Sebuah mobil sport bermerk Lamborghini Veneno Roadster itu memasuki halaman mension mewah dengan penjaga yang berjejer di gerbang. Di depan teras berjejer pula para pelayan yang menyambut kedatangan si pemilik mension sampai ke pintu utama.
"Selamat datang kembali Tuan Muda!" ucap mereka serempak seraya menundukkan kepalanya.
Chandra hanya menganggukkan kepala menanggapi ucapan mereka, diikuti Zara yang berjalan di sampingnya.
Seorang pria seumuran Chandra berjalan cepat setelah turun dari mobil, kemudian berdiri di samping Chandra sebelum memperkenalkan Zara kepada mereka.
"Nona Zara ini adalah istri dari Tuan Muda. Kedepannya, kalian harus menghormati dan mendengarkan perkataan Nona Muda. Jangan pernah membuat Nona kecewa! Kalian mengerti?"
Para pelayan dan penjaga serempak menjawab, "Mengerti, Tuan!"
"Bagus! Sekarang, kalian bisa kembali bekerja!" kata asisten Chandra yang bernama Juna.
Setelah Chandra, Zara, dan Juna masuk, mereka pun kembali ke pekerjaan masing-masing.
Zara bukan dari kalangan bawah. Dia adalah seorang putri dari pengusaha ternama dan pekerjaan Zara pun terbilang cukup sukses. Sehingga dirinya tidak melongo ketika melihat mension mewah dengan pelayan serta penjaga yang berjejer lebih dari sepuluh orang.
Wanita itu terbiasa hidup mewah layaknya seorang Putri Kerajaan. Jadi, ketika menikah dengan Chandra, Zara bersikap biasa saja seolah tak terpana sedikitpun akan kekayaan suaminya. Toh, hidupnya sudah bergelimang harta sejak kecil.
Kaki jenjang Chandra melangkah menaiki anak tangga satu persatu, melewati beberapa pintu hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang diyakini adalah kamarnya. Chandra pun masuk diikuti Zara yang masih setia mengekor di belakangnya.
Ketika masuk kedalam kamar, Zara melebarkan mata menatap sekeliling yang ternyata penuh dengan hiasan indah bak kamar pengantin. Wanita itu menoleh ke arah Chandra yang tampak biasa saja.
Ekspresi wajahnya memperlihatkan banyak pertanyaan dibenak, namun ungkapan isi hati Zara tak bisa disampaikan sebab Juna datang bersama beberapa pelayan yang membawakan koper milik keduanya.
Pria itu menunduk hormat kepada tuannya. "Tuan Muda, apakah perlu saya siapkan kamar lain untuk Nona?" tanya Juna setelah para pelayan pergi. Bukan tanpa alasan dia bertanya seperti itu, sebab Juna tahu apa yang terjadi.
Juna mengetahui bahwa tuannya menikah karena sebuah kesepakatan yang mana perjanjian itu ditulis oleh Juna sendiri sebelum ditandatangani keduanya.
"Tidak usah! Dia akan tidur di kamar ini," sahut Chandra santai.
Zara mengerutkan kening mendengar perkataan sang suami. "Maksudmu? Apa kita akan tidur bersama?" Chandra mengangkat sebelah alis sembari menatapnya datar. "Aku harap kamu bercanda!" Zara melanjutkan ucapannya sembari terkekeh.
"Kenapa? Apa kita tidak bisa tidur bersama? Bukankah kita pasangan suami istri?" Chandra terus mendekat sambil bertanya. Dia senang sekali melihat ekspresi yang ditunjukan istrinya saat sedang ketakutan karena ulah jahilnya.
Tangan Zara menyilang di dada sebagai pertahanan diri. "Jangan macam-macam kamu! Sa-sana pergi! Dasar preman," cetusnya kesal seraya terus mundur.
Umpatan Zara membuat Chandra semakin gemas. Walaupun dia tak mencintai istrinya, tapi menggoda Zara adalah hal yang menyenangkan baginya saat ini.
"Baru menikah satu hari saja dan kamu sudah memberiku panggilan yang istimewa. Heh, lumayan berani juga untuk pemula yang siap mati!" ujarnya memasang wajah serius.
"Maksudmu?" Zara bertanya mengenai perkataan Chandra barusan.
Tapi, pria itu mengalihkan pembicaraan karena malas. "Lupakanlah! Aku sedang tak ingin berdebat," tukasnya seraya mendaratkan bokong di sofa. Kemudian, wajah Chandra menoleh ke arah Juna untuk bertanya. "Apa ada masalah di kantor?"
Juna sontak menunduk sebelum menjawab. "Tidak ada, Tuan! Tapi ...!" ucapan Juna membuat Chandra menaikan sebelah alisnya. Melihat tatapan serius tuannya, Juna pun langsung melanjutkan ucapannya. "Begini, Tuan! Itu__" sekilas ia melirik ke arah Zara yang tampak memperhatikan.
Chandra pun mengikuti arah lirikan Juna yang tertuju kepada istrinya. Tapi, pria itu seolah tak terganggu dan menganggap itu bukan masalah besar apabila Zara mendengar apa yang akan disampaikan Juna. Toh, hanya masalah kantor. "Katakan!"
Melihat gelagat Juna yang merasa tak nyaman, membuat Zara sadar diri. Dia memang tak berniat untuk mencampuri urusan kedua pria itu, apalagi masalah perusahaan. "Aku mau ke kamar mandi," cetusnya tiba-tiba.
Langkah kaki terayun mengarah ke kamar mandi sambil bersenandung kecil. Zara tersenyum tipis sembari menoleh, "lanjutkan obrolan kalian!"
Juna menghembuskan napasnya secara kasar.
Chandra yang melihat itu hanya menggeleng pelan. "Apa yang terjadi sampai membuatmu seperti itu? Kenapa ucapan mu seolah tidak boleh didengar Zara?" tanya Chandra kemudian.
Dengan sedikit ragu Juna menjawab, "Nona Angelina telah kembali," cetusnya lirih.
"Apa?" Chandra terperanjat mendengar nama cinta pertamanya. Perasaannya bercampur aduk, antara senang dan juga bingung.
Senang, sebab kekasih hati yang telah lama pergi itu akhirnya kembali ke tanah air dan mereka bisa bertemu untuk melampiaskan rasa rindu yang terpendam sangat lama.
Namun, Chandra juga bingung. Bagaimana jika Angelina tahu bahwa dirinya telah menikah?
Argh, sungguh sial hidup ini. Takdir yang selalu membuat dirinya dipermainkan begitu mudah.
••••••
Tiga bulan yang lalu ....
"Aku nggak mau melakukannya sekarang, Mam, Pap! Usiaku bahkan masih belum cukup matang untuk itu," Chandra tengah membantah permintaan kedua orang tuanya yang terus mendesak.
Sang ayah menginterupsi. "Chandra. Usiamu sekarang sudah menginjak dua puluh delapan tahun. Mau sampai kapan kamu membantah permintaan kami terus?!"
"Tapi Pap, aku ingin mengembangkan usahaku dulu. Masalah pernikahan bisa dibicarakan nanti jika aku sudah meraih kesuksesan," elak Chandra.
Ibunya pun mulai menimpali dengan tegas. "Pokoknya Mama dan Papa minta kamu untuk segera menikah! Bila perlu kami akan mencarikan gadis baik, putri dari rekan bisnis Papa. Mau tidak mau, kamu harus menerimanya!" putusnya kemudian.
"Benar! Keputusan ada di tangan kamu. Mau menikahi gadis pilihan sendiri atau gadis pilihan kami. Permintaan kami hanya itu," timpal sang ayah sembari melirik istrinya yang mengangguk pasti.
Chandra mengerang frustasi. "Itu sih bukan permintaan, tapi paksaan!" ketusnya jengkel kemudian pergi begitu saja.
"Chandra ... Chandra!" seru ibunya memanggil namun tidak dihiraukan pria muda itu.
Chandra membanting pintu kamar dengan keras hingga menimbulkan bunyi cukup nyaring.
Brak
Tubuh jangkungnya dihempaskan ke ranjang besar miliknya. Wajahnya menatap langit-langit kamar dengan napas memburu menahan amarah, serta tangan yang terkepal kuat menampakan guratan urat nadi di pergelangan tangan.
Sedetik kemudian ia beranjak duduk sembari berteriak. "Argh, bisa-bisanya Papa dan Mama bersekongkol untuk memaksa aku menikah. Memangnya menikah itu perkara yang gampang apa," erangnya kesal.
Tangannya menjambak kasar rambut hitam yang berkilau indah, lalu menyugarnya ke belakang. Pikirannya mendadak buntu setelah mendengar permintaan kedua orang tua yang memaksanya untuk segera menikah. Wajah tampan itu diraupnya kasar.
Chandra benar-benar frustasi.
Panggilan masuk terlihat di gawai pintarnya. Nama yang tertera di sana adalah 'Honey'.
Seulas senyum terukir indah di bibir Chandra, sejenak melupakan rasa jengkelnya. Dengan segera ia pun menjawab panggilan tersebut, "Halo, sayang! Apa kamu akan pulang sekarang? Kalo gitu, aku jemput ke Bandara ya," ujarnya penuh semangat.
Namun, senyum serta semangat Chandra harus luntur setelah mendengar ucapan seseorang yang dipanggilnya sayang itu. Wajah penuh kekecewaan jelas tergambar saat orang tersebut berbicara sesuatu.
"Oh, baiklah! Jaga dirimu di sana," desisnya lirih.
Chandra kecewa.
Pria tersebut memijat pangkal hidungnya sembari memikirkan sesuatu. Setelah mendapatkan solusi dari permasalahannya, ia pun segera menghubungi asisten pribadinya.
"Pesankan tiket pesawat ke Italia malam ini juga!" titahnya sebelum menutup panggilan.
Setelah menghubungi asisten pribadinya, Chandra pun merebahkan kembali tubuhnya dan mulai memejamkan mata. Mengistirahatkan sejenak pikirannya tentang permintaan kedua orang tuanya tadi yang menurutnya sangat konyol.
Ini bukan kali pertama ayah dan ibunya meminta dirinya untuk segera menikah, namun Chandra yang selalu mengabaikan dengan alasan kesibukan. Kini, ia tidak dapat mengelak lagi.
Chandra harus segera menikah.
Tapi, dengan siapa?
Bahkan sang kekasih tidak bisa menolong dirinya untuk keluar dari zona membingungkan ini.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget mobilnya 😍
2023-02-08
0
auliasiamatir
hummmmm, 🙄 mantan pacar yang kembali, bakalan seru nih
2023-01-29
0
Be___Mei
awas! lama lama kau jadi tergoda dengan zara
2023-01-12
0