Wajah Chandra memerah menahan amarah. Bagaimana tidak? Baru beberapa menit menjadi istrinya, Zara kini sudah berani memintanya untuk membukakan pakaian yang dikenakan.
Pria itu mengangkat alisnya sebelah sambil bersidekap. "Apa kamu lupa kalau kita ini menikah karena apa?" Zara menggeleng pertanda ia ingat betul apa yang terjadi kepada mereka. "Lalu, untuk apa kamu memintaku membukakan gaun itu? Berusaha menggoda?" tuding Chandra yang seketika membuat Zara melotot.
"Siapa bilang aku ingin menggoda kamu? Aku hanya meminta bantuan untuk melepasnya saja!" sanggah Zara kesal.
Chandra berdecak sebal. "Sama saja! Kalau bukan menggoda, lalu apa namanya?" tukasnya seraya melangkah menuju ranjang.
Zara menjadi geram karena tudingan Chandra yang menuduh ingin menggodanya. Dengan kesal ia melangkah sembari menghentakkan kaki menuju ranjang, kemudian merebahkan tubuhnya di sana. Tak lupa, Zara juga meraih selimut lalu menariknya hingga menutupi seluruh tubuh.
Rasanya sangat kesal jika dituduh seperti itu, apalagi oleh pria yang menjadi suaminya. Walaupun seandainya mereka menikah atas dasar cinta sekalipun, dia tak kan mau menggoda suaminya dengan cara murahan seperti tadi.
Huh, menyebalkan!
Chandra yang lebih dulu berada di atas ranjang hanya menyipitkan matanya melihat tingkah Zara yang menurutnya aneh. "Apa-apaan sih kamu? Kamu mau tidur tanpa mandi dan mengganti pakaian ribet itu?!" hardiknya kesal.
Zara sedikit menurunkan selimut. "Ya, aku mau tidur seperti ini. Memangnya kenapa?" Chandra mengangkat sebelah alisnya. "Jika kamu tidak suka, lebih baik pindah ke sofa!" lanjutnya sembari menarik selimutnya lagi menutupi kepala.
Pria itu melotot sambil menyibak selimut yang membungkus istrinya. "Apa kamu bilang? Aku harus tidur di sofa? Gak salah!"
Zara merebut kembali selimut dari tangan suaminya. "Bukankah kamu tidak suka denganku? Jadi, sebaiknya kamu pindah!" ucapnya bernada ketus.
Chandra menghela napas panjang, kemudian turun dari ranjang dan melangkah memutar mendekati Zara. Digendongnya tubuh kecil sang istri yang terbalut selimut tebal itu menuju ke sofa.
Zara memberontak karena tahu maksud pria itu mengangkat tubuhnya. "Jangan lakukan itu! Aku tidak biasa tidur di sofa!" rengeknya sembari mengalungkan tangan dileher Chandra. Dia semakin mempererat lilitan tangannya di leher sang suami karena Chandra berusaha melepasnya dengan paksa.
"Lepas!"
"Enggak mau!" Zara tetap keukeuh. "Ayolah, Chandra! Aku tidak bisa tidur di sofa, itu pasti sangat menyiksa!" Dia memasang wajah memelas agar hati pria dingin itu luluh.
Tapi Zara salah, sebab Chandra adalah pria dingin dari kutub utara.
"Lalu menurutmu, apa aku juga biasa tidur di sofa?" tanya Chandra dengan nada datar. Dia tak mau mengalah hanya karena Zara seorang wanita.
Ah, bisa dibayangkan ekspresi Chandra saat ini. Marah bercampur kesal menjadi satu, menghadapi Zara yang menurutnya sangat menjengkelkan, apalagi dengan sikap manjanya.
Huh, sabar!
Chandra akhirnya mengalah. Pria itu tetap menggendong tubuh istrinya tanpa berniat menurunkannya ke sofa. "Mandi." ucapnya singkat.
Zara hanya menatap sekilas, kemudian memalingkan wajahnya lagi sambil cemberut.
Pria itu lagi-lagi menghela napas panjang sebelum berkata, "Kalau kamu masih keukeuh tak mau mandi, maka jangan salahkan aku jika tubuhmu ini langsung ku lempar ke bathub sekarang juga!" ancam Chandra dengan menyeringai jahat.
"Awas kalau kamu berani melakukan itu!" tukas Zara kesal.
"Kenapa? Apa kamu akan mencekik leherku?" tebak Chandra membuat Zara mendongak. Sepertinya pria itu tahu apa yang dipikirkan istrinya. "Tapi, sebelum kamu mencekik leherku, maka aku akan memakan mu saat ini juga!" ancamnya lagi.
Seketika Zara terdiam mendengar ancaman Chandra. Dia mengurai lilitan tangan di leher pria dingin itu sambil menundukkan wajahnya. "Aku kesulitan membuka resleting belakang gaun ini," ucapnya lirih.
Mendengar hal itu, Chandra terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Bodoh!" gumamnya sebal.
Tanpa berkata apapun, tubuh Zara segera diturunkan perlahan ke lantai, kemudian ia putar membelakanginya. Tangannya terulur menyentuh resleting gaun pengantin yang dikenakan istrinya tersebut. Tanpa ragu, ia menarik turun resleting tersebut semakin kebawah.
