Bab 4

Diperjalanan pulang dari Cafe, Ayesha sempat meminta berhenti disebuah toko baju dan alat tulis secara bergantian. Radika hanya mengikuti dari belakang dan membantu membawakan keranjang berisikan belanjaan.

"Memangnya untuk apa kamu membeli ini semua?" tanya Radika tetap mengikuti Ayesha yang asik memilah benda yang ia butuhkan.

"Apa kamu lupa? tinggal hitung hari saja sebentar lagi aku bakal masuk kuliah Dika," jawab Ayesha

"Benarkah? Gak kerasa ya "

"Ya begitulah dan masa pengenalannya berjalan selama 5 hari, mager banget!" keluhnya

"Itu masih belum apa-apa dibanding dengan kampusku,"

"Hei, yang benar saja kamu Dik, bandingin kok sama kampus luar negeri, ya beda lah"

"Masa sih? Perasaan sama aja deh,"

"Serah dah capek aku." Ayesha pun berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Ayesha membuka tas yang dibawanya untuk mengambil dompetnya.

"Udah biar aku saja yang membayarnya, simpan uangnya untuk kebutuhan yang lainnya." Radika mengeluarkan dompet dari balik jas hitamnya yang terdapat saku. Lalu, mengeluarkan atm bank A daripada black cardnya.

"Kamu kebiasaan deh, jangan bayarin aku terus Dik, nanti aku jadi kebiasaan suka minta bayarin ke kami gimana ?" gerutu Ayesha

"Udah deh, kamu kan belum bekerja, lebih baik kamu tabung uang nya dikemudian hari kalo ada hal yang darurat kan gak kebingungan kamu nya!"

"Aku akan terus membantumu sebisaku, entah sejak kapan perasaan ini tumbuh dan selalu ingin memberikan segalanya untuk kamu Ayesha, maka akan aku berikan apapun itu." ucap Radika dalam hati.

"Sekarang mau kemana lagi? apa masih butuh sesuatu lagi? Atau langsung pulang?"

"Iya langsung pulang saja, badanku ingin mandi. Kamu sendiri sehabis ini mau kemana?!"

"Tentu saja, kembali ke kantor. Sekarang belum jam pulangku." Ayesha melototkan matanya merasa bersalah

"Lah terus ngapain ngajak aku makan siang segala coba! Kamu kan atasan harusnya kasih contoh yang baik dong buat pegawaimu, gimana sih kamu itu!" Ayesha kembali mengomel dengan wajah kesalnya ia menatap kearah jendela. Udara panas membuat emosinya musah tersulut karena gerah.

"Iya aku minta maaf ya, udah jangan marah nanti cepat keriput muka kamu itu,"

"Heh" dengan menampilkan wajah sok garang

......................

Anesha yang asik menonton TV di ruang keluarga sambil merebahkan tubuhnya, tak lama dia mendengar suara mobil dari luar.

"Ada tamu kah?"

Anesha beranjak dan mencoba mengintip dari balik tirai jendela. Matanya melihat adiknya yang baru saja turun dari mobil bersamaan dengan lelaki tampan yang tidak dikenalnya. Selama ini, semenjak kelas 9 SMP teman-teman sekolahnya sudah jarang datang ke rumah dan laki yang mengantar pulang Ayesha ini tidak dikenal olehnya.

"Siapa laki itu?"

Anesha akan menanyakan kepadanya adiknya nanti. Dia pun melanjutkan acara menonton TV nya.

"Hati-hati ya, makasih buat hari ini," ucap Ayesha sambil melambaikan tangannya. Radika membalas dengan senyuman dan menginjak gas mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Ayesha.

Ayesha pun masuk ke dalam rumah setelah memastikan mobil Radika menghilang dari pandangan matanya.

"Assalamualaikum," ujarnya

"Waalaikumsalam," jawab Anesha

"Loh, kakak gak biasanya datang jam segini?"

"Iya dek, lagi gak ada jam lagi hari ini, makanya langsung pulang aja, kamu sendiri dari mana? Terus laki itu siapa kamu?" Anesha pun mengintrogasi adiknya.

"Satu-satu dong tanyanya, kan bingung mau jawab yang mana dulu," kekeh Ayesha berjalan ke kamarnya untuk mengganti baju.

"Tadi itu temen SMP ku yang waktu kelas 9 kak, dia gak pernah ke rumah tapi termasuk teman dekat kita. Juga aku habis beli kebutuhan buat PKKMB."

"Oh gitu, Kakak juga gak melarang kamu buat berteman dengan siapa aja, asalkan kamu bisa jaga diri dan ingat kalo kita itu perempuan, apalagi ditambah ibu kita yang termasuk single parent, paham kan maksud kakak, Dek?!" Ayesha tahu betul apa yang sedang dibicarakan apa oleh kakaknya, masalah ini sangat sensitif untuk keluargaku yang hanya ada wanita saja isinya.

Tidak ada yang menjaga kita, menjadi pahlawan dan pembimbing di dalam keluarga. Bapak yang sakit-sakitan tentu, sudah tidak mampu lagi menjaga kita saat berada diluar rumah. Siapa lagi kalo bukan diri sendiri?

"Ya udah aku mau mandi, badanku lengket banget," Anesha mengangguk dan hanya menatap adiknya dalam.

Menjelang malam, Ibu Raina pun kembali pulang sehabis kerja. Ditangannya ia membawa sebuah kresek berisikan makanan yang didapatkan dari tempat kerjanya.

"Bu? Sudah datang rupanya" ujar Anesha mengingip dari balik dinding siapa yang membuka pintu rumah.

"Iya Kak, Nih ibu bawa oleh-oleh dari tempat kerja, atasan ibu tadi suruh karyawannya buat bawa pulang sisa makanannya." Ibu Raina pun meletakkan kresek itu diatas meja makan.

Anesha membuka kresek tersebut dan terkagum."Wah bu, malam ini kita makan malam enak, hehe!" dengan semangat Anesha menyiapkan makanan itu dan memindahkannya ke piring juga mangkok.

"Iya Kak,Dimana adikmu? Bapak apa sudah makan sore?" tanya Ibu sambil duduk dikursi

"Udah kok bu, bapak tadi makan sama bubur ayam. Kalo adik di kamar bu rebahan."

"Bagus kalo gitu, Suruh adikmu keluar dari kamar setelah ibu selesai mandi. Kita akan makan malam bersama.

"Oke bu,"

Ibu Raina pergi ke kamarnya untuk mandi. Tak lama ibu pun selesai mandi. ""Pak, masih lapar ? " tanya Ibu Raina kepada Bapak Jordi. Kemudian dibalas dengan gelengan pelan.

"Ya sudah ibu mau makan dulu, baak istirahat aja kalo ngantuk ya" dijawab anggukan oleh bapak

Di meja makan, makanan sudah tertata rapi. "Bu, banyak ya makanannya, siapa nanti yang bakal.ngabisin? Aku sudah KO bu Kak!"

Keduanya tertawa, makanan ini tentunya tidak bisa mereka habis dalam waktu semalam.

"Bu? Apa bapak istirahat"

"Iya bapak tidur Dek"

"Bu, bapak udah hampir 5 tahun lamanya, apa bakal baik-baik aja?makin tahun badan bapak ssbelah kiri semakin mengecil!"

Wajah ibu Raina menyendu, dia tidak bisa melakukakan banyak hal mengenai itu kecuali rajin meminum obatnya agar penyakit komplikasinya tidak menjadi kronis. Penyakit Kronis terjadi secara perlahan-lahan dan menjadi akut. Maka dari itu, bagi penderita Hipertensi, DM, Kolesterol dan sebagainya wajib sekali untuk rutin mengonsimsi obat dari anjuran dokter. Namun, sudah lama bapak kontrol ke dokter karena biaya yang dibutuhkan sangatlah besar.

"Ane, bakal bantu ibu kok, jadi ibu gak perlu terlalu banyak berpikir seperti itu, nanti ibu sakit bagaimana?!" Anesha selama ini juga ikut menyisihkan gajinya untuk ditabung dan digunakan sebagai biaya pengobatan bapak.

"Yesha juga mau bantu!"seru Ayesha dan menbuat kedua wanita di meja makan menoleh kearahnya.

"Dek kamu gak usaj aneh-aneh ya, rajin kuliah dam lulus itu yang harus kamu fokuskan lebih dulu. Biar Kakak dan ibu yang membayarnya," ucap Ibu Raina.

"Bener itu Dek, gak usah memikirkan apapun,"

"Hmm, baiklah, Aku sudah selesai makan, terimakaih." Ayesha ke kamar dulu ya"

"Baik tidurlah, besok tolong bangun lebih pagi, karena ibu akan berangkat kerja lebih awal."

"Siap bu,"

Semua lampu sudah dimatikan dan semua orang di rumah pun menyusul tidur untuk ikut menyelami samudra mimpi mereka masing-masing.

......................

Di lain sisi, Radika baru saja sampai di rumah, ia melangkahkan kaki ke sebuah ruang keluarga dengan jejeran sofa panjang dan single, ruangan itu berdominan warna emas dan putij dengan tirai berwarna abu-abu gelap.

...(ilustrasi)...

Tidak ada siapapun di ruangan itu. Radika pastikan mereka sudah berada di kamar masing-masing. Baginya sangat membosankan tinggal di rumah sebesar ini sebagai anak tunggal. sekitar ada dua puluhan pelayan yang dipekerjakan di rumah ini, belum lagi beberapa tukang spesialis seperti tukang kebun, tukang bersih-bersih halaman dan lainnya.

Radika memilih langsung masuk ke dalam kamarnya yang simple tidak banyak perabotan ini itu. diletakkan tas kerjanya di meja nakas, Radika menghela nafas betapa monoton sekali hidupnya ini. Pulang kerja langsung masuk kamar dan kemudian tidur. Radika melepaskan kemeja putihnya dan tampaklah otot perut dan punggungnya yang selama ini tersembunyi dibalik pakaiannya itu.

Radika jarang menggunakan pakaian yang bisa memperlihatkan bentuk tubuh dan ototnya, dia juga tidak mau para wanita gatal dan centil menatapnya seperti singa kelaparan.

Masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan shower setelah mengatur suhu airnya. Tidak ada waktu untuk berendam karena Radika ingin segera merebahkan tubuhnya. Siluet dari bilik shower begitu se*si dan indah, siapa saja akan beruntung bisa mendapatkan hati lelaki ini.

Usai mandi, Bathdrobe yang dipakainya berganti dengan kaos biasa dan celana pendek. Radika pun naik keatas kasur dan menarik selimut tebal itu sebatas dada bidangnya. Matanya pun memejam hingga tidak terasa sudah tertidur nyenyak.

Terpopuler

Comments

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

aku mampir kak, semangat ya up nya

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!