" Apa kau tidak sadar kalau pria itu menyukaimu...?" ujar Adam dengan raut wajah kesalnya.
" Memangnya kenapa kalau dia suka padaku, Uncle?" tanya Alicia lirih.
Adam menepikan mobilnya di bahu jalan lalu menatap tajam kearah Alicia yang sedari tadi tidak pernah membalas tatapannya.
" Belum tentu dia itu pria yang baik, Cia. Dia bisa kapan saja menyakiti hatimu."
" Benarkah hanya itu alasan Uncle marah padaku?" cecar Alicia.
Adam tidak tahu mengapa dirinya begitu membenci semua pria yang mendekati Alicia. Ada perasaan tidak rela saat keponakannya itu mendapat perhatian dari pria lain.
" Sudahlah, Uncle tidak mau bahas ini lagi. Sebaiknya kita makan siang sekarang, kamu mau makan apa?" kata Adam lebih lembut.
" Aku mau pulang saja, Uncle."
" Makan dulu baru pulang."
" Cia lagi nggak pengen makan, Uncle!" teriak Alicia.
" Jangan berteriak padaku, Cia! Atau kau lebih suka aku kembalikan pada orangtuamu?" ancam Adam.
Alicia terisak seraya menangkupkan kedua tangan diwajahnya. Selama ini ia selalu menuruti semua perintah Adam walaupun itu terasa tak adil untuk dirinya. Adam sangat posesif terhadapnya dengan dalih amanah dari Jonathan, ayahnya.
" Maaf, Uncle tidak bermaksud untuk membentakmu tadi. Jangan nangis lagi, ya? Uncle hanya takut kehilanganmu." ungkap Adam lirih.
Adam membawa Alicia ke dalam dekapannya. Hatinya terasa sakit saat melihat gadis kecilnya menangis seperti ini. Entah ini perasaan sayang terhadap anak ataukah Adam memiliki perasaan lebih daripada itu. Semua sudah berubah semenjak Alicia mulai tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan menawan.
# # #
Sesuai yang di janjikan Adam, hari ini Alicia sudah bersiap di depan Apartemen milik Adam. Mereka akan pergi liburan ke pantai.
" Uncle, kenapa lama sekali sih!" teriak Alicia.
" Masuklah! Kau mengganggu para tetangga berteriak terus diluar." tegur Adam dari dalam.
Alicia langsung masuk ke unit Apartemen Adam dan mendapati pria dewasa itu sedang berada di dapur. Ternyata Adam sedang memasak untuk sarapan.
" Uncle sedang masak apa?" tanya Alicia.
" Cuma buat sarapan sama untuk bekal kita liburan." jawab Adam.
" Kenapa harus bawa bekal, Uncle? Kita bisa beli makanan disana."
" Makanan dari rumah itu lebih sehat, Cia. Kamu duduk saja dulu sambil nungguin sarapannya matang."
" Cia bantuin Uncle saja biar cepat selesai."
Alicia mendekati Adam yang sedang membuat adonan kue kering yang akan dibawa liburan nanti. Sudah lama Adam tidak membuatnya karena kesibukan di rumah sakit.
" Terimakasih gadis kecilku yang cantik."
" Cia bukan anak kecil lagi, Uncle...!"
" Iya, ayo bantu Uncle masukkan kuenya ke oven."
Sembari menunggu kuenya matang, Adam dan Alicia sarapan bersama. Ruang makan terasa hening karena mereka sedang menikmati makanan masing - masing.
Usai menikmati sarapan dan mempersiapkan semua bekalnya, Adam dan Alicia segera keluar dari Apartemen untuk berangkat liburan. Alicia sangat menyukai pantai sehingga Adam tak perlu pergi jauh - jauh.
" Uncle, apakah kita akan menginap malam ini?" tanya Alicia.
" Tidak, Cia. Besok pagi Uncle ada pekerjaan penting." jawab Adam.
" Yah... Padahal Cia pengen menikmati malam di pantai."
" Lain kali, sayang. Uncle pasti menyempatkan waktu untuk menemanimu ke pantai lagi di malam hari."
" Uncle tidak bohong, kan?"
" Tidak, Uncle akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia."
" Terima kasih, Uncle. Cia sayang banget sama Uncle Adam."
" Uncle juga sayang Cia."