Glek
Chandra menelan ludahnya begitu kasar. Awalnya dia terlihat begitu yakin ketika bersedia membantu Zara untuk melepaskan gaun pengantinnya. Tapi kini, ia justru kebingungan dan menyesali perbuatannya.
Bagaimana tidak? Tubuh polos dengan kulit yang bersih, putih, mulus, tanpa cacat sedikitpun itu terpampang jelas di depan mata. Walaupun hanya sebatas punggung saja, tapi itu sukses membuat Chandra berfantasi liar. Pikirannya berkelana entah kemana, membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Apalagi, dirinya yang baru pertama kali melihat tubuh polos seorang wanita tepat di depan matanya.
"Sudah, belum?" Zara bertanya, tapi sang suami tak merespon pertanyaannya.
Chandra masih terdiam dengan ekspresi yang sulit diartikan. Senjata pusaka miliknya langsung berkedut ketika melihat tubuh polos sang istri yang terlihat jelas sampai batas akhir resleting yaitu bagian pinggang.
Sial, rutuk Chandra dalam hati.
Chandra benar-benar menyesal karena bersedia membantu Zara untuk menurunkan resleting gaun yang mengakibatkan dirinya bereaksi tak karuan.
Haish, sudahlah!
"Chandra! Chandra!"
"Ah, iya! Ada apa?" Chandra kembali sadar dari lamunannya.
"Sudah apa belum, sih?!" Zara sedikit menggerutu.
Karena tak mau ketahuan Zara bahwa dirinya terpesona oleh tubuh indah sang istri, Chandra pun berkilah. "Sudah dari tadi!" ketusnya sebal. "Kamu sengaja 'kan diam terus seperti itu untuk menggodaku!" hardiknya seraya mendorong tubuh Zara sedikit kasar.
Tubuh Zara terhuyung namun beruntung ia tak limbung sampai jatuh ke lantai. Tangan Zara mendekap erat gaun bagian dada agar gaun yang dikenakan itu tak merosot begitu saja. Kalau tidak, sudah pasti tubuhnya akan polos sepenuhnya.
"Kasar banget, sih!"
Chandra tak menanggapi rengekan Zara karena terlalu gugup dengan situasi saat ini. Lebih baik menenangkan diri, batinnya bermonolog.
Sementara Zara yang tak ditanggapi apapun oleh Chandra hanya bisa memberengut kesal, kemudian melangkah menuju kamar mandi sambil menghentakkan kakinya.
"Dasar, pria kejam!" gerutunya sambil mengunci pintu kamar mandi.
Zara segera menyalakan shower untuk mengguyur tubuhnya yang lengket agar menjadi segar kembali. Dia tak ingin berpikiran apapun lagi mengenai suami dinginnya yang ternyata juga sangat kejam.
Setelah beberapa menit kemudian, Zara keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya. Ternyata wanita itu melupakan pakaian ganti yang akan dibawanya masuk ke kamar mandi karena perlakuan kasar Chandra tadi. Alhasil, dirinya kini hanya mengenakan jubah mandi saat keluar dari sana.
Chandra yang sedang bersandar di headboard ranjang dengan mata menatap layar ponsel, tiba-tiba saja teralihkan setelah mencium aroma fruity dari tubuh sang istri. Netra elang itu menatap tajam dari atas hingga ke bawah penampilan sang istri yang bisa memancing emosi.
Mulus, batin Chandra.
Tentu saja mulus, sebab Zara rajin melakukan perawatan tubuhnya. Chandra saja yang tak tahu dan selalu menyebut Zara gadis burik.
Kembali, rasa yang sempat ditenangkan tadi kini merayap hingga hati yang paling dalam. Pikirannya menerawang dengan segala aktivitas yang menurutnya panas. "Haish, apa yang ku pikirkan!" Chandra merutuki pikiran nakalnya.
Chandra merasa gelisah saat melihat Zara dengan santainya menundukkan tubuh sehingga paha mulusnya terlihat sempurna dan sedikit lagi hampir memperlihatkan bagian intinya dari belakang.
Dengan cepat Chandra memalingkan wajah sambil melempar bantal kearah bokong Zara. "Ganti pakaian di ruang ganti, jangan di sini! Merusak pemandangan aja!" celetuk Chandra tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
Zara menoleh. "Hah? Baiklah! Aku memang akan ke sana setelah mengambil baju ganti," desisnya tersentak kaget.
Setelah mengambil baju piyama, Zara segera melangkah kearah ruang ganti yang berada di pojok kamar itu.
Sedangkan Chandra tak menoleh sedikitpun, bahkan terkesan cuek saja. Namun, Zara tak tahu jika saat ini suaminya itu sedang gelisah, berusaha menenangkan adik kecilnya yang terbangun akibat ulahnya tanpa sengaja.
"Lama-lama aku bisa mati muda!" keluh Chandra seraya mengusap wajahnya kasar. "Aaaarrrggghhh, Chandra ... Chandra. Kenapa kamu bisa tergoda oleh tubuh kurus berdada rata itu, sih!" erangnya frustasi.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
heri yansah
seru
2023-06-06
2
Elisabeth Ratna Susanti
lah kocak asyik nih aku suka 😍
2023-02-08
0
Seul Ye
Gini nih kalo pdkt belom kelar tapi udah ijab kobul..
2023-01-30
1