Setelah memukul bantal meluapkan emosinya nyatanya hatinya masih tak tenang merasa terancam. Anta menghentak-hentakkan kakinya kesal karena usahanya sia-sia.
"Pintu udah ku kunci, di ganjal dengan meja juga udah tapi si mesum itu masih bisa masuk aja, apa dia jin yang menyamar jadi manusia" katanya dengan posisi berjalan mondar-mandir dengan sesekali menghentakkan langkahnya karena kesal luar biasa.
Tubuhnya merinding seketika "takuuuut" katanya sambil berlari menuju ranjang bersembunyi di balik selimut tidur lagi setelah ia lirik jam yang terpampang didinding masih menunjukkan pukul dua dini hari.
Perlahan kelopak matanya terasa berat dan Anta akhirnya tertidur juga.
Sedangkan Arav yang telah selesai mandi dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya berjalan keluar lalu masuk ke kamar Anta. Namun kali ini berbeda karena pintu itu tidak lagi terkunci seperti sebelumnya.
Bibir Arav terangkat membentuk senyuman mengingat ulahnya tadi, membuang kunci kamar Istrinya beserta benda-benda yang bisa digunakan Istrinya untuk mengganjal pintu lagi.
Arav naik keatas ranjang berbaring disana sambil memeluk tubuh Anta yang telah tidur dengan lelap.
_________
Keesokan harinya.
Arav terbangun lebih dulu, berjalan keluar dengan perlahan dengan tubuh bertelanjang dada dengan handuk mandi menutupi tubuh bagian bawahnya.
Dengan perlahan ia menutup pintu berbalik pergi menuju kamarnya.
Di balik pilar seorang pria paruh baya tersenyum, melihat kelakuan Tuan mudanya yang tengah di landa asmara. Mengambil handphone "Tuan ada berita baik, Tuan muda keluar dari kamar Istrinya. Mudah-mudahan segera ada Tuan muda junior" katanya pada sosok di sebrang sana.
Tut panggilan ditutup. Laki-laki tadi yang tak lain adalah Kepala pelayan berbalik pergi untuk kembali bekerja.
Jam menunjukkan pukul lima pagi. Anta terbangun dari tidurnya. Membersihkan diri lalu turun kebawah membuat sarapan.
Tangannya berkutat dengan peralatan dapur dengan cekatan.
"Ya Nek.. Anta kangen juga" katanya pada seseorang yang tengah video call dengannya.
Tangan Anta bergerak lincah menuntaskan masakannya dengan canda tawa mengiringinya.
"Sayang.. siapa cowok ganteng di belakang mu?"
Deg. Jantung Anta memompa dengan cepat lantaran pertanyaan Neneknya yang mengejutkannya bahkan tubuh nya kaku seketika.
Arav berjalan mendekat. Memposisikan wajahnya di depan layar "Halo selamat pagi Nek.. saya Arav, pejuang cinta Anta cucu Anda" ekor matanya melirik Istrinya dengan senyum ramah pada Nenek Anta.
Sedangkan mata Anta mendelik seketika lengkap dengan bibir manyun nya.
"Hahaha.. benarkah? perkenalkan saya Nenek Anta dan selamat berjuang! kalau kamu bisa tentunya!" hahaha.. tawa sang Nenek lagi mengingat perjalanan kisah asmara cucunya yang luar biasa apalagi ia melihat interaksi keduanya.
"Restunya ya Nek?"
"Bisa jadi.. jika kamu bisa mengambil hatinya aja. Cucu Nenek limited edition soalnya" Hahaha tawa Nenek dan Arav bersamaan.
"Nenek!" pekik Anta.
"Selamat berjuang ya.. hati-hati banyak saingan nya!!"
Arav manggut-manggut sebagai jawaban sambil tersenyum. Tidak tau aja cucunya udah dalam tahanannya.
Klik panggilan telpon berakhir.
Bibir Anta semakin manyun sebenarnya siapa cucunya, Nenek menyebalkan. Gumamnya dalam hati mematikan panggilan telp tanpa berpamitan pada cucunya.
Anta yang tengah melamun "cup" ciuman mendarat di bibirnya dengan segera Arav berlari menuju meja makan, sambil berteriak "morning kiss my wife"
"Argh.. mesum!" pekik Anta sambil mengusap pipinya dengan punggung tangannya.
Sedangkan Arav tertawa pongah melihat reaksi Istrinya.
Satu jam kemudian. "Selesai" kata Anta dengan senyum mengambang disana lantaran menu barunya berhasil dengan memuaskan dengan hasil yang nampak menggiurkan mata dan lidahnya tentunya.
Anta menata hasil masakannya di meja makan tanpa menghiraukan Arav yang tengah menatapnya wira-wiri bolak-balik mengambil dan menyiapkan di atas meja.
