Tangan laki-laki itu terulur "menyodorkan secarik kertas di depan Anta.
Anta meraih dan membacanya. Wajah Anta berubah merah menandakan ia marah.
"Biadab! brakk!!" umpatnya pada laki-laki didepannya sambil berdiri dan memukul meja didepannya.
"Srak.. srak.." Anta merobek-robek lembaran kertas menjadi kecil lalu ia lemparkan ke muka laki-laki yang mengaku bernama Dante Assegaf.
Dante berjingkat setelah mendengar umpatan dan gebrakan meja yang Anta lakukan ditambah lemparan kertas yang tentunya terasa tak sakit sama sekali.
Lelaki dengan etitud yang terlewat sopan ternyata tak ubahnya antek serigala berbulu domba ucap ku dalam hati.
Anta berdiri dengan melipat kedua tangan di depannya. Dengan sorot mata tajam seakan siap membunuh mencabik-cabik buruan didepannya apalagi ia terlihat murka sekarang.
Rasa gugup yang mendera sebagai pengganti sang Ayah sirna sudah, setelah apa yang Anta baca pada secarik kertas. Ia kini telah berubah menjadi singa yang tengah kelaparan ingin mencabik-cabik mangsa yang ada didepannya.
"Glek.." Dante merasa takut hingga kesusahan menelan ludahnya sendiri, tenggorokannya terasa kering sekarang.
"Tak kusangka pria berpendidikan seperti Anda dan terutama Tuan Anda melakukan hal serendah ini" kataku dengan sinis dan jangan lupakan tatapan tajam Anta seperti sembilu yang siap menggorok leher siapa pun sekarang.
Dante nampak menguasai dirinya "apa yang Nona baca sudah lah sah sesuai perjanjian yang tertera di sana, jika Anda masih ragu, bisa Anda tanyakan pada Brama Alexander Ayah Anda Nona."
Tanpa merespon dan menjawab pertanyaannya Anta berjalan keluar dari ruang VVIP dan kembali ke Kediaman Ayahnya.
Sedangkan Dante yang ditinggal begitu saja masih terdiam dengan ekspresi terkejut atas sikap gadis yang sebentar lagi menjadi Istri Tuannya "padahal hanya pernikahan kontrak saja, kenapa sama galaknya" monolog Dante dengan tangan yang masih mengelus dada.
"Begitulah Tuan.. awal kali perjanjian pernikahan Anda dengan Nona Anta dan ini rekaman kejadian di Hotel Century"
Arav menerima flashdisk dan melihat kejadian di hotel Century.
Netra Arav menatap takjub dengan segala hal yang melekat pada Istrinya. Baik penampilan maupun sikapnya yang sangat berbeda. Sisi yang belum pernah ia lihat sama sekali.
"Dan ini isi surat perjanjian pernikahan Anda dengan Nona Anta"
Arav menerima berkas perjanjian dan membacanya.
Pihak pertama (Arav Ellworth Abelard) dan kedua (Antakawulan) telah setuju untuk menikah.
Pihak kedua boleh melakukan kegiatan diluar dengan catatan selalu menjaga nama baik keluarga besar.
Hanya pihak pertama yang berhak mengajukan perceraian. Jika terjadi perceraian maka pihak ke dua mendapatkan uang kompensasi sebesar 2 milyar.
Selama masa pernikahan pihak ke dua harus mematuhi pihak pertama.
Setelah membaca surat perjanjian Arav tersenyum puas "Selidiki segala hal yang menyangkut Istriku Dante"
"Baik Tuan" membungkuk memberi hormat lalu pergi dari hadapan Arav.
**
Anta tengah sibuk dengan usaha yang ia rintis setelah pernikahannya dengan Arav Ellworth Abelard.
Usaha yang ia kembangkan dengan modal hanya lima juta sebagai penopang untuk menghidupi dirinya, kini telah berkembang dengan sepuluh pekerja dengan omset lima puluh juta perbulannya.
Usaha yang ia lakukan di Mansion Arav dengan ruangan kecil untuk proses pemasaran dan pemotongan kain, selebihnya bisa dikerjakan di rumah para pekerja masing-masing.
Pena ditangannya bergerak tanpa arah karena sang empu tengah melamun teringat akan Ayahnya yang sekarang entah bagaimana kabarnya.
Dengan tegas ia memutuskan hubungan dengan sang Ayah karena rasa marah yang dan kecewanya pada Ayahnya dengan teganya menjualnya untuk mendapatkan kekayaan. Meskipun demikian ada rasa sesal dalam hatinya.
Angannya melayang pada kejadian sepulangnya ia dari Hotel Century diruang keluarga tepatnya.
"Seperti apa calon Suami Anta.. Pa?"
"Tua dan buruk rupa"
"Ha ha ha" tawa dua wanita beda usia.
"Deg.." jantung Anta berpacu begitu cepat.
Kenapa dengan santainya Ayah mengatakan hal itu seakan bukan hal besar, apa ini.. monolog ku dalam hati.
"Apakah Ayah tidak merasa bersalah sama sekali? bukankah Anta masih Putri Ayah?"
"Ya.. tapi Putri yang sangat ku benci, setidaknya ia berterima kasih pada ku karena dirinya masih ada nilai untuk ku meskipun hanya sebagai pelunas hutang dan mendapatkan kekayaan" katanya Brama dengan seringaian di bibirnya.
Seketika Tubuh Anta terjatuh, air mata membasahi kedua pipinya. Hatinya hancur, sosok Ayah yang didambakannya yang ia kira mencintainya ternyata hanya berpura-pura saja.
Secarik kertas yang tadi ia baca di ruang VVIP ternyata benar adanya. Secarik kertas yang ia yakini hanyalah lelucon saja dan dengan yakinnya ia tak mempercayainya sama sekali, nyatanya itu adalah kebenaran.
Anta berusaha bangun dari posisi duduknya, dengan susah payah, akhirnya ia terbangun dan berjalan tertatih menuju kamar.
Tubuhnya terasa lemah, bahkan untuk membuka ruang keluarga dimana mereka berada ia tak mampu.
Anta menangis setelah pintu kamarnya tertutup. Tubuhnya luruh kebawah dibalik pintu kamarnya.
Hiks.. hiks.. Tangis nya pilu.
Pecundang, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya yang tak mampu menghadapi kenyataan bahwa Ayahnya telah menukarnya untuk melunasi utang dan sejumlah uang yang ia tak tau berapa jumlahnya. Pastinya tidaklah sedikit, mengingat jajaran pengawal dan lelaki yang mengaku namanya Dante jelas terlihat bahwa pria yang nantinya menjadi Suaminya sangatlah kaya.
Sesampainya ia dikamar. "Nenek.. Ibu.. Anta harus apa? Ayah jahatin Anta, tapi Anta sangat sayang Ayah.. hiks.." tangisnya yang tak kunjung reda.
Kedua kaki ditekuk dengan duduk di atas ranjang dengan air mata membasahi kedua pipinya, entah sudah berapa lama ia menangis. Mata yang tak henti-hentinya mengeluarkan air mata perlahan terpejam karena kelelahan.
Tubuhnya limbung jatuh ke kasur tanpa ia sadari terlelap setelah sekian lama menangisi perlakuan Ayahnya padanya.
Bukan karena pernikahan ia menjadi lemah tak berdaya namun rasa sakit dan kecewanya pada sang Ayah yang membuat nya tak berdaya karena rasa cinta dan kasih sayangnya pada sang Ayah yang begitu besar.
Keesokan harinya. "Anta.. tolong Ayah Nak! tolong Ayah..!!" pintanya dengan posisi masih berlutut di depannya.
Anta masih terdiam karena rasa marah, kecewa masih menguasai hatinya.
Brama menggeser lututnya mendekati Anta lalu bersimpuh dengan memegang kaki Putrinya "tolong Ayah Nak! hanya kamu yang mampu menolong Ayah..!!" pintanya dengan memelas.
Anta beranjak dari posisi berdirinya memutar tubuh untuk masuk kembali ke dalam kamar, namun langkahnya terhambat dengan tangan Brama semakin mencengkram kaki Anta.
Anta terdiam mematung di tempat "Apa yang kamu inginkan?" tanya Anta yang mengubah bahasanya pada Ayah nya dengan formal.
Brama menyadari perubahan Anta mungkinkah Putrinya sudah mengetahui fakta bahwa ia akan di tumbal kan dengan alibi pernikahan?
"Maafkan Ayah Nak! turunlah ke bawah temui Asisten Dante, Ayah mohon kepadamu terimalah pernikahan itu" pinta Brama.
Anta melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar ia sudah tak peduli lagi.
"Baiklah.. jika itu maumu Nak. Ini adalah pertemuan kita terakhir kalinya karena setelah ini Tuan Arav akan membunuh Ayah, Ibu juga Adikmu" kata Brama dengan posisi tubuh membelakangi Anta.
Deg.
Hati Anta berdetak cepat mendengar penuturan Ayahnya. Sakit tentunya yang ia rasakan. Namun rasa cinta dan sayang yang begitu besar pada Ayahnya membuat hati Anta melemah.
"Baiklah.." kata Anta sambil berjalan melewati Ayahnya "satu permintaan ku Pada Anda.. setelah ini kita bukan lagi Ayah dan Anak namun hanya orang asing" Anta berlalu meninggalkan Brama yang masih terpaku di tempatnya dengan air mata membasahi kedua pipinya.
Sedangkan Brama sendiri masih termangu ditempatnya berdiri dengan hati seakan diiris sembilu "apa ini.. dia bukan Putri yang kuharapkan, tapi kenapa.." ucapan Brama berhenti ia tak mampu berkata-kata lagi dengan tangan memegang pipinya yang telah basah dengan air mata yang tanpa ia sadari menetes sejak perkataan Anta yang terakhir kalinya.
Brama berusaha menepis perasaan dalam hatinya dan berjalan turun ke ruang tamu menyusul Anta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments