Adam dan Alicia menikmati sunset di pantai sebelum pulang. Mereka berdua duduk diatas karang saling bersandar satu sama lain.
" Uncle, apakah perbedaan usia yang cukup jauh itu bisa menghalangi seseorang untuk jatuh cinta?"
" Cinta itu tidak mengenal usia, Cia. Perasaan itu datang tanpa bisa dicegah ataupun diubah. Hanya Tuhan yang bisa membolak - balikkan hati manusia."
Alicia tersenyum dalam keremangan cahaya senja. Hatinya menghangat mendengar jawaban Adam yang begitu lembut nada suaranya.
" Uncle benar, cinta bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Kita tidak akan bisa menolaknya walaupun ingin."
" Begitulah cinta, tidak tahu hati kita akan berlabuh dimana. Tak ada yang bisa memilih untuk menjatuhkan pilihannya."
" Jika ada seseorang yang mencintai Uncle Adam dengan tulus, apa yang akan Uncle lakukan?"
" Cinta itu tidak bisa dipaksakan, walaupun dia mencintaiku... Belum tentu aku bisa membalas cintanya."
Setelah puas menikmati sunset, Adam mengajak Alicia untuk pulang. Dia tidak ingin sampai rumah terlalu malam karena besok pagi harus kembali bekerja.
" Pulang sekarang?"
" Tidak bisa sebentar lagi, Uncle?"
" Sudah malam, Cia. Lain kali kita bisa liburan lagi, gadis kecilku,"
" Ish... Uncle selalu saja sibuk dengan pekerjaan,"
" Kamu tahukan sedari dulu Uncle juga selalu sibuk dengan pekerjaan, bahkan Uncle kuliah sambil bekerja."
" Kalau begitu, Cia boleh kerja di tempat kerja Uncle Adam?"
" Tidak! Kamu harus fokus dengan belajar, tidak usah memikirkan pekerjaan."
" Tapi_..."
" Nurut sama Uncle atau kembali ke Jepang!"
# # #
Pukul sembilan malam, Adam dan Alicia sudah sampai di Apartemen Alicia. Setelah mengantarkan gadis itu sampai di depan pintu Apartemen, Adam berniat segera pulang karena lelah dan besok ada pekerjaan yang sangat penting.
" Uncle, boleh Cia bicara sebentar?"
" Ada apa, Cia?"
" Masuklah dulu, Uncle."
Jantung Alicia berdegup sangat kencang. Rasa ragu membuatnya tak mampu mengeluarkan satu patah katapun.
" Cia, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Adam setelah beberapa menit menunggu.
" Mmm... Tapi Uncle jangan marah, ya?"
" Tergantung apa yang akan kau bicarakan."
" Mmm... Lain kali saja, Uncle."
" Sekarang saja, Cia. Lebih cepat itu lebih baik, jangan mengulur - ulur waktu menjadi sia - sia."
" Besok saja setelah dari kampus, Cia akan menemui Uncle di rumah sakit."
" Baiklah, kalau begitu Uncle pulang dulu. Kamu mandi terus istirahat, jangan begadang."
" Iya, Uncle. Terimakasih untuk hari ini, Cia sangat bahagia bisa liburan sama Uncle Adam."
" Uncle juga bahagia bisa menghabiskan waktu hari ini dengan kamu."
Alicia menggenggam erat tangan Adam seakan tak rela melepaskannya untuk pergi. Entah mengapa malam ini tak bisa menahan perasaannya. Ia yakin bahwa apa yang ia rasakan saat ini tidaklah salah.
" Uncle pulang dulu, baik - baik disini langsung tidur."
Adam benar - benar pulang karena Alicia tidak jadi berbicara. Entah mengapa melihat tatapan Alicia, Adam merasakan sesuatu berdesir di dalam dadanya.
" Huhhh... Ini semua tidak benar!" umpat Adam seraya memukul stir mobilnya.
Adam melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Gemuruh di dadanya membuat tatapannya tajam namun tanpa arah.
' Ya Allah, kuatkan hatiku untuk selalu menjaga Alicia. Jangan biarkan aku menyakitinya dengan perasaanku ini. Kak Jonathan pasti kecewa jika tahu semua ini.' batin Adam.
Sementara di dalam kamar, Alicia duduk bersimpuh di lantai bersandar tepi ranjang. Hatinya begitu gelisah memikirkan apa yang akan ia lakukan saat bertemu dengan Adam esok hari.
' Apakah keputusanku sudah benar? Aku takut Uncle Adam malah menjauhiku setelah ini. Sungguh aku tak sanggup jika harus jauh darinya.' lirih Alicia.
# # #
Pagi - pagi sekali Alicia sudah terbangun. Tubuhnya lebih segar setelah mandi. Hatinya masih bimbang antara menemui Adam atau tidak.
Alicia meraih ponselnya dan segera mencari kontak seseorang yang ingin dihubunginya. Alicia berpikir jika hanya dia yang bisa membuatnya tenang.
[" Mommy...!"] pekik Alicia saat sambungan telfonnya terhubung.
( " Hallo, Cia. Bagaimana kabarmu, sayang?")
[ " Cia baik, Mom. Kabar Mommy, Daddy dan Arata gimana?" ]
( " Kami semua disini baik, sayang. Tumben pagi - pagi sudah telfon, memangnya tidak ke kampus?" )
[ " Sebentar lagi, Mom. Ada yang ingin Cia bicarakan dengan Mommy." ]
( " Katakan saja, sayang. Apapun masalah yang kamu hadapi, bagilah dengan Mommy." )
[ " Ya, Mom. Cia hanya rindu Mommy dan Daddy." ]
( " Yakin hanya itu?" )
[ " Yes, Mom. Jangan khawatirkan Cia, ada Uncle Adam yang menjaga dan bertanggung jawab untuk Cia." ]
( " Bukankah tadi ada yang ingin kamu bicarakan?" )
[ " Next time, Mom. Cia harus berangkat ke kampus sebentar lagi. Nanti malam Cia telfon Mommy lagi." ]
( " Ok, sayang. Hati - hati disana, nurut sama Uncle Asam." )
[ " Yes, Mom." ]
Alicia menghembuskan nafas dengan kasar setelah memutuskan sambungan telfonnya. Dia belum siap untuk berterus terang pada ibunya.
Setelah bersiap - siap, Alicia segera berangkat ke kampus dengan mobil pribadinya yang dibelikan Medina saat ia pertama masuk kuliah sebagai hadiah.
Hampir tiga puluh menit berkendara, Alicia sampai di kampus. Dia segera masuk ke dalam kelas dan menghampiri salah satu teman terdekatnya.
" Pagi, Salsa...!" sapa Alicia.
" Pagi, Alicia... Wajah kamu kusut banget." sahut Salsa.
" Tidak apa - apa,"
" Tidakkah kau ingin bercerita padaku? Apa ini ada hubungannya dengan Uncle Adam?"
" Ssttt... Jangan ngomong sembarangan disini!"
" Mau sampai kapan, Al? Kalian tidak punya hubungan keluarga, tidak salah kalau kamu menyukainya."
" Aku takut, Sal... Bagaimana kalau setelah ini Uncle Adam malah marah dan meninggalkanku? Hanya Uncle Adam yang aku miliki disini."
" Kalau tidak dicoba bagaimana kamu bisa tahu perasaan Uncle Adam padamu yang sebenarnya. Setidaknya kamu tidak terlalu lama berharap jika nanti ada penolakan darinya, kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan orang yang bisa membalas cintamu."
Alicia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Apakah keputusannya untuk mengungkapkan perasaannya pada seorang pria yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
" Hai, Alicia... Salsa...!" seru seorang pria yang langsung duduk di samping Alicia.
" Vino...? Kebiasaan deh teriak - teriak nggak jelas." gerutu Salsa.
" Pagi - pagi mukanya dah pada kusut, semangat dong!" sahut Vino dengan senyum manisnya.
" Lebay...!" cibir Salsa.
Alicia hanya diam saja melihat perdebatan dua temannya. Walaupun Adam tidak suka dirinya dekat dengan teman pria, namun Alicia diam - diam berteman dengan Vino. Pria itu selalu baik dan sopan padanya.
" Al, nanti pulang kampus ngedate yuk?" rengek Vino.
" Tidak bisa, Vin. Aku ada urusan penting di tempat lain." tolak Alicia.
" Kapan kamu bisa hangout bareng teman - teman?"
" Next time, Vin. Hari ini aku beneran nggak bisa."
" Jangan maksa kalau orangnya nggak mau!" sahut Salsa sewot.
" Sudah - sudah! Sebentar lagi dosennya masuk." lerai Alicia.
# # #
Alicia langsung bergegas meninggalkan kampus setelah kelas berakhir. Tujuannya hanya satu, rumah sakit tempat Adam bekerja. Butuh waktu satu jam untuk sampai disana.
" Akhirnya sampai juga," gumam Alicia dengan senyum kecilnya.
Alicia keluar dari mobil dan bergegas menuju ruangan Adam di lantai paling atas. Saat ini juga sudah waktunya makan siang, jadi Alicia membawa makanan untuk makan siang bersama.
" Assalamu'alaikum, Uncle..." sapa Alicia saat berpapasan dengan Adam yang baru keluar dari ruangannya.
" Wa'alaikumsalam, Uncle pikir agak sorean datangnya." sahut Adam sambil tersenyum.
" Dosennya nggak masuk hari ini, jadi pulang lebih cepat. Uncle mau pergi, ya?"
" Uncle mau keluar sebentar untuk makan siang."
" Cia udah bawa makanan, Uncle. Kita makan di ruangan Uncle saja."
" Ok, keponakan Uncle baik banget sih!"
Adam merangkul bahu Alicia dan membawanya masuk ke dalam ruangannya. Mereka makan berdua sambil bercanda dan tertawa bersama hingga tak terasa makanan mereka telah habis.
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments