Anak bernomor punggung 7

Kayla menggelengkan kepalanya.

"Huh, sepertinya telinga ku bermasalah," gumam Kayla sendiri yang merasa mendengar suara mantan suaminya.

Menunggu lift kembali terbuka, janda cantik itu menerima telepon dari seseorang yang mampu menerbitkan lagi senyumnya yang sempat redam oleh getar dadanya tadi.

Mas Gilangnya memanggil. Segera Kayla terima dengan sapaan manis.

Semua pesanan kue sampai ke pemesannya dengan baik, ia harus kembali ke toko karena ada satu pesanan lagi yang harus diurus, ia menjadi terburu mengingat putranya sedang bertanding saat ini, ia tidak mau melewatkan momen Adrian yang mulai mengasah bakatnya di bidang sepak bola.

Meski terlambat setidaknya Kayla harus datang memberi dukungan pada putranya yang bertanding di final turnamen sepak bola antar sekolah.

Di sisi lain, Dev melihat jam di pergelangan tangannya. Setelah ia menjadi pembicara di seminar kampus sahabatnya yang baru saja selesai, ia segera keluar dari hotel tempat seminar itu menuju mobilnya berada.

Ternyata pria yang betah menjadi dosen ini sudah berjanji akan bertemu sahabat lamanya yang kini menjadi seorang kepala sekolah swasta ternama di kota ini, sekaligus menghilangkan penat setelah berjibaku dengan materi seminar.

Dev memarkirkan mobilnya di halaman parkir sebuah sekolah dasar yang sedang ramai karena ada pertandingan sepak bola anak-anak yang sedang berlangsung.

Pria itu tampak mengembangkan senyum saat melihat begitu banyak orang tua murid yang hadir di sana menyaksikan putra mereka bertanding. Dev menggelengkan kepala seraya terkekeh saat melihat salah satu orangtua murid yang heboh di salah satu sudut.

"Semua orang tua akan heboh jika menyangkut anak SD, huh jadi ingat masa kanak-kanak," gumam Dev tertawa sendiri, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu tampak menghubungi seseorang.

Setelah diberi petunjuk, Dev langsung saja pergi ke arah lapangan sepak bola milik Sekolah sahabatnya itu, kebetulan pertandingan sedang istirahat sebelum babak kedua.

"Hai bung!" sapa seorang pria menepuk pundak Dev yang sedang mencari seseorang.

"Ah sial kau mengagetkan ku Andre!" sahut Dev yang langsung salaman pada sahabat lamanya itu.

"Maaf, ayo kemari pertandingan kedua akan segera dimulai."

"Seharusnya kau menjamu ku di rumah bukan di sekolah seperti ini," protes Dev sambil mengikuti langkah Andre.

"Kau tidak lihat, ini final. Aku tidak bisa meninggalkan pertandingan ini, salah mu juga kenapa baru kemari, jika bukan karena seminar mungkin kau tidak akan mau ke kotaku yang kecil ini."

Dev terkekeh, "Kau terlalu berlebihan, bukan tidak mau main kemari. Jadwal ku sibuk, mengajar dan bimbingan skripsi, semua hal yang menyita perhatian ku ada di kampus."

Mereka saling berbasa basi tentang kegiatan masing-masing, teman akrab sejak kecil itu kini sudah duduk di atas podium penonton yang dikhususkan untuk para guru dan kepala sekolah.

Dev duduk bersebelahan dengan Andre. Mereka bicara biasa sampai pada Andre menunjuk satu anak yang masuk dalam tim bertanding melawan sekolahnya.

"Kau tahu apa yang menarik untuk ku menyuruhmu kemari?" cetus Andre.

"Apa?"

"Kau lihat anak nomor 7 itu!" tunjuk Andre lagi.

Dev menoleh.

"Tidakkah kau merasa dia mirip denganmu waktu kecil, sumpah Dev aku sangat ingat wajahmu waktu kecil. Anak itu duplikat dirimu, perhatikan baik-baik," kata Andre sambil geleng kepala.

Deg deg deg, saat menoleh pada wajah tampan nan mungil anak lelaki bernomor punggung 7 sesuai arahan Andre itu benar-benar membuat Dev terkejut bukan main.

Dev melirik Andre dengan bingung.

"Mirip bukan? Cara dia mengerlingkan mata Dev, aku ingat sekali kau kecil juga seperti itu. Aku juga terkejut, pertandingan sebelumnya aku tidak pernah hadir jadi hari ini pertama aku melihatnya, aku hanya tidak menyangka saja ada yang benar-benar mirip dengan mu waktu kecil, menurut ku ini lucu!"

Dev memperhatikan lagi wajah anak lelaki yang mulai bertanding babak kedua itu.

Entah kenapa perasaannya menjadi lain saat ini, wajah berkeringat anak itu mengingatkan Dev pada momen ia bermain bola waktu kecil dulu.

"Bukankah wajar jika kita mirip orang lain, ada banyak yang mirip di dunia ini, hanya saja aku melihat dirimu waktu kecil dalam anak itu, sungguh Dev aku hanya menduga-duga apa kau punya selingkuhan selain istrimu hingga punya anak?" cetus Andre dengan nada bercanda.

Deg, jantung Dev seolah berhenti mendengar ocehan sahabatnya. Perasaannya menjadi lebih tidak menentu saat melihat jelas pada wajah anak itu. Sesekali ia melihat sisi Kayla disana, saat menatap wajah anak itu dari samping, raut Kayla tergambar jelas di otak Dev saat ini.

"Ah tidak mungkin," gumam Dev pada dirinya sendiri.

Andre mendengar itu menjadi tertawa, "Apa yang tidak mungkin? Kau tidak menyangkal Dev, apa itu artinya benar dugaanku kau punya anak dari wanita simpanan selain Nika?"

Dev menatap Andre lagi, ia sama sekali tidak menyangkal ucapan Andre yang terus menggodanya karena terkejut.

"Aku hanya bercanda Bung, jangan tersinggung!" ucap Andre menepuk punggung Dev sambil terkekeh.

Kemudian mereka kembali fokus pada pertandingan, namun tidak Dev. Ia sibuk memperhatikan wajah Adrian saja.

Iya, anak lelaki bernomor punggung 7 itu adalah Adrian putra Kayla dan Dev dari hubungan mereka di masa lalu.

Sungguh Dev tertarik pada anak itu, ini unik pikirnya kenapa bisa ada anak yang benar-benar mirip dengannya waktu kecil, Andre benar mereka mirip sekali satu sama lain.

Dev menjadi tersenyum dalam hati saat membayangkan betapa bahagianya punya anak lelaki setampan itu, apalagi dari seorang ibu seperti mantan istri yang masih membuatnya gagal move on sampai hari ini.

Tidak banyak yang tahu soal kehidupan perkawinan Dev dan Nika hingga hari ini. Yang pasti Dev belum bisa melupakan sosok pengganti yang berhasil membawa hatinya ikut pergi entah kemana bahkan sekarang sudah 6 tahun lebih berlalu.

Dev teringat istrinya, ia mengirim pesan Nikayla.

'Jangan lupa meminum obat mu siang ini, aku akan pulang besok. Ada hal menarik yang ingin ku ceritakan padamu nanti,' tulis Dev pada pesannya, disusul kalimat yang mengingatkan Nika untuk keperluan pergi ke rumah sakit pada jadwal kemoterapi besok.

Terpopuler

Comments

Alfatia Desi

Alfatia Desi

Gak suka dengan sikap dev yg pimplan katanya cinta ma kay tapi masih memPertahankan istri barunya itu dan buat kay jangan balikan lagi ma dev itu lebih bagus ceritanya

2023-06-16

0

QQ

QQ

Please jangan berharap lebih lagi Dev biarkan Kayla, Adrian, dan mas Gilang menata hidup mereka menjadi sebuah keluarga yang utuh.
Bukannya aku tidak suka sama kamu tapi dulu kamu egois, tidak berani bertindak dan hanya membenarkan prilaku ibumu sepihak.
Entah kamu bahagia ataupun tidak dengan Nikayla itu resikomu karena itu pilihan mu !!! Jadi jangan mengganggu kehidupan mantan istrimu lagi !!!

2023-01-15

2

QQ

QQ

Ngga pa2 terlambat datangnya asalkan hadir di sana untuk memberikan support buat Adrian 👍👍👍

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!