Permohonan maaf

Kaki Alora melangkah semakin pelan ketika ia dapat melihat seoang wanita cantik yang berpenampilan rapih. Alora dapat menebak jika wanita yang berdiri dan tersenyum kepadanya ini merupakan sekretaris dari Reinal.

"Mbak Alora?" tanya wanita itu dan Alora segera menganggukkan kepalanya.

"Silahkan masuk mbak, pak Reinal sudah menunggu." Wanita itu membukakan pintu ruangan Reinal untuk Alora. Alora pun berjalan memasuki ruangan tersebut. Setelah Alora masuk, sekretaris tersebut menutup pintu dan meninggalkan Reinal dan Alora di dalam ruangan.

Alora dapat melihat Reinal yang duduk di kursi kerjanya. Tatapan Reinal yang tajam membuat Alora semakin gugup.

"Kenapa kamu datang ke sini?"

Alora berusaha untuk menatap wajah Reinal. Ia mulai berjalan mendekat ke arah Reinal dan berhenti di depan meja kerja Reinal.

"Kamu sudah tau apa alasan saya datang ke sini."

Tawa Reinal memecahkan keheningan diantara mereka. Ia menganggukkan kepalanya beberapa kali dan menatap wajah kegugupan Alora dengan senang.

"Saya sudah memperingatkan kamu sebelumnya," jawab Reinal santai. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Alora.

"Saya masih banyak pekerjaan yang harus ditangani dan saya sama sekali tidak memiliki waktu untuk mendengar cerita kamu. Lebih baik sekarang kamu keluar dari ruangan saya," sambung Reinal. Alora menatap wajah Reinal dengan kesal, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun kepada pria yang ada di hadapannya saat ini.

Ia juga tidak tau apakah Reinal akan memaafkan perbuatannya atau tidak. Tetapi mungkin dengan merendahkan dirinya sendiri, Reinal akan mempertimbangkan semua ini. Perlahan Alora mulai berlutut di hadapan Reinal. Ia sama sekali tidak perduli dengan pendapat yang akan Reinal berikan untuknya. Saat ini ia hanya mencoba untuk menyelamatkan keluarganya.

Reinal tersenyum miring melihat apa yang Alora lakukan. Tetapi Reinal tidak merespon apa yang Alora lakukan. Ia masih menunggu tindakan yang Alora lakukan selanjutnya.

"Saya akan melakukan apa saja.. apa saja asalkan kamu tidak melibatkan keluarga saya. Saya tau saya sudah melakukan kesalahan. Jadi saya mohon... jangan libatkan keluarga saya."

Reinal membungkukkan badannya dan meraih dagu Alora. Ia menatap lekat wajah Alora dan menikmati ketakutan Alora.

"Apapun akan kamu lakukan?" tanya Reinal memperjelas pendengarannya. Dengan cepat Alora menganggukkan kepalanya.

"Baiklah... Kalau begitu kita akan menikah."

Alora melebarkan kedua matanya mendengar perkataan Reinal. Ia tidak bisa menjawab perkataan Reinal.

"Kenapa? gak bisa kan? kalau begitu jangan berharap kalau perusahaan keluarga kamu akan kembali seperti sebelumnya."

Reinal melepaskan genggaman tangannya dari dagu Alora. Ia berjalan mundur dua langkah untuk melihat reaksi Alora. Kedua tangan Reinal ia masukkan ke dalam saku celananya.

Perlahan Alora bangkit berdiri. Ia tidak tau apa yang akan ia lakukan akan berpengaruh besar untuk kehidupan. Tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain mengambil keputusan ini.

Alora berjalan mendekati Reinal. Ia menatap wajah Reinal dengan yakin. "Baik. Ayo kita menikah," tutur Alora dengan yakin.

Reinal yang mendengar perkataan Alora tersenyum miring. Ia tidak pernah menyangka jika Alora menerima apa yang ia inginkan. Reinal meraih pipi Alora dan mengelus lembut pipi Alora.

"Saya akan membuat hidup kamu bahagia setelah kita menikah. Kehidupan yang akan kamu lalui setelah kita menikah, tidak akan pernah kamu dapatkan oleh siapapun selain saya," sambung Reinal mengeluarkan kata-kata manisnya. Alora sangat tau maksud perkataan Reinal tersebut. Reinal tidak mungkin akan membuatnya bahagia setelah penolakan yang ia berikan kemarin.

"Kapan pernikahannya akan dilaksanakan?" tanya Alora dengan nada sedikit bergetar.

"Minggu depan."

Mata Alora langsung melebar ketika mendengar jawaban yang Reinal berikan.

"Bukannya itu terlalu cepat?" tanya Alora lagi. Helaan napas Reinal mulai terdengar. Ia melepaskan tangannya dari pipi Alora dan berjalan mundur beberapa langkah.

"Lebih cepat lebih baik kan? Tapi semua ini terserah sama kamu. Kalau kamu mau masalah keluarga kamu cepat selesai, pernikahan ini akan dilakukan Minggu depan."

Alora tidak bisa mengatakan apapun lagi mendengar pernyataan Reinal. Sekali lagi Reinal mampu membuat Alora diam membisu. Alora tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan hidupnya nanti jika ia tinggal bersama dengan Reinal.

"Baik."

Senyuman di wajah Reinal mulai tercipta. Ia kembali berjalan mendekati Alora dan memegang pipi Alora.

Cup.

Reinal mengecup pelan bibir merah Alora. Hanya kecupan biasa tetapi mampu membuat Alora diam mematung.

setelah ciuman singkat itu, Reinal mendekatkan bibirnya di telinga Alora. "Saya suka istri yang penurut," tuturnya.

***

Alora menatap dirinya di depan cermin yang ada di kamarnya. Menatap wajahnya yang sedikit membengkak dikarenakan ia menangis sedari tadi. Setelah Alora kembali pulang dari kantor Reinal, ia langsung masuk ke kamar dan mengurung dirinya. Hanya air mata Alora dan isakan tangisnya saja yang ia keluarkan.

Terlebih lagi kecupan yang Reinal berikan untuknya tadi membuat Alora masih terus memikirkan kecupan singkat tersebut. Alora tidak pernah menyangka sedikit pun ia akan menikah dengan Reinal. Bagaimana ia akan menceritakan semua kejadian ini kepada Dimas. Bahkan membayangkan wajah Dimas saja, Alora sudah merasa bersalah. Alora tidak tau bagaimana reaksi Dimas jika ia mendengar bahwa Alora akan menikah dengan pria lain.

Membayangkan hal itu, sudah membuat air mata Alora kembali menetes. Alora tidak tau apa kesalahannya di masa lalu sehingga ia mendapatkan semua ini di dalam hidupnya.

Perlahan Alora mulai menghapus air matanya yang sempat menetes. Sekarang ia mencoba untuk menutupi semua kekacauan dirinya dengan sedikit polesan makeup agar ia terlihat lebih baik.

Belum sempat Alora memoles makeup ke wajahnya, pintu kamarnya seketika terbuka dan menampakkan Bara dengan wajah sumringahnya. Bara berjalan mendekati Alora dan memeluk tubuh Alora erat.

"Terimakasih.."

Alora tersenyum tipis mendengar ucapan terimakasih yang Bara berikan untuk dirinya. Ia sangat tau mengapa Bara mengucapkan hal itu.

"Gue gak tau lagi harus gimana, Lora. Karena lo.. lo udah berhasil menyelamatkan perusahaan gue dari kehancuran," sambung Bara lagi.

Alora melepaskan pelukan Bara. Dia memang berhasil menyelamatkan perusahaan Bara dan juga perusahaan keluarga mereka. Tetapi Alora tidak tau apakah dirinya akan selamat jika berada di bahwa bayang-bayang Reinal.

"Gue ikut bahagia dengarnya." Hanya kalimat itu yang bisa Alora ucapkan untuk Bara. Ia bahkan tidak tau apakah ia benar-benar bahagia mendengar itu atau hanya berpura-pura saja.

Raut wajah kesedihan seketika terpancar di wajah Bara. Bara tau jika Alora sedang menyembunyikan kesedihannya.

"Sekarang cerita sama gue, apa yang Reinal minta sebagai gantinya?" tanya Reinal.

"Dia enggak minta yang aneh-aneh kan? Maksud gue mungkin aja di--" Perkataan Reinal langsung Alora sela.

"Pernikahan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!