Suasana hati Yuri sungguh berbanding terbalik dengan hangatnya pagi yang cerah. Semalaman dia tidak bisa tidur, memikirkan Byul.
Anak itu, pasti merasa sangat sedih. Dia baru saja kehilangan ibunya lalu kini berpisah dengan Yuri.
"Aku harus mendapatkan pekerjaan!" Seru Yuri bertekad.
"Aku akan menjemput Byul saat keadaanku stabil dan bisa merawatnya lagi."
Yuri beranjak dari tempat tidurnya, tidak lupa dia merapikan sprei yang terlihat agak berantakan sedikit terlebih dahulu.
Wanita itu berjalan keluar, dia ingin menemui Rang.
"Nona, sudah bangun? Bukankah ini terlalu pagi untuk bangun?" Tanya Suho yang sedang menikmati secangkir tehnya di ruang tamu.
"Ah, iya. Aku ingin menemui Pak Rang, apa beliau sudah bangun di jam segini?"
"Biasanya Pak Rang belum bangun di jam segini, nona." jawab Suho.
"Ada apa?" kemudian, seorang pria berpiyama biru dongker turun perlahan dari tangga.
Rambutnya agak berantakan, namun wajahnya tidak terlihat seperti habis bangun tidur.
"Tuan, sudah bangun?" Suho mengerutkan dahi. Sedangkan Rang, hanya mengisyarat Suho untuk memberikan waktu padanya dan Yuri berdua.
Rang berlalu melewati Yuri dan duduk di kursi besar miliknya, dia menyilangkan kakinya ke depan kemudian menoleh ke arah Yuri yang masih tertegun melihat penampilan acaknya.
"Ada apa? Ada yang ingin kau katakan? Duduklah!" Rang menunjuk sofa yang ada di depannya agar Yuri duduk disana.
Yuri mengangguk secara perlahan, "tentu terimakasih pak."
"Di luar perusahaan, kau boleh memanggilku dengan sebutan Rang saja." Rang masih terkesan dingin, dia menunggu Yuri duduk di hadapannya.
"Aku akan mencobanya," kata Yuri gugup.
"Jadi begini," lanjut Yuri, sebenarnya dia merasa malu jika harus membicarakannya sekarang.
"Jam berapa aku harus ke kantor? Bukankah hari ini kau akan mewawancaraiku?"
"Untuk apa mewawancaraimu di kantor, saat kau ada di hadapanku sekarang? Yuri, kau akan bekerja sebagai asistenku dan agen rahasia untukku." Rang mencondongkan tubuhnya kedekat Yuri.
Yuri mengerutkan dahi dengan tingkah pria di hadapannya. "Agen rahasia?" Dia merasa salah telah berbicara pada Rang, pikiran pria itu benar-benar diluar nalar.
"Kau ingat wanita yang bersamamu saat di ruanganku waktu itu?"
Yuri hanya mengangguk
"Dia sekretarisku sekarang," lanjut Rang.
"Cih," Yuri tidak sengaja berdecak, dia masih agak kesal karena sikap Rang saat itu.
"Hei! Beraninya kau memasang ekspresi seperti itu!" Mata Rang membulat.
"Maaf-maaf, lalu apa yang kau ingin aku lakukan?"
"Dekati dia dan bertemanlah, ada banyak hal yang ingin aku tahu darinya."
Rang sadar, bahwa dia tidak bisa gegabah. Kecanggihan teknologi sekarang bisa saja mengeksposnya jika, orang-orang tahu bahwa dia adalah manusia rubah.
"Baiklah, akan aku lakukan," Yuri mengangguk.
"Tinggalah disini!" ucapan Rang membuat Yuri membelalak, wanita itu kini menatap Rang agak lama.
"Bukankah kau tidak punya rumah? Putuskanlah selagi aku menawarkan itu padamu." Sudut alis Rang terangkat.
"Terimakasih sebelumnya, tapi kurasa aku cukup tinggal dirumah sewaanku saja." Yuri tersenyum tipis.
"Baiklah, terserah kau saja." Rang mendengus, kemudian meninggalkan Yuri dan berlalu ke kamarnya lagi.
Pria itu membuka knop pintu dan menutupnya di belakang. Dia bertolak pinggang sembari mendengus pelan lagi.
Ternyata semalaman, dia juga tidak bisa tidur. Dia yakin ada sesuatu yang membuatnya terikat dengan Yuri namun dia tidak tahu pasti itu apa.
Sebenarnya malam kemarin....
Rang berjalan perlahan masuk ke dalam kamar Yuri, dia hendak memastikan sesuatu, dan meyakinkan bahwa perasaannya salah. Dia mendekat ke arah gadis itu dengan cepat, menatap Yuri yang terlelap.
