bukan orang yang penting dan ia sedang kesal. Jika Moza mengerjai gadis itu, bukan hal yang merugikan untuk Devano.

"Bestie, waktunya beraksi!" ujar Moza, yang telah menyiapkan se ember air yang diambil dari belakang sekolah.

Bau busuk air got menyeruak indra penciuman mereka.

"Iyuhh, bau sekali bestie! Yakin mau disiram ke muka Keket?" cibir Andin.

"O iya dong, siapa suruh mau jadi pesaingnya my princess Moza." Dina mengompori sang ketua geng.

Sementara Moza hanya berdecih sebentar lalu pandangannya fokus menatap sekeliling.

"Aman, let's go!"

Meski seember kecil, jikalau toilet dalam keadaan rame tentu sudah pasti orang-orang curiga. Moza memastikan toilet dalam keadaan sepi, barulah ia mengkode dua bestie-nya untuk beraksi.

"Itu dia," ujar Moza menunjuk Keyra yang keluar dari pintu toilet.

Moza dan teman-temannya yang berada di tembok menunggu gadis itu muncul dan siap menyiram.

Satu, dua, tiga...

Byurrr!

"Aduh bestie, gue kira lo belum mandi. Makanya sekalian gue kotorin kan ya, biar wajah lo lebih estetic!" Moza tersenyum sinis, meski meleset target tapi nyatanya air got itu mampu membasahi sebagian tubuh Keyra yang terbalut seragam.

"Kalian ya!!!" Keyra mengepalkan tangannya geram. Moza dan kawan-kawannya sudah melewati batas.

"Ups! Dia marah bestie hahaha..." Dina tertawa, merasa lucu melihat si cupu begitu menjijikkan.

Amarah mengusai diri Keyra, terlebih saat Moza berusaha meraih kacamatanya.

"Balikin! Jangan mentang-mentang lo orang kaya terus bisa seenaknya sama gue. Gue gak akan takut sama kalian!" teriak Keyra, berusaha merebut kembali kaca matanya.

Tar!!

Kaca mata itu jatuh, saat tangan Keyra berusaha meraihnya, Dina dan Andin mencekal erat tangannya dan Moza menginjak kaca mata itu hingga pecah.

"Ups, Sorry egen, sengaja!"

"Yuk gaes! Balik, sebelum dia nangis dan ngelapor ke Guru BK," ajak Moza.

Mereka bertiga berlalu, sementara Keyra meratapi tubuhnya yang bau dan kaca matanya yang rusak. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Belum selesai penderitaannya, kini sepanjang jalan keluar toilet orang-orang melihatnya jijik, ada yang tertawa, mengolok bahkan ada yang sengaja meleparinya permen karet.

"Ya Tuhan, rambutku!" teriaknya frustasi. Air matanya meleleh, bahkan ia hanya bisa menangis di kursi belakang sekolah, dibawah rindangnya pohon dan jauh dari jangkauan orang-orang.

Keyra menatap rambutnya, seorang siswi dengan sengaja melempar permen karet bekas kunyahan ke arahnya. Sial sekali, permen karet itu sekarang bersarang di rambutnya membuat Keyra bukan hanya mendekus sebal tapi juga hampir menangis lagi. Rambut panjangnya, rambut kesayangannya apakah akan berakhir dengan dipotong?

"What the hell, orang-orang itu! Aku akan membalasnya suatu hari nanti."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

CRAZY UP MAMIH NOVELNYA

2023-02-24

0

ᴋʜᴀ̣ɪᴢ

ᴋʜᴀ̣ɪᴢ

bab awal main nyesek aja sih kak Mim😌

2023-02-18

1

ᴋʜᴀ̣ɪᴢ

ᴋʜᴀ̣ɪᴢ

pasti baunya sama kek kelakuan Moza😒

2023-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!