# # #
Sampai di pantai, Alicia begitu bersemangat berlarian di sepanjang pantai. Seperti anak kecil, ia bermain air dan pasir. Adam hanya mengawasinya saja dari jarak yang tidak terlalu jauh.
" Uncle, ayo main sama Cia...!" teriak Alicia lantang.
" Uncle disini saja, mainlah sepuasmu hari ini." sahut Adam sambil tersenyum.
Alicia membalas senyuman Adam dengan tatapan yang sulit diartikan. Jantungnya berdebar sangat kencang, entah apa yang ia rasakan saat ini.
' Tidak! Ini semua pasti salah. Perasaanku pada Uncle Adam hanyalah sebatas paman dan keponakan ' gumam Alicia lirih.
" Hei... Kenapa melamun! Ayo istirahat dulu, matahari sudah mulai terik. Uncle tidak mau Cia sakit." ujar Adam tiba - tiba seraya meraih tangan Alicia dengan lembut dan tatapan penuh perhatian.
' Ya Tuhan, kenapa perasaanku tidak karuan seperti ini saat berdekatan dengan Uncle Adam? Tidak mungkin aku suka padanya, kan?' lirih Alicia dalam hati.
Entah mengapa Alicia merasa gugup berdekatan dengan Adam kali ini. Padahal mereka sudah sering bersama, bahkan sewaktu kecil Alicia sering tidur satu ranjang dengan Adam.
" Cia... Apa yang kau pikirkan?" ujar Adam heran dengan tingkah Alicia yang aneh.
" Mmm... Eh... Tidak apa - apa, Uncle. Cia tidak memikirkan apapun."
" Apa kau berusaha membohongiku? Dari kecil kau itu selalu bersamaku, mana mungkin Uncle bisa tertipu olehmu?"
" Apa Uncle tahu apa yang Cia pikirkan?"
" Uncle ini dokter bukan cenayang, Cia."
" Ayo duduk disana, Uncle. Cia juga lelah sudah bermain pasir dari tadi." ajak Alicia.
Alicia bergelayut manja di lengan Adam sambil tersenyum. Hari ini ia merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Adam. Begitu pula dengan Adam, dia juga merasa senang melihat senyum Alicia yang tanpa beban.
" Minum dulu!" titah Adam saat mereka sudah duduk di tempat yang teduh.
" Cia pengen air kelapa, Uncle. Cia beli dulu, ya?"
" Biar Uncle yang beli, kamu duduk saja disini."
" Baiklah. Terimakasih, Uncle."
Adam segera beranjak untuk mencari penjual air kelapa muda. Saat ini perasaannya sungguh tak menentu saat berdekatan dengan Alicia. Hanya Alicia satu - satunya gadis yang bisa membuatnya tersenyum.
Tak jauh dari tempat duduk Alicia, Adam membeli dua kelapa muda yang sudah diberi sedikit batu es agar rasanya menjadi lebih segar.
" Ini minumnya, Cia." Adam menyerahkan satu kelapa kepada Alicia.
" Terimakasih, Uncle. Cia senang hari ini bisa menghabiskan waktu bersama Uncle lagi."
" Maaf, ya? Uncle akhir - akhir ini sangat sibuk dengan pekerjaan sampai tak ada waktu untukmu."
" Tidak apa - apa, Uncle. Cia paham tanggung jawab Uncle sangat besar terhadap pekerjaan di rumah sakit." ungkap Alicia.
" Gadis kecil Uncle sudah mulai berpikiran dewasa sekarang."
Adam mengacak - acak rambut Alicia gemas lalu menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Sangat nyaman rasanya bisa memberikan kasih sayang lebih pada gadis di dalam dekapannya.
" Seandainya nanti Uncle bertemu dengan gadis yang lebih segalanya dari Cia, apakah Uncle akan meninggalkan Cia?" lirih Alicia.
" Bagiku, kau lebih segala - galanya. Jangan berpikir macam - macam, sampai kapanpun kamu tetap kesayangan Uncle, Cia."
" Cia takut kehilangan Uncle, jangan pernah tinggalkan Cia."
" Jangan bicara seperti itu, apapun yang terjadi nanti, kita akan tetap bersama sampai kamu dewasa dan bertemu jodohmu."
Alicia mengurai pelukan Adam dan menatap lekat wajah pria yang berada di sampingnya. Ada rasa sakit dihatinya entah karena apa.
" Jika Uncle yang bertemu jodoh lebih dulu, gimana?"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments