Setelah selesai dengan pekerjaan nya, Hazel pun kembali ke kamar nya untuk beristirahat.
Hazel memandang foto keluarga nya saat dirinya masih berusia 7 tahun.
"Pa, ma Hazel rindu kalian"
Perlahan air mata pun luruh dipipi Hazel karena merindukan orang tua nya yang meninggalkan nya secara bersamaan dalam tragedi kecelakaan.
Hingga tanpa terasa Hazel pun tertidur dengan memeluk foto keluarganya.
Setelah satu jam tertidur Hazel pun terbangun karena suara dering ponsel nya.
"Halo"
"Kamu ga ngantor Zel?"
"Maafkan aku Mia, aku sedang tidak enak badan jadi tidak masuk apakah kamu sudah membuatkan surat izin ku?"
"Sudah aku buatkan dan bos menerima nya, apakah kamu sudah membaik? Ingin ku jenguk malam ini?"
"Tidak perlu Mia, besok aku akan kembali bekerja"
"Ahhh syukurlah kalau begitu, aku tutup dulu by" Ucap sahabat sekantor Hazel dan menutup panggilan itu.
Hazel bangkit dari tidur nya dan mengucek matanya, Hazel melihat jam dinding dan terkejut saat mengingat sesuatu.
Hazel langsung berlalu keluar kamar menuju dapur untuk memasak sesuatu untuk dibawa nya pergi.
Hazel memang sangat mahir dalam hal masak memasak karena sedari kecil selalu ikut mama nya berkutat didapur.
Dengan lihai tangan gadis itu memotong bahan makanan untuk dimasaknya siang menjelang sore ini.
Liza yang datang ke dapur untuk mengambil minuman segar pun mengerutkan kening nya saat melihat Hazel yang memasak makan malam lebih awal dari sebelumnya.
"Kau cepat sekali memasak"
"Ahh iya, aku ada urusan kantor mendadak jadi harus berangkat sebentar lagi"
"Lalu bekal itu?"
"Aku membawanya untuk makan malam karena sepertinya aku akan lembur" jawab Hazel tersenyum manis.
Liza pun tidak lanjut bertanya karena baginya kesibukan Hazel itu tidak penting apa lagi sampai bertanya banyak hal.
Setelah selesai memasak dan menyiapkan bekal lengkap Hazel pun berlalu kekamar nya untuk mandi.
Setelah beberapa saat mandi Hazel pun selesai dan kini sudah menggunakan gaun Selutut yang berwarna sage green.
Rambut panjang Hazel diberi jepit berwarna senada yang membuat gadis itu begitu cantik dan anggun.
Hazel juga membawa tas kecil berwarna putih yang senada dengan flatshoes nya, setelah itu Hazel berlalu kedapur untuk mengambil bekalnya.
"Mau kemana kau?" tanya Lia yang tiba tiba datang membuat Hazel terjingkat kaget.
"Mau ke kantor tante"
"Tapi tidak bekerja satu hari ini?" tanya Lia menatap Hazel curiga.
"Ada pekerjaan mendadak tante"
"Lalu bekal itu?"
"Sepertinya Hazel akan lembur tante jadi bawa bekal saja" jawab Hazel yang mencoba agar tidak gugup
"Ya sudah pergi sana" ucap Lia ketus karena memang selalu seperti itu.
Hazel pun bernafas dengan lega dan melanjutkan jalan nya dengan senyum manis nya.
"Eh tunggu" Hazel langsung menghentikan langkah nya.
"I..iya tante"
"Tumben memakai dress tidak pakai pakaian formal?"
"Sedapetnya aja tante karena buru buru" jawab Hazel tersenyum dan menampilkan gigi putih nya.
"Ya sudah pergi sana" ucap Lia dan Hazel pun langsung berlalu pergi karena taxi yang dipesannya sudah menunggu didepan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dirumah sakit, Eric terus mendesak Rion untuk mencari Hazel karena gadis itu tak kunjung datang.
"Cepat cari dia Rion, dia sudah berjanji pada papa untuk mengunjungi papa lagi"
"Ck sudah lah papa dia juga belum tentu gadis baik"
Ctakkkkk
Rion mendapat jitakan dikepalanya dari tangan Eric membuat Rion mengaduh sakit dan mengelus kepalanya.
"Kau bilang dia belum tentu gadis baik? jika dia tidak menyelamatkan aku tadi malam mungkin saja aku sudah mati sekarang ini"
"Y..ya biasanya orang yang begitu selalu meminta bayaran mahal papa"
Ctakkkkk
Sekali lagi kepala Rion dijitak oleh Eric dengan keras karena kesal dengan ucapan putranya yang seperti tidak disekolahkan.
"Apa sih papa ini"
"Jika dia meminta bayaran mahal maka dia akan memeras ku sedari tadi, aku tidak ingin mendengar apa pun sekarang cari gadis itu" ucap Eric kesal.
Rion hanya menghembuskan nafas kasar melihat tingkah papanya yang seperti anak anak.
"Tapi kan Rion, wanita tadi mirip seperti sahabat papa"
"Siapa?"
"Anderson"
"Om Anderson Lorens maksud papa?" Eric pun mengangguk setuju.
"Bukannya papa bilang dia sudah meninggal dunia saat semobil dengan istri dan putrinya"
"Ck waktu itu hanya putrinya yang selamat bodoh" ucap Eric.
"Jadi maksud papa, gadis tadi adalah putri om Anderson?" Eric pun mengangguk lagi.
"Aku sih ga percaya" jawab Rion
"Kenapa ga percaya?"
"Papa sendiri yang bilang dia dibawa oleh om dan tante nya keluar negeri lalu bagaimana bisa ada di kota ini?"
"Benar juga, tapi bagaimana jika mereka sudah pindah?"
"Ahhh sudahlah papa, intinya aku tidak yakin jika dia putri om Anderson" ucap Rion yang sudah kesal.
"Yasudah pergilah cari gadis itu"
"Ya makanya aku nanya nama nya siapa papa?" tanya Rion yang mulai kesal.
"Papa lupa bertanya padanya"
"Lalu bagaimana?"
"Bagaimana apanya? kau cari saja keliling dunia ini dengan mengingat wajahnya" ucap Eric ketus
"Ck ada ada saja permintaan nya"
"Cepat Rion!" bentak Eric.
"Aishhhh iya iya aku pergi" ucap Rion dan bangkit dari duduknya lalu berlalu pergi.
Ceklekkkk
"Hay om"
"Ehhh monyet, aishhh ngagetin"
"Aku manusia loh ini" ucap Hazel menatap kesal kearah Rion.
"Ahhh syukurlah kau datang, papa mencari mu sedari tadi"
"Aku tadi ketiduran dirumah om" jawab Hazel tersenyum kuda.
"Yasudah masuk sana" ucap Rion membukakan pintu untuk Hazel.
Eric langsung tersenyum cerah saat melihat siapa yang datang menemuinya, dia adalah gadis yang dinanti nanti oleh Eric.
"Hay tuan, bagaimana keadaan mu?" tanya Hazel duduk disamping brankar Eric setelah menyalami pria itu.
"Aku sudah lebih baik setelah melihat mu anak manis" ucap Eric mencubit hidung Hazel.
"Maafkan aku ya tuan karena terlambat, tadi aku harus memasak untuk mu lebih dulu" ucap Hazel memperlihatkan tas bekal yang dibawanya.
"Dia bilang sama ku tadi ketiduran tapi ini udah beda lagi" gumam Rion.
"Wahhh terlihat sangat enak" puji Eric.
Hazel membuka kotak bekal itu hingga harum makanan itu semerbak hingga ke hidung Rion yang duduk disofa.
"Ehhh harum sekali masakan nya" batin Rion yang terus memperhatikan interaksi keduanya.
"Apakah aku harus menyuapi mu tuan?"
"Jika kau bersedia gadis manis" jawab Eric tersenyum hangat.
Hazel menyuapi Eric dengan telaten hingga membuat sudut bibir Rion terangkat melihat kehangatan keduanya.
"Ini sangat enak nak" puji Eric yang sangat menikmati makanan yang dimasak Hazel.
"Terimakasih atas pujian nya tuan, aku tahu makanan dirumah sakit pasti rasanya hambar jadi aku memasak makanan yang enak untuk mu dan bisa tuan konsumsi"
"Jangan panggil tuan nak, panggil saja papa"
"Heh? papa? terdengar canggung tuan" ucap Hazel sungkan.
"Tidak apa sayang"
"Baiklah pa" jawab Hazel mengalah.
"Oh iya, aku juga memasak untuk om" ucap Hazel menoleh kearah Rion.
"Ck bisakah kau berhenti memanggil ku om?"
"Aku tahu kamu lebih tua dari ku, aku hanya menghormati mu" jawab Hazel dengan wajah polos.
"Umur ku masih 29 tahun"
"Dan umur ku 21 tahun" jawab Hazel.
Eric terkekeh melihat wajah kesal putranya karena gadis ini enggan mengalah dan cukup keras kepala.
"Aku tidak ingin berdebat dengan mu om, makanlah ini" ucap Hazel meletakkan kotak bekal lain yang lengkap dengan lauk, sayur dan nasi nya.
Hazel pun lanjut menyuapi Eric karena makanan pria itu belum habis sepenuhnya dan Hazel juga menyiapkan salad buah untuknya.
Rion mengambil kotak bekal itu dan melihat isinya, Rion memasukkan satu sendok makanan kedalam mulut nya.
Seketika raut wajah Rion berubah menjadi berbinar, harum dan rasanya benar benar sangat lezat fikir Rion.
.
.
.
Jangan lupa dukungan buat author ya readers author yang baik🤗
Beri masukan jika kalian ingin mengkoreksi 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Anonymous
Kok ga ada lanjutannya
2023-01-16
0