Beberapa saat kemudian makanan tersaji di meja makan.
Anta memasukkan makanan ke mulutnya namun berhenti seketika, karena tatapan Arav padanya.
Arav tersenyum bahagia. Namun sedetik kemudian senyuman itu sirna karena Anta pergi dari meja makan lengkap dengan piring ditangannya.
Malangnya nasib Suami yang tak diinginkan rutuk nya dalam hati sambil menggigit sendok tanpa ada makanan disana.
Makanan yang tersaji di meja tak lagi enak dimatanya lantaran sang Istri pergi sebagai tanda bahwa masih belum menerima dan memaafkannya.
Ia ingin dilayani sebagaimana layaknya Suami pada umumnya.
Arav beranjak pergi menuju kantor dengan wajah lesu karena rasa kecewa ditambah dengan rasa lapar yang mendera.
Suara deru mobil menandai keberangkatannya.
Sedangkan dibalik tirai jendela kamar. Anta melihat kepergian Suami mesumnya dengan tak tega sebetulnya.. namun ia abaikan lantaran rasa sakit dihatinya atas perlakuan sang Suami di masa lalu padanya.
Hati siapa yang tak sakit, dinikahkan oleh Ayahnya sebagai ganti hutang dan nyawa yang nyatanya hanyalah alasan menipunya untuk mendapatkan kekayaan.
Dan Suami yang ia harapkan bisa menerima dan memberi kebahagiaan nyatanya meninggalkan nya karena ada nama wanita lain di hati Suaminya.
Bukan kah bukan salahnya juga tidak mengakui seorang Suami yang mencintai wanita lain.
"Kenapa tidak minta makan sama pacarnya saja kenapa juga harus dengan ku yang seorang Istri diatas kertas huh.." sungut Anta lalu berjalan menuju makanan yang ia tinggalkan karena melihat kepergian Arav di balik jendela.
_________
Perusahaan Abelard.
"Makanannya terasa lezat" kata Arav mengingat makanan yang tersaji di meja makan Mansionnya. Seharusnya aku makan saja tadi, menyesal kan sekarang.. katanya dalam hati sambil memakan makanan yang tersaji di depannya dengan ogah-ogahan.
Meskipun dibeli di restoran bintang lima namun entah kenapa tak membuat Arav berselera.
"Tuan.. haruskah saya mengganti makanan Anda?"
"Tak perlu.." ucapnya dengan nada acuh tak acuh.
Makanan yang ada didepannya terpaksa ia telan saja karena perutnya terus berdemo minta jatah makanan. Namun baru lima suap nyatanya ia menyerah.
"Singkirkan.." katanya pada asistennya.
Dante mengangguk melambaikan tangan pada office boy yang kebetulan ada disana untuk membereskan sisa makanan Tuannya.
"Katakan segala hal tentang Istriku"
Dante menceritakan awal mula terjadinya pernikahan Arav dan Anta. Perjanjian di Hotel Century.
Anta tiba di Hotel Century dan Dante menyambut nya dengan baik. Sekilas mata Dante terkagum akan sosok calon Istri Tuan mudanya, Ia nampak dingin namun bermartabat dengan tampilan mempesona yang tak akan bisa dilupakan oleh siapa saja yang melihatnya.
Dante memberi hormat pada Antakawulan calon Istri Tuan mudanya pewaris Dinasti Abelard.
"Apakah anda Nona Anta?" tanya nya.
"Ya" jawab Anta.
"Perkenalkan nama saya Dante Assegaf, Asisten Tuan Arav Ellworth Abelard" katanya sambil membungkukkan badan.
"Mari Nona" katanya meminta Anta untuk mengikutinya menuju ruang VVIP.
Anta mengikuti kemana langkah kaki pria didepannya membawanya.
Dimasukinya ruangan dengan disain elegan serat dengan kemewahan dengan warna gold yang mendominasi setiap sisi ruangan.
Anta semakin yakin jika kolega bisnis sang Ayah bukan orang sembarangan, lantas pantaskah jika ia menjadi wakil dalam pertemuan ini.
Kegugupan melanda hatinya, ia meremas kain rok dibawah tangannya yang ia sembunyikan di balik meja.
Tak berselang lama pintu ruang terbuka dari luar. Ia berjalan masuk membisikkan pesan pada laki-laki yang duduk di depan Anta. Laki-laki itu mengangguk paham. Tak berapa lama laki-laki pengantar pesan itu keluar menyisakan Anta dan laki-laki didepannya yang tak lain adalah Dante Assegaf.
Tangan laki-laki itu terulur "menyodorkan secarik kertas di depan Anta.
Anta meraih dan membacanya. Wajah Anta berubah merah menandakan ia marah.
"Biadab!" umpatnya pada laki-laki didepannya sambil berdiri dan memukul meja didepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments