"Eun Byul, kakak tidak bisa lagi membiayai dan merawatmu. Jadi, kau akan kakak serahkan pada bibi."
Mendengar pernyataan kakaknya, Byul merasa sangat sedih. Dia tidak mau diurus oleh orang lain selain Yuri.
"Kenapa kakak tega padaku? Bukankah kakak sudah mendapatkan pekerjaan? Kakak pasti bisa membiayaiku!"
Yuri menggeleng dan melepaskan pelukan Byul.
"Kakak tidak mau direpotkan oleh rengekanmu!" ucap Yuri berbohong.
"Tapi kak," Byul menangis.
"Byul janji, akan membantu kakak membersihkan rumah, merapikan pakaian sendiri. Tapi Byul mohon pada kakak, jangan tinggalkan aku kak." Byul menangis sejadinya.
Sedangkan Yuri berusaha keras menahan tangis yang hampir tidak bisa ia bendung.
"Ayo Byul kita pergi, kakakmu tidak mungkin bisa merawatmu. Jadi lebih baik bersama bibi ya?"
"Lepaskan aku!" Byul melepaskan pelukan bibinya untuk berlari memeluk Yuri.
"Byul, lepaskan!" Yuri melepaskan pelukan adiknya.
Byul menatap datar wajah Yuri, air matanya dia seka lalu berbalik dan mengikuti bibinya pergi.
Yuri yang masih dalam keadaan berduka, bahkan pakaian duka masih ia kenakan langsung mencongkong di bawah dan menutup wajahnya.
Dia menangis melihat kepergian adiknya.
"Maafkan kakak Byul," katanya dengan lirih.
"Seka air matamu, aku tidak ingin kau pergi ke kantor dengan mata bengkak besok." Suara yang tidak asing tiba-tiba saja terdengar dekat dari posisinya berjongkok.
Yuri menghentikan tangisannya, lalu menoleh ke arah pria berjas dan kemeja serba hitam dengan kaca mata hitam menggantung di bagian dadanya.
"Kenapa kau ada disini?" Yuri mendelik ke arah pria itu.
"Aku sedang berkendara lalu melihat aura buruk di sekitar sini, jadi aku memeriksanya. Dan rupanya, berasal dari sini." Pria tadi menyeringai.
"Apa kau tidak punya hati? Dengan entengnya kau berbicara seperti itu pada orang yang sedang berduka." Yuri berdiri dan menatap pria tadi tajam.
"Jangan meninggikan suaramu, aku paling tidak suka jika bawahanku berusaha melawan perkataanku." Pria itu mendengus pelan.
"Aku belum tentu menjadi bawahanmu, jadi pergilah Pak Rang!" Yuri berbalik dan berniat meninggalkan Rang sebelum tangan itu menghentikannya.
Dia menaruh sejumlah kacang merah di dalam genggaman Yuri.
"Simpan itu, mitosnya jika kau menggenggam kacang merah itu kau akan terhindar dari arwah jahat."
"Lepaskan!" Yuri melepaskan pegangan Rang dan berlalu pergi.
Rang hanya menyeringai kemudian pergi darisana.
Yuri berjalan ke arah kamar mandi sembari melewati beberapa ruangan duka. Kini hanya dia seorang disana, dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Namun, kenapa dia merasa berat dan juga hawanya menjadi sangat dingin di sekitarnya.
Yuri melihat kacang merah yang diberikan oleh Rang sebelumnya, dia menginjak tong sampah kemudian membuang kacang-kacang itu disana.
"Persetan dengan itu semua!"
Hanya sepersekian detik membuang pemberian Rang, Yuri merasakan angin lembut dengan cepat melewati tubuh bagian belakangnya.
Dia pun mengerjap dan langsung membasuh wajah dengan cepat. Yuri meraih tas kecilnya dan mencoba untuk keluar dari rumah duka tersebut.
Anehnya, beberapa kali dia sudah berjalan menuju pintu keluar namun dia tetap kembali ke tempat semula, yaitu di depan pintu kamar mandi.
Yuri mulai terlihat panik karena tidak bisa menemukan jalan keluar.
Dia mencoba mencari kacang merah di tong sampah yang sebelumnya di berikan Rang. Namun, tempat sampah itu kosong.
"Hahaha"
Terdengar suara gelak tawa anak kecil dari arah ruangan duka yang lain. Yuri mencoba berjalan mencari arah sumber suara.
Namun, yang dia dapati saat di depan ruangan tersebut hanyalah foto anak kecil yang terlihat baru meninggal beberapa hari lalu.
Napas Yuri mulai berderu, dia berlari mencoba mencari jalan keluar. Namun, dia merasa semakin tersesat.
Saat dia melihat bayangan hitam mulai merangkak dan mengejarnya, Yuri semakin kehilangan harap.
Dia sudah terpojok ke dinding, tidak ada lagi jalan. Sampai, bayangan itu mulai meraih kakinya.
"Tolong.. Tolong!!"
Sreetttt
Ayunan pedang berkilau di depan Yuri membuatnya tertegun menebas bayangan hitam itu hingga melebur.
Yuri sempat melihat mata bersinarnya yang berwarna jingga sampai ia akhirnya terjatuh dan pingsan karena ketakutan.
Setelah beberapa jam berlalu...
Yuri membuka matanya perlahan, dia melihat langit-langit yang nampak asing baginya.
Seorang pria dengan segelas anggur merah berjalan mendekat ke arahnya. Dengan gayanya yang terkesan menyebalkan dia mendekat ke arah ranjang dimana Yuri berada.
Seketika Yuri terbangun dan menatap pria itu tajam, "siapa kau?"
Sampai pandangannya mulai jelas, dia melihat bahwa Rang lah yang sedang ada di hadapannya.
"Hey! Kenapa aku ada disini?" Yuri terlihat kebingungan.
Seingatnya, dia masih ada di rumah duka menangisi kepergian Byul tadi . Namun kenapa dia tidak ingat bagaimana ia sampai disini.
"Ini rumahku. Aish kau sungguh merepotkan, kau pingsan di tempat parkir. Untung saja ada aku yang lewat jalan itu, jika tidak, kau mungkin sudah terlantar disana." Rang menenggak anggur merahnya.
"Tempat parkir? Aku tidak ingat pergi kesana." Yuri merasa ada sesuatu yang ganjal. Dia merasa ada beberapa bagian ingatannya menghilang.
"Mungkin karena kepalamu terbentur jadi kau tidak ingat." Rang mengelak.
"Permisi Tuan, ini minumannya." Suho mengantarkan minuman ke dalam kamar. Pria itu menatap Rang penuh isyarat.
Dia lebih tahu apa yang terjadi, kemungkinan besar Rang sengaja membuat Yuri melupakan kejadian yang baru saja dia alami. Apalagi, Yuri sempat melihat dia menggunakan kekuatannya.
"Minumlah, istirahat dulu disini sampai kau benar-benar pulih." Rang hendak beranjak dari sana.
"Tunggu!"
Rang menghela napas panjang, dia agak khawatir jika Yuri bisa menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
"Terimakasih, Pak Rang." lanjut Yuri, membuat Rang mengacungkan dua jarinya tanpa berbalik melihatnya.
Menandakan bahwa hal itu tidak masalah bagi Rang.
Pria itu pergi dari kamar yang Yuri tempati.
Dia menemui Suho yang kini berada di ruang tamu menunggunya.
"Apakah dia yang Tuan kira memiliki permata rubah?"
Rang menggeleng, "bukan, tapi aku mengenalnya. Kami sudah beberapa kali bertemu."
"Lalu, kenapa kau membawanya kemari?"
Rang sendiri bahkan tidak tahu jawabannya, kenapa sebelum itu terjadi dia merasa harus pergi ke rumah duka itu.
Namun, saat menyadari ada Yuri disana. Rang meyakini bahwa nalurinya mengetahui akan ada bahaya yang terjadi pada wanita itu.
Tapi, dia sendiri tidak mengerti kenapa nalurinya mengarahkan dia pada Yuri.
"Aku hanya merasakan arwah jahat yang berbahaya. Aku tidak berniat membawanya kesini, atau semacamnya. Yeah, aku yakin ini semua karena arwah itu." Rang berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa itu semua dikarenakan arwah jahat yang berkeliaran.
"Baiklah, kalau begitu sampai kapan nona itu akan disini?"
"Aku belum yakin, tapi pasti tidak akan lama." Rang berlalu meninggalkan Suho sendirian.
Pria itu berjalan masuk menuju kamarnya, dia menghela napas lega.
Tapi, pikirannya tidak bisa terlepas dari Yuri.
"Ah Rang, apa yang kau pikirkan? Jelas itu semua hanya karena arwah itu." katanya sembari duduk di ranjangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dewi
Tanpa sadar Rang sedang di tuntun oleh takdir untuk segera bertemu dan menyadari keberadaan kekasihnya
2023-02-07
1
ArgaNov
sad banget kata-katanya😭
2023-01-27
1
ruhaynizz
mnarik kak crita nya
2023-01-22
1