bertemu

Sudah dua minggu Nana tidak lagi berkumpul bersamq dengan Natan dan Bintang. Bisa dibilang ia sengaja menghindar dari mereka untuk sementara. Bahkan dalam obrolan chat maupun telefon Nana sengaja meng arsipkan no mereka berdua.

''Na, ayo kita ke kantin dulu yuk. Aku sudah lapar sekali,'' ajak Miya sambil mengelus-elus perutnya yang merasa kelaparan.

''Baiklah,''

Mereka berdua pun mengobrol sambil berjalan ke arah kantin.

''Na, minggu depan kita dapat tugas lo. Kita di tugaskan di desa pelosok untuk membantu dokter yang ada di rumah sakit Bunda,''

''Haaah? Gak ada sinyal dong kalau di sana?''

''Tentu saja Nana sayang. Jangankan sinyal, akses jalan saja kurang memadai lo,''

''Kok kamu tahu Miya? Memangnya kapan sih pengumumannya keluar?''

''Kamu sih terlalu sibuk dengan pengejaran cintamu itu. Sampai-sampai guru menjelaskan saja kamu tidak mendengarkannya,''

''Sudahlah jangan membahasnya lagi,''

Nana berubah ekpresi. Walau ia sudah berusaha melupakannya, namun 7 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Masih ada nyeri di ulu hati. Entah kapan ia bisa benar-benar bangkit dari keterpurukannya.

''Baiklah, jangan dibahas lagi. Lebih baik kau cari tempat duduk saja. Aku akan memesan makanannya. Kau seperti biasa kan?''

''Um,'' jawab Nana.

Miya pun pergi ke arah dapur kantin untuk memesan makanan. Sedangkan Nana, ia sibuk mencari tempat untuk tempat duduk mereka nanti.

Terlihat semua meja sudah penuh dengan para mahasiswi dan mahasiswa lainnya. Hanya tersisa dua kursi di pojok paling belakang. Nana pun berjalan ke arah meja itu.

Namun langkahnya terhenti saat dua pasang mata menatapnya.

Ternyata meja itu tidak sepenuhnya kosong. Ada dua orang yang juga sedang duduk di sana. Mereka adalah Natan dan Bintang. Awalnya Natan dan Bintang sama-sama terkejut saat melihat Nana berjalan ke arah mereka.

Natan mencoba menyapanya. Namun Bintang segera memegang tangan Natan, sehingga Natan menghentikan niatnya.

Bintang menggelengkan kepalanya sambil melihat ke arah Natan.

Nana yang melihat itu, ia pun hanya mengangkat ujung bibirnya. Ia sungguh tidak mengira sahabat yang selama ini ia sayangi dan ia jaga dengan sepenuh hati, bahkan untuk berbagi kursi pun tidak sudi.

''Ada apa Na? Mengapa tidak jadi duduk?'' Tanya Miya yang memang belum melihat jelas siapa yang duduk di meja itu.

''Tidak ada apa-apa Miya. Lebih baik kita cari kursi lain saja,''

Nana menarik tangan Miya menuju keluar kantin. Miya yang sempat melihat ke arah Natan dan Bintang, ia pun mengerti mengapa tiba-tiba Nana berubah sikap seperti itu.

Akhirnya mereka pun makan di bawah pohon di taman depan asrama.

''Duduk dan makan di sini ternyata tidak buruk juga,'' ucap Miya sambil melahap makanannya.

''Maafkan aku ya Miya. Gara-gara aku, kau jadi ikut-ikutan makan di sini,''

Nana merasa tidak enak pada Miya.

''Hei, kau ini bicara apa? Bukankah kita ini teman? Kita juga sudah seperti saudara bukan. Ah tidak. Kau adalah saudara perempuanku Nana. Jadi jangan pernah berkata demikian. Jika seorang sahabat mampu menghiyanatimu, tapi seorang saudara perempuan tidak akan pernah berbuat seperti itu,''

Nana pun memeluk Miya. Ia sungguh beruntung, setelah kehilangan seorang sahabat, namun ia masih ada orang-orang yang tulus menyayanginya.

''Hei, sebelum ada tugas. Katanya kita ada libur 3 hari. Kau akan liburan kemana?''

''Ah? Mungkin aku akan pulang dulu ke rumahku. Aku sangat merindukan ayahku. Selain itu aku juga sekalian akan berpamitan kepadanya,''

''Oooo.... Baguslah kalau begitu. Apa perlu aku menemanimu?''

''Em, kalau kau tidak keberatan aku malah dengan senang hati dong,''

''Ok. Besok kita mulai persiapan saja,''

''Baiklah,''

Setelah selesai makan, mereka pun kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran mereka.

Namun terlihat Nana berulang kali menatap layar ponselnya. Bahkan sampai-sampai dosennya menegurnya.

''Ada apa Na? Kenapa kau terlihat sangat gelisah?''

''Entahlah Miya. Aku dari kemaren mencoba menghubungi ayahku, tapi sama sekali tidak bisa di hubungi. Aku mencoba mengiriminya pesan, namun belum ada balasan sama sekali. Tiba-tiba hatiku merasa sangat cemas,''

''Mungkin paman sedang sibuk Na, nanti coba hubungi lagi. Sekarang kamu fokus dulu di pelajaran. Jika tidak, kau akan kena hukuman lagi,''

''Kau benar,'' Akhirnya Nana pun memasukkan ponselnya ke tasnya. Dan fokus pada guru yang sedang menjelaskannya.

-

-

-

jangan lupa tinggalkan like dan komen ya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!