Saudara yang tidak pernah akur

Kevin menyerahkan es krim yang ada di tangannya kepada Nana.

Nana segera menghapus air matanya dan menerima es krim tersebut sambil berkata ''Aku bukan anak kecil, mengapa kau memberiku es krim,'' ucapnya sambil melahap es krim tersebut.

''Ya sudah kalau tidak mau. Mana! Kembalikan padaku,''

''Eh, sudah kumakan. Lihatlah.''

Nana mengejek sambil menjilati es krimnya.

''Benar-benar seperti anak kecil,''

''Dih, umurku sudah 19 tahun tahu,''

''Kalau bukan anak kecil, lalu mengapa kau masih menangis? Apa kau menangis gara-gara cintamu di tolak ya,'' ledek Kevin.

Nana sama sekali tidak menggubris ucapan pria yang baru pagi tadi ia kenal itu. Eh dia saja belum mengetahui siapa nama pria itu.

Kevin mengeluarkan buku harian milik Nana dan menyerahkannya pada Nana.

''Ini milikmu ku kembalikan,'' ucapnya.

''Kau!''

Nana terkejut saat melihat buku pribadi miliknya ada ditangan pria asing itu. Ia kemudian memeriksanya.

''Apa kau membacanya?''

Terlihat wajah Nana yang sudah berubah ekpresi. Yang tadinya terlihat sedih, kini berubah seperti menahan emosi. Bahkan pipinya mulai memerah.

''Sepertinya.... iya, sedikit.'' Tanpa banyak kata setelah mengucapkannya Kevin langsung berlari ke arah mobilnya dan meninggalkan Nana yang masih melihatnya dengan kilatan penuh emosi.

''Kau! Kembali!'' Teriaknya sambil melempar sepatu yang ia kenakan. Ya walau hanya mengenai kaca mobil milik Kevin.

''Aku hanya membacanya dua halaman awal saja. Maafkan aku. Aku benar-benar hanya penasaran!'' Teriak Kevin yang menurunkan sedikit kaca jendela mobilnya.

''Buka!''

Dok...dok...dok...

Nana menggedor-gedor kaca jendela mobil Kevin. Namun Kevin tidak berani membukannya. Ia sadar, ia sudah melakukan kesalahan.

''Wanita jika sudah mengamuk benar-benar menakutkan,'' ucapnya.

Kevin kemudian menulis sesuatu di sebuah kertas. Kemudian melemparnya keluar sebelum ia benar-benar melarikan diri dari Nana.

Nana segera mengambil kertas itu dan membacanya.

"Hai. Maafkan aku yang sudah tidak sopan membaca buku pribadimu. Percayalah aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya penasaran saja dengan catatan gadis muda sepertimu. Apa lagi kau tadi pagi mengatakan kalau kau akan menyatakan cintamu. Aku pikir kau menulis sesuatu yang menarik tentang cinta pertamamu itu. Sekali lagi maafkan aku."

Kevin

''Dasar tidak tahu malu. Beraninya membaca buku pribadiku. Lihat saja jika sampai aku melihatmu lagi. Lebih baik berdoalah semoga kita tidak bertemu lagi. Jika tidak kau akan habis ditanganku,'' ucap Nana dengan kesal.

...••••••••♡••••••••••••...

Di sisi lain Kevin terus melajukan kendaraannya menuju kantor milik sahabatnya itu. Karena hari ini rencananya Ia harus menggantikan sahabatnya untuk memimpin sebuah rapat besar. Sebab sahabatnya akan melakukan operasi jantung.

Ponsel yang ada di sakunya berdering. Di lihatnya nama sahabatnya yang sejak tadi terus menghubunginya.

''Hallo?''

''Hei kau ada di mana? Mengapa belum datang?''

''Maafkan aku. Tadi ada sedikit masalah. Jadinya aku terlambat datangnya,''

''Masalah? Masalah apa?''

''Bukan apa-apa. Nanti aku akan menjelaskannya padamu,''

''Baiklah, aku akan menunggumu. Segeralah kemari,''

''Ok,''

Sambungan pun terputus. Dan Kevin segera menambah kecepatan laju kendaraannya.

Sesampainya di kantor, terlihat seorang pria tengah duduk di kursi roda sedang memandangi jendela kaca besar yang menghadap ke jalanan kota. Pria itu tampak menghembuskan nafas beratnya.

''Kau sudah datang Kevin?'' Ucap pria itu.

''Yin Lan, kau itu bukan kakek-kakek. Tapi mengapa kau hobi sekali menghela nafas,'' ucap Kevin.

Yin lan seorang pemuda berhati dingin dan tertutup. Ia hanya memiliki seorang sahabat yaitu Kevin. Dengan kemampuan dan kerja kerasnya, ia mampu membalikkan nasib hidupnya. Dari yang tadinya terpuruk akibat kematian kedua orang tuanya. Belum lagi perusahaan ayahnya yang di manipulasi oleh rekan kerja ayahnya yang membuat perusahaan keluarga mereka bangkrut seketika.

Namun sayang, sejak kecil ia memiliki penyakit jantung. Dan dalam waktu dekat ini ia akan melakukan operasi, setelah dua hari yang lalu ia mendapat kabar dari pihak rumah sakit kalau ada yang akan menjadi pendonornya.

Maka dari itu ia meminta sahabatnya untuk menggantikannya dalam memimpin rapat para petinggi perusahaan. Kevin, selain menjadi sahabat Yin Lan. Ia juga orang yang paling dipercaya oleh Yin Lan.

Mereka sudah mengenal sejak kecil. Awalnya Kevin adalah anak angkat orang tua Yin Lan. Namun setelah usia 15 tahun, Kevin memilih hidup mandiri dan pergi ke luar negeri.

''Kau itu. Sudah meminta tolongnya mendadak, dan sekarang kau malah sibuk melamun dan tidak menyambutku,'' keluh Kevin.

Yin Lan berdiri dan berjalan menghampiri Kevin.

''Bukankah pesawatmu tiba 5 jam yang lalu. Lalu mengapa kau baru tiba sekarang? Dari mana saja kau?''

Kevin menggaruk tengkuk lehernya. Ia tersenyum kikuk dan bingung menjelaskannya.

''Bukankah aku sudah bilang di telepon kalau aku ada sedikit masalah tadi?''

''Memangnya masalah apa lagi yang kau buat? Bahkan baru tiba saja kau sudah membuat masalah. Bagaimana jika kau sampai hidup di sini bertahun-tahun. Apakah diriku akan sial jika terus berdekatan denganmu?''

''Kau ini. Lihatlah tampangmu itu. Dari kecil sama sekali tidak berubah. Lihatlah ekspresi angkuhmu itu, bukankah aku datang ke sini karena permintaanmu? Lalu mengapa kau sama sekali tidak bersikap ramah terhadapku? Jika tahu kau akan bersikap seperti ini, lebih baik aku tidak jadi pulang saja,'' ucap Kevin.

''Ya sudah kalau begitu, kau kembalilah saja ke sana. Aku juga tidak membutuhkanmu,''

''Hey hey! Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba sikapmu seperti itu.''

''Kau mendapat masalah tapi tidak memberitahuku. Kau hampir saja tertabrak mobil, tapi kau sama sekali tidak memberitahukannya kepadaku. Apa kau menunggu sampai terjadi apa-apa Padamu, baru kau akan memberitahuku?''

''Eh, dari mana kau tahu kalau aku hampir tertabrak oleh mobil? Bukankah aku belum bercerita kepadamu?''

Kevin merasa penasaran karena saat ditelepon tadi, ia belum sempat menceritakan apa-apa kepada Yin Lan.

''Jangan-jangan kau membuntutiku ya? Atau kau menempatkan mata-mata di sekitarku?''

''Memangnya apa yang berharga darimu? Aku hanya khawatir saja jika terjadi apa-apa denganmu, Kau pasti akan merepotkanku.''

''Aku benar-benar sial. Bagaimana bisa aku memiliki saudara seperti mu?'' Kevin cemberut mendengar jawaban Yin Lan.

''Aku yang sial, bagaimana bisa aku memiliki saudara yang tidak pernah berhati-hati sepertimu. Apa kau tidak tahu atau berpura-pura bodoh, kita memiliki banyak musuh. Banyak yang mengincar posisi kita. Jadi kau harus berhati-hati dan jangan gegabah.'' Ucap Yin Lan.

''Iya...iya cerewet. Kau itu sedang sakit, tapi mengapa dari nada bicaramu sama sekali tidak terdengar seperti orang yang sakit?''

''Aku tidak sakit. Kau saja yang heboh dan selalu mengawasiku. Bahkan kau yang selalu memaksaku untuk melakukan operasi,''

Yin Lan memang tidak ingin melakukan operasi. Baginya ia sendiri tidak terlalu peduli dengan kesehatannya. Bahkan dalam benaknya sendiri ia berharap bisa lekas di panggil oleh Tuhan. Agar ia bisa segera berkumpul dengan kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Naini ⭕

Naini ⭕

Pemuda yang hebat 👏👏👏

2023-02-01

0

KIA Qirana

KIA Qirana

Kevin, hebat banget, cakep, muda, mapan

2023-01-29

0

KIA Qirana

KIA Qirana

Tapi kan Kevin tidak sengaja... Nana

2023-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!