Cinta Diam-diam itu sangat menyakitkan

Nana berlari hingga nafasnya terengah-engah.

Ceklek...

''Maafkan aku,'' ucapnya sambil berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.

''Kau ini masih seperti anak kecil saja si Na. Masih suka berlari-larian sampai-sampai nafasmu senin kamis begini,''

Natan menghampiri Nana sambil menyerahkan segelas air putih untuk melepas dahaga Nana.

Nana tersenyum mendengar komentar Natan dan segera menenggak habis minuman yang di berikan oleh Natan kepadanya.

''Mana Bintang? Ku pikir aku sudah yang paling telat datangnya,'' ucap Nana sambil melihat di sekeliling.

Semua makanan sudah tertata rapi di meja. Nana dan Natan pun mulai duduk dan meminum jus yang sudah mereka pesan.

''Bintang tidak bisa hadir,''

''Kenapa?''

''Dia sedang periksa ke dokter bersama ibu,''

Mendengar ucapan Natan, Nana menghentikan minumnya. Perkataan Natan seperti terdengar sangat ambigu.

''Ibu? Ooo.... maksudmu Bintang sedang sakit dan saat ini sedang periksa ke dokter di temani ibunya ya?'' Ucap Nana.

Natan menghentikan minumnya. Ia perlahan menaruh gelasnya di atas meja di depannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Terlihat ekpresi wajahnya mulai serius.

''Ada apa Nat? Mengapa kau seperti sedang memendam sesuatu?''

''Nana, sebenarnya ada sesuatu yang harus aku beritahukan kepadamu,''

Mendengar ucapan Natan, jantung Nana berdetak tidak beraturan. Ia berpikir apakah mungkin Natan juga akan mengungkapkan perasaanya kepadanya. Jika dilihat keadaan mereka, selama ini Natan tidak pernah dekat dengan wanita lain selain ia dan Bintang.

''Oh, katakan saja. Kebetulan aku juga ada sesuatu yang harus aku katakan kepadamu,''

''Baiklah. Nana, aku dan Bintang sudah menikah satu minggu yang lalu. Kami sudah berpacaran selama tiga tahun ini. Dan sebelum menikah kami melakukan kesalahan hingga mengakibatkan Bintang hamil. Makannya hari ini ia sedang melakukan pemeriksaan di Dokter kandungan,'' ucap Natan.

Deg.....

Rasanya seluruh dunia seakan luruh di hadapannya. Nana benar-benar tidak bisa menerima penjelasan Natan. Nana tersenyum, ia pikir saat ini Natan pasti sedang mengerjainya karena ini adalah hari ulang tahunnya.

''Kau sedang bercanda ya? Hahaha..... tapi bercandaanmu ini sangat tidak lucu Nat,'' Nana tertawa menatap wajah Natan.

Natan menggelengkan kepalanya. Wajahnya sama sekali tidak berubah ekpresi. Natan menghela nafasnya.

''Na, kau sahabat terdekatku selama ini bukan? Kita sudah saling kenal begitu lama. Kau juga tahu bukan, kalau hal sensitif seperti ini mana mungkin aku buat candaan?''

Tanpa sadar air mata Nana jatuh membasahi pipinya. Nana segera memalingkan wajahnya dan dengan segera menghapus air matanya lalu menggantinya dengan senyuman. Ia tidak ingin Natan tahu kalau ia sedang menangis.

''Hei, apa karena keuanganku sedang memburuk sampai-sampai kau tidak mau mengundangku di pernikahanmu. Apa kau takut aku tidak bisa memberikanmu kado pernikahan untuk kalian berdua?''

Nana berusaha sekuat tenaga menekan perasaannya dan menggantinya dengan senyum palsunya.

''Apa kau akan merestui hubungan kami Na?''

''Tentu saja. Kalian berdua adalah sahabat dekatku. Jika kalian bahagia bersama, lalu mengapa aku tidak merestuinya?''

Nana merangkul pundak Natan dan mengajaknya untuk meminum minuman mereka. Natan pun terlihat melunturkan wajah seriusnya yang kini telah berganti dengan senyuman.

''Tadinya Bintang akan datang juga. Tapi ia masih takut untuk menemuimu. Ia masih merasa bersalah terhadapmu,'' ucap Natan.

''Bersalah? Memangnya kalian salah apa padaku?''

''Karena kami menyembunyikan hubungan kami darimu selama ini. Apa kau marah kepada kami Na?''

''Ya! Aku sangat marah padamu dan Bintang. Kalian benar-benar sudah tidak menganggapku sebagai sahabat kalian. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi kalian sama sekali tidak mau mengungkapkannya kepadaku,''

Mendengar ucapan Nana, Natan menundukkan kepalanya.

''Na, kumohon maafkan Bintang ya, ini tidak sepenuhnya salah Bintang,'' ucap Natan masih dalam keadaan menunduk.

Mendengar ucapan Natan, senyum Nana luntur seketika. Ia kemudian memalingkan wajahnya lalu menghela nafasnya sebelum ia berucap.

(''Natan, apakah selama ini kau sama sekali tidak pernah menyadari perasaanku? Aku mencintaimu lebih dari 7 tahun lamanya. Tapi kau lebih memilih Bintang yang bahkan hubungan kita jauh lebih lama ketimbang dia,'' Ya, kata-kata ini ingin sekali Nana ucapkan. Namun mulutnya seakan terkunci rapat. )

''Kalian tidak bersalah. Cinta itu seperti batuk, sama-sama tidak bisa di sembunyikan. Nat, aku masih ada urusan. Sekali lagi, aku ucapkan selamat atas pernikahanmu dan Bintang. Tunggu saja kado dariku ya. Oh iya, mungkin untuk sementara aku tidak bisa menerima telepon darimu atau bertemu dengan kalian. Sebab pekerjaan magangku sebentar lagi akan di laksanakan,''

Setelah mengucapkan itu Nana pun pergi meninggalkan Natan yang masih duduk sambil meminum minumannya.

Nana berlari kembali menjauhi tempat itu. Hingga di depan restoran itu, Nana berjongkok dan menyembunyikan kepalanya. Ia menangis tersedu-sedu. Sejak tadi ia sudah menahannya. Entah mengapa tangisannya malah pecah begitu saja.

''Mengapa perasaan memendam cinta bisa sesakit ini,'' ucapnya di sela-sela tangisannya.

Tanpa ia sadari sedari tadi pria yang ia tolong tadi masih memperhatikannya dari dalam mobilnya.

''Mengapa gadis itu menangis?'' Ucap pria yang mengantarkan Nana tadi.

••••••♡•••••••••

Kevin adalah pria yang tadi Nana tolong. Selain itu ia juga sahabat Yin Lan. Tadi pagi saat ia akan pergi ke kantor, ia hampir tertabrak oleh mobil yang memang di arahkan kepadanya. Untung saja ada seorang gadis yang baik hati menolongnya. sampai-sampai membuat Gadis itu terluka.

Kevin bermaksud ingin mengantarkannya ke rumah sakit, namun Gadis itu malah menolak karena ia ada urusan. Akhirnya Kevin pun mengantarkan Gadis itu ke tempat yang akan didatangi oleh Nana. Tadinya setelah mengantarkan Gadis itu Kevin bermaksud untuk segera kembali ke kantornya karena sahabatnya itu pasti sudah menunggunya.

Namun tanpa sengaja, Gadis itu malah meninggalkan buku hariannya. Kevin pun terpaksa menunggu Gadis itu di depan restoran tempat Gadis itu berada. Namun setelah beberapa lama menunggu, tiba-tiba Gadis itu keluar malah dalam keadaan menangis.

Kevin bertanya-tanya, ''Mengapa Gadis itu menangis? Apakah cintanya ditolak?''

Sebab sebelum Gadis itu pergi, Gadis itu sempat mengatakan kalau ia akan menyatakan cintanya pada sahabat masa kecilnya itu.

Kevin ingin sekali menenangkan Gadis itu, namun ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya ia melihat sebuah gerobak penjual es krim. Ia pun bermaksud untuk membeli es krim dan memberikannya kepada gadis itu.

''Hei! Apa kau tidak merasa kepanasan? Kau berjongkok di bawah terik matahari seperti itu,'' ucapnya sambil memakan es krimnya dan salah satu tangannya mengulurkan es krim itu kepada Nana.

Nana mendongakkan kepalanya setelah ia mendengar suara seseorang yang kini sedang berdiri di hadapannya.

''Kau lagi?''.......

Terpopuler

Comments

Naini ⭕

Naini ⭕

Terlalu lama Nana memendam rasa

2023-02-01

0

Zelyn ⭕

Zelyn ⭕

Nana kelamaan untuk semuanya

2023-02-01

1

KIA Qirana

KIA Qirana

Tidak salah, tapi sangat menyakitkan

2023-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!