Rang mendekatkan diri padanya, kemudian menarik dagu Yuri perlahan agar mulutnya terbuka sedikit.
Pria itu mendekatkan diri dan hampir melekatkan bibirnya pada Yuri.
"Aku harus memastikannya," kata Rang.
Dia ingin memastikan bahwa rasa penasaran yang ada di hatinya bukanlah karena permata rubah. Dia harap itu hanya angannya saja, karena ingin segera menemukan reinkarnasi dari kekasihnya dulu.
Mulut Rang dan Yuri hampir tinggal beberapa inchi lagi akan saling bersentuhan.
Namun Rang memutuskan untuk mengalirkan sedikit kekuatannya ke dalam rongga mulut itu, tanpa harus menciumnya. Jika ada permata rubah di dalam tubuh Yuri, maka benda itu akan muncul dengan sendirinya karena kekuatan Rang.
Namun beberapa menit telah berlalu, Rang tidak menemukan tanda apapun disana. Dia menghela napas kecewa, lalu melepaskan tangannya dari wanita itu.
"Apa yang aku pikirkan?" gumamnya sendiri sembari berjalan keluar kamar itu.
Kini, dia merasa hilang akal. Kenapa dia sempat berharap bahwa permata rubah itu ada pada Yuri.
Sekarang, Rang menggeleng dan mencoba melupakan kejadian semalam yang dia lakukan. Sesuatu yang ingin Rang ketahui.
Kali ini, dia sadar kalau dia harus fokus dan yakin jika permata rubah kemungkinan besar ada pada Nara. Sehingga, dia meminta Yuri untuk mencari tahu keseharian gadis itu.
Satu jam berlalu, Rang sudah membersihkan dirinya begitupun dengan Yuri. Saat Rang turun untuk sarapan, dia melihat Yuri yang sudah bersiap keluar dari rumahnya.
"Pak Rang terimakasih telah membantuku, aku pamit pulang dulu."
"Ya," kata Rang singkat.
"Nona, kau tidak sarapan dulu?" tanya Suho pada Yuri.
"Tidak! Tidak perlu, dia terlihat ingin segera keluar dari rumah ini." Rang menyela sebelum Yuri berbicara.
"Benar tidak perlu pak, aku akan menemuimu di kantor nanti pak Rang." Yuri menoleh pada Suho kemudian berganti menatap Rang.
"Tidak. Tidak perlu. Nanti saja." jawab Rang tanpa menoleh ke arah gadis itu.
Yuri hanya mengangguk kemudian melenggang pergi.
Sedangkan Rang, berjalan ke arah ruang makan.
"Kenapa kau bersikap dingin padanya, bukankah kau yang membawanya kemari? Setidaknya, beri dia sarapan."
"Suho!" mata Rang mendelik ke arah pria itu, warnanya berubah menjadi jingga terang dalam beberapa detik.
"Maafkan aku Tuan," jawab Suho dengan gugup.
Rang mendengus pelan.
Setelah selesai sarapan, Rang berjalan keluar seperti biasa sebelum ia masuk ke kantor. Dia ingin pergi ke air mancur tempat dimana orang sering memohon sesuatu.
Dia sering membantu orang yang ada disana untuk mendapatkan keinginan mereka. Namun, dia sendiri tidak bisa membantu dirinya.
Rang duduk disebuah kursi taman yang menghadap langsung ke arah air mancur itu.
Saat menunduk, pria itu melihat satu koin yang terselip diantara kedua sepatunya. Rang mengambil koin itu. Dia hendak melemparkan satu koin yang tidak dia percaya dapat memberikan perubahan itu pada air mancur di depannya.
"Wah kau terlihat putus asa!"
Seorang pria yang tiba-tiba saja muncul menertawai Rang di depannya. Rang menaikan sudut alisnya dan mendengus kesal.
"Kau masih belum menemukannya adikku tersayang? Sudah kubilang, jangan menjalin hubungan dengan manusia. Ayah akan sangat marah," katanya sembari tertawa menghina Rang.
Dengan geram Rang langsung berdiri dan meraih kerah kemeja pria itu.
Splash
Rang membawa pria itu melintas ke tempat yang lebih sepi dari sana dengan kekuatan rubahnya. Mata Rang berubah warna, begitupun pria yang ada di depannya.
"Berhenti menggangguku!" seru Rang pada pria itu.
"Lepaskan!" Jawab pria tadi sembari mengibaskan kepalan Rang yang ada di kerah kemeja nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dewi
Hmm berbanding terbalik
2023-02-11
2
Sheninna Shen
Amu mampir ya thor, hwaiting!!!
2023-01-31
1
ArgaNov
Intinya, Byul cuma nggak mau adiknya menderita. Tapi, kata-katanya itu kejam loh. Byul, kamu jangan gitu😭
2023-01-30
1