Kurang Seminggu lagi Ayesha akan memulai hari pertama kuliahnya. Dikarenakan masih dalam kondisi PPKM sehingga nantinya akan dilaksanakan secara online. Ayesha belum tahu bagaimana masa pengenalan anak kuliah kemungkinan akan berbeda jauh dengan saat SMK.
Sebelum hari H Ayesha berniat akan pergi membeli beberapa keperluan yang dibutuhkan saat PKKMB nanti seperti ID card yang terbuat dari kertas karton, bendera merah putih plastik, Print slogan, dan lainnya. Entah dibuat untuk apa, jujur saja ini sangat membuang uang. Bagi Ayesha lebih baik uangnya dibuat untuk membeli seragam atau hal lainnya yang lebih penting dibanding ini.
"Hari pertama pakek baju Hitam putih sampek hari ketiga, terus 2 hari selanjutnya pakai batik nih," gumamnya sambil menscroll grup WA khusus Maba.
"Tapi ini serius ya, cuma seminggu aja aku kira kayak univ lainnya yang sampek berbulan-bulan, syukurlah kalo gitu."
rencananya hari ini Ayesha akan pergi berbelanja sendiri, dia teringat kalo kemeja putihnya sudah berwarna kekuningan baginya sudah layak digunakan sebagai keset lantai.
Mungkin nanti sore ia akan meminta uang ke ibunya. Jika dipikir-pikir lagi Ayesha sudah beranjak dewasa, melihat ibunya yang kerja dari pagi hingga pulang malam jam 9 tentu Ayesha tidak enak hati untuk meminta uang dengan begitu mudahnya. Dia ingin bekerja seperti saat magang PKL dulu ketika SMK tetapi dia masih bingung ingin bekerja apa.
......................
Radika didalam ruangan yang sangat luas, tidak banyak perabotan, dominan warna gelap dan dengan jendela lebar terpampang jelas sebuah pemandangan asri diluar sana. Lelaki itu mengetukkan sebuah bulpoin ke meja seakan sedang berfikir keras.
...(ilustrasi)...
Andai saja, pria ini hatinya terbuka lebar kepada seorang wanita mungkin sedunia bisa saja menggilai dirinya. Namun, kenyataannya tidak sama sekali. Meskipun baik tapi tidak semudah itu untuk memasuki ruang hati seorang Radika CEO ternama di dunia sekaligus wajah tampannya yang tidak bosan untuk ditatap setiap detik, menit, bahkan jamnya.
Tok...tok..tok...
"Silahkan masuk" jawabnya dengan nada khas seorang pemimpin.
"Sudah waktunya anda masuk ke ruang rapat, Pak"
"Baiklah, Ayo!"
Radika beranjak dari kursi kebesarannya sambil membenarkan letak jas dan dasi yang padahal masih stay diposisinya, dia tetap perfeksionis orangnya mengenai pekerjaan.
Yah, seperti biasanya seluruh divisi kantor akan melakukan rapat dengan CEO untuk menjelaskan bagaimana peningkatan mereka masing-masing serta kinerja selama satu periode.
"Selamat pagi!" sapa Radika
"Pagi pak Radika," sontak semua orang yang ada di ruangan luas namun bagi mereka seperti pengap kekurangan oksigen untuk pasokan pernafasan.
"Langsung saja kalian jelaskan setiap divisi masing-masing, saya akan berkomentar diakhir saja."
"Baik pak,"
beberapa jam kedepan, Semua divisi usai menjelaskan panjang lebar dan Radika masih belum membuka suara. Para ketua divisi tentu sangatlah gugup, bagaimana ini apa ada yang salah? Apa kinerja mereka kurang memuaskan? Atau apa sebentar lagi kita akan diturunkan jabatannya? kurang lebih hampir semuanya berpikiran begitu.
"Sejauh ini, menurut saya bagus meskipun belum sempurna ditiap divisi, tingkatkan kinerja kalian, jangan banyak lembur jika memang tidak menghasilkan hasil yang memuaskan itu membuang-buang waktu saja, kerjakan perlahan namun pasti dan sempurna, saya menggaji kalian dengan memuaskan tentunya saya meminta timbal balik dari kalian, so lakukan itu jika tetap mau digaji." selesai berkata Radika pun meninggalkan ruang rapat itu.
"Uanjir, dredeg aku loh!"
"Gue juga, tadi pak Radika bilang apa? Bagus tapi belum sempurna? Yang sempurna menurut beliau itu kayak gimana?!"
"Entahlah, gue sih bersyukur dibilang bagus daripada gak sama sekali, itu nanti yang bikin gue depresi!"
"Bener juga lu"
"Ya dah balik ke posisi masing-masing, sebelum ditegur sama kembarannya pak Radika." siapa lagi kalo bukan asisten sekaligus sekretaris yang dikenal akan disiplin dan tanggungjawab tinggi, minim toleransi akan karyawan yang kepergok salah.
Perusahaan RF yang secara umum banyak diketahui dengan julukan kesuksesan nyata (Real Fact). Selama generasi turun temurun hingga Radika yang menghandle semuanya, selalu saja ada kejayaan yang mereka raih dan membesarkan nama perusahaan. Namun, tidak lepas dari jatuh bangun dibalik kejayaan perusahaan, ada pula tantangan dan masalah yang menghadang mereka tanpa diketahui dunia luar.
Semua butuh kerja keras, kesabaran, berdoa dan berpasrah dengan sang pencipta. Namanya juga bisnis yang bermain dengan investasi segala macam. Terkadang banyak orang bersikap iri hati, dengki, dendam dan egois sehingga keluarga Firdaus tidak pernah lepas dari kata maut. Musuh berbulu domba melakukan apa saja untuk mencelakai anggota Keluarga Firdaus apalagi hanya memiliki pewaris tunggal yaitu Radika saja.
musuh yang dengan mudah mencuci otak sampai mempengaruhi seseorang yang mulanya baik menjadi jahat. Radika sendiri hanya bisa melakukan penjagaan ketat dan memohon perlindungan kepada pencipta. Bagaimana pun dia juga takut mati dengan tumpukan dosa yang menggunung.
Orang bisa sibuk, tapi sesibuknya orang akan ada waktu istirahat untuk melepas penat. Banyak cara menggantikan waktu ibadah dan hal itu tidak luput Radika lakukan.
Waktu menjelang makan siang, Radika melihat jam tangannya, Ia ingin mengajak Ayesha untuk lunch bersama. Radika ingin menemui perempuan itu sekarang.
"Rel, Aku mau makan siang dengan seseoranh, kau handle sampai aku kembali."
"Siap pak, hati-hati di jalan pak!"
Radika masuk ke dalam lift dan langsung menuju parkiran mobil di bawah. Ia menekan tombol di kunci mobinya.
Pip...pip...
Mobil Mercedes Benz yang dipilih Radika kali ini, Ia ingin terlihat mewah namun tidak berlebihan. Biasanya Radika menemukan orang yang tinggak dikawasan perumahan elite menaiki mobil sport untuk sekedar makan siang. Menurutnya itu sangat berlebihan dan itu bukan gaya Radika.
Melaju dipadatnya kota, Radika memakai kacamata hitamnya yang bertengger dipangkal hidung mancungnya itu, terlihat rupawan dari dekat maupun jauh. Ia menambah laju kecepatan agar segera sampai sebelum waktu makan siang berlalu.
Tak lama kemudian, mobil Radika terhenti di depan rumah Ayesha, begitu keluarga dari mobil tetangga sampimg kanan kiri juga depan menganga tak percaya ketika seorang pria tampan berada didekat mereka.
"Cari siapa masnya?"
Radika menoleh dan tersenyum tipis,"Jemput temen saya mbak" Radika menjawab sambil menunjuk kearah rumah Ayesha yang terlihat sepi.
"Oh mbak Ayesha mas, dari tadi rumahnya sepi mas, mungkin gak ada orang." Wanita ini bahkan tidak tahu siapa yang diajaknya bicara, dia hanya terpukau oleh ketampanan pria didepannya.
"Permisi ya mbak, " tidak menghiraukan mbak kecentilan itu, Radika berjalan menghampiri halaman rumah Ayesha dan mengetuk pintu kaca rumahnya.
tok...tok...tok..
"Yes, yesha!" panggilnya
Sementara Ayesha yang tengah rebahan mendengar namanya dipanggil pertama ia hiraukan namun telinganya mendengar kembali panggilan itu.
"Siapa sih, siang-siang begini bertamu!" kesalnya sambil turun dari kasur dan keluar dari kamar.
Tepat saat keluar kamar, matanya membola,
"Kiampret, Tuh anak datang ke rumah mesti gak kasih kabar ke aku!"
Lihatlah, Ayesha sangat dekil belum mandi, rambut yang semrawut tak jelas, hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Apa kata dunia, jika mereka tahu wanita ini menemui lelaki tampan dengan kondisi seperti calon orgil dipinggir jalan.
Diluar Radika melihat jelas semuanya, tingkah lucu itu membuatnya menggelengkan kepalanya. Apa yang sebenarnya gadis itu lakukan?
"Lihat, dia bahkan tidak membukakanku pintu, jika dia tahu apa pekerjaanku mungkin sudah tak enak hati, hehe" kekehnya pelan
Cklek
"Sorry Dik, lama aku sampek lupa naruh kunci pintu dimana, ternyata gantung dipintu dari tadi, hehe," Ayesha menggaruh tengkuk lehernya
"Ayo masuk Dik, ada apa kok mampir ke rumha nih siang begini?!"
"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, ayo Sha aku traktir kamu makan siang sekarang. "
"Hah serius kamu? Duh aku belum apa-apa ini, salahmu sih gak kabarin aku, kan jadinya bikin kamu nunggu lama!"
Ayesha beranjak dari kursi dan berjalan cepar mengambil handuk dibelakang lalu bergegas mandi.
"Anak itu, apa memang selalu begini kah?!"
sambil menunggu Ayesha bersiap, Radika membuka hp nya untuk memeriksa apakah ada email masuk dari asistennya itu. Merasa tidak ada, dia kembali memasukkan hpnya ke saku jas mahalnya.
beberapa menit kemudian, Ayesha sudah tampak cantik dan segar dengan setelan celana kulot dan kaos sederhana dan rambut yang digerai begitu saja.
"Siap? Kita langsung aja ya"
"Iya Dik, ayo!"
Ayesha mengunci pintu rumah dan meletakkannya dibawah pot bunga, takutnya nanti kakaknya pulang lebih awal sebelum dirinya.
"Mau makan dimana ini Dik?!"
"Kamu sekarang mau makan sama apa ?"
"Lah kok jadi balik tanya, serah kamu aja lah aku mah makan apa aja suka kok,"
"Emm, apa ya? Mau Gado-gado?"
"Enak tuh, gas aja lah dik!"
"Ya sudah, kita cari oke"
Ayesha mengangguk semangat, dia tersenyum senang akhirnya dirinya tidak.menyangka akan pergi berdua dengan Radika hari ini.
karena terasa sepi Ayesha mencoba untuk mengajak Radika mengobrol," btw kamu itu kerjanya sