Bangunan usang yang tidak layak di sebut rumah sewaan itu berdiri rapuh di hadapan Yuri. Disana, dia tinggal bersama ibu tiri dan adiknya.
Kehidupan miris yang dijalani Yuri sepeninggalan ayahnya pun harus dia telan pahit sendiri.
Yuri mendengus pelan, dia melangkahkan kaki ke dalam rumah.
"Aku pulang!"
"Jam segini sudah pulang? Bukannya kau bilang dapat panggilan kerja? Bagaimana hasilnya?" tanya ibu tirinya dengan wajah ketus.
"Aku di tolak," Yuri melepas kedua pasang sepatunya sebelum masuk rumah.
"Hei, mau kemana? Ibu belum selesai bicara, bagaimana bisa di tolak? Kau tidak jelek tapi tidak secantik itu juga, tapi untuk bekerja di kantoran harusnya penampilanmu sudah cocok."
Yuri menatap datar sang ibu.
"Ada yang lebih cantik daripada aku, jadi kuharap ibu berhenti memaksaku mencari kerja dengan wajah ini." Jari telunjuknya mengarah pada bagian wajahnya sendiri.
Yuri pergi ke kamarnya, dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur lalu mengerang kesal.
"Sialaaaaan!"
Rang yang sedang di kantor mulai memerhatikan Nara, dia bahkan tidak berkedip sekalipun saat gadis itu mengobrol dengan sekretarisnya.
"Dimana rumahmu?"
Nara yang terfokus pada lembaran kertas yang sedang dijelaskan sekretaris Rang pun kini menatap bosnya dengan ragu.
"Aku di Baver," jawab Nara dengan senyum.
"Kawasan elit itu? Wah rupanya kau hidup baik di zaman ini." Rang merasa senang, karena wanita yang dia anggap reinkarnasi dari kekasihnya hidup berkecukupan.
"Aku akan mengantarmu pulang nanti," Rang menawarkan diri.
"Sebenarnya tidak perlu repot-repot, tapi karena pak Rang yang meminta kalau begitu terimakasih."
Setelah waktu berlalu, semua karyawan pun siap untuk pulang kerumah mereka. Rang menunggu Nara merapikan segala pekerjaannya.
Rang yang biasanya memakai supir, kini dia memilih untuk mengantarkan Nara sendiri.
Nara yang nampak cantik dengan dress biru selutut masuk ke dalam mobil yang Rang kendarai.
"Seharusnya Pak Rang tidak perlu repot-repot mengantarku," Nara tersenyum canggung.
Rang menyeringai sembari merenggangkan ikatan dasinya, dia menoleh ke arah Nara seolah tidak masalah tidak memerhatikan jalanan di depan.
"Aku yang menawarkan diri, kau tidak perlu merasa canggung."
Setelah hampir 30 menit perjalanan, Rang sampai di rumah besar milik keluarga Nara. Ayah Nara adalah seorang politikus, hanya itu yang Rang tahu.
"Terimakasih pak," Nara membungkuk melihat Rang yang ada di dalam mobil.
Pria itu hanya memberikan anggukan dan senyuman. Lalu berlalu pergi darisana, dia tidak merasakan apapun saat ada di dekat Nara.
Permata rubah bekerja seperti magnet, dia akan menarik sang pemilik saat berada dekat dengannya. Namun, Rang masih belum menemukan itu.
Rang selama ini hanya mencari rupa yang sama dengan kekasihnya dulu, namun semua itu sudah empat kali gagal dia lakukan.
Ke empat orang itu tidak memiliki permata rubah yang dulu Rang beri pada kekasihnya.
Dia tidak tahu, kapan kekasihnya akan terlahir kembali. Namun, dia percaya bahwa suatu saat dia akan menemukannya.
"Tuan baru pulang?" Tanya seorang pria paruh baya yang menjaga rumah mewah Rang.
"Hmm, ya." Rang melenggang pergi ke kamarnya.
Pria tadi tahu betul sikap dan sifat majikannya sehingga, dia mengikuti Rang dari belakang.
"Bagaimana? Kau menemukannya?"
Rang menggeleng, "belum, aku tidak yakin itu ada padanya."
"Sampai kapan tuan akan mencarinya seperti itu? Kelahiran kembali bukanlah sesuatu yang bisa kita prediksikan. Sekalipun, tuan adalah seorang manusia rubah."
"Aku tahu, aku tahu. Tapi, aku tetap akan mencarinya bahkan jika harus menunggu seribu tahun lagi." Rang membuka dasi, jas, juga kancing kemejanya mulai dari atas.
"Bagaimana jika permata itu ada pada katak? Apa tuan tetap akan mencium katak itu?" Pertanyaan aneh yang di lontarkan pria tua itu pun membuat Rang bergidik.
Rang sangat benci katak, menurutnya makhluk licin berwarna hijau itu sangat menjijikan.
Rang berbalik dan menatap pria tadi dengan kerutan di dahi.
Dia menghela napas mencoba menerima apapun kenyataanya, "aku akan menciumnya, berarti dia kekasihku, kan? Tapi tolonglah! Doakan yang baik-baik."
"Aku sudah terlalu lelah meminta yang maha kuasa mengabulkan keinginanku, nyatanya aku belum menemukannya sampai sekarang." Rang kini sudah bertelanjang dada.
Dia berlalu masuk ke kamar mandi meninggalkan pria tua yang dikenal sebagai pamannya itu, sendirian.
Namun, kenyataannya pria itu hanyalah manusia biasa, yang dulu saat kecil dibantu dan dirawat oleh Rang.
Rang melihatnya sebagai jelmaan anjing kecil lucunya yang telah bereinkarnasi. Sehingga membuatnya terenyuh dan merawatnya hingga setua sekarang.
Perbedaan usia Suho yang cukup jauh dengan Rang, membuat dia yang tadinya lebih kecil dari Rang kini menjadi terlihat lebih tua darinya.
Namun, begitulah kehidupan seorang manusia rubah.
Rang tidak menua sama sekali, walaupun dia masih memiliki darah manusia di tubuhnya.
Tapi, pertumbuhannya sudah berhenti dan itu menjadikannya awet muda hingga sekarang.
Rang belum tahu, sampai kapan tubuhnya akan bertahan. Yang dia tahu bahwa keabadian pun pastinya akan menyiksa dirinya.
Dia harus berkali-kali merasakan sakit atas kepergian orang yang dikasihinya.
Kini, Rang sedang berdiri dibawah guyuran air hangat dikamar mandi. Badan berisikan otot dengan perut berbentuk persis seperti roti sobek itupun terlihat jelas.
Air menelusuri setiap celah tubuh Rang, disaat dia mengeluarkan kekuatannya mata Rang akan berubah menjadi terang kejinggaan.
Setelah selesai membersihkan diri, Rang pun segera memakai piyamanya dan meminta Yuna, sang sekretaris untuk mencari data lain mengenai Nara.
Rang menaruh harapan besar pada wanita itu. Dia harap permata rubah ada padanya, dia harap kekasihnya bereinkarnasi dengan wujudnya yang terdahulu.
Disisi lain, Yuri baru saja bangun dari tidurnya. Badannya terasa pegal karena malam kemarin dia merapikan rumah usang itu sendirian.
Ibunya yang bekerja menjadi buruh cuci piring, sering memarahinya karena nasib mereka.
Setelah ditinggal ayahnya, Yuri dipaksa menjadi pengganti kepala keluarga. Pekerjaan apapun Yuri lakukan agar mereka bisa makan dan membayar biaya rumah sewaan.
Yuri tidak bisa menolak selain mengiyakan hal itu, karena ada adik kandungnya disana. Adik yang terlahir dari ibu tirinya.
Yuri sangat menyayangi adik perempuannya yang berusia sekitar 8 tahun.
"Yuri, kau tidak mendengarkan ibu? Ibu lelah dengan semua ini." Ibunya langsung berteriak saat melihat Yuri keluar dari kamar.
Adiknya yang sedang menonton tv hanya bisa menoleh lalu menunduk, seolah itu sudah menjadi pandangan yang biasa baginya.
"Ada apa lagi bu? Aku sedang berusaha mencari pekerjaan yang lebih layak. Aku harap ibu bisa lebih bersabar."
"Aku, aku muak dengan semua ini. Ayahmu meninggalkan kita dalam kemiskinan. Rasanya aku menyesal menikahinya, aku menyesal hidup seperti ini." Ibu tirinya itu terlihat menangis tersedu.
Yuri tidak tahu harus melakukan apalagi selain menenangkannya tapi, ibunya menepis tangan Yuri dan menyuruhnya menjauh dari dirinya.
Yuri langsung menghampiri adiknya dan mengelus lembut pucuk rambut gadis kecil itu.
"Kau sudah makan?" tanya Yuri.
Adiknya pun menggeleng, "belum kak."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dewi
Nggak kebayang umur Rang sekarang, sepertinya dia udah melalui berbagai jaman dan terus berjuang serta bersabar dalam mencari Reinkarnasi sang kekasih
2023-02-07
1
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Semangat 💪
2023-01-26
1
maharastra
nyesek kehidupannya😖
2023-01-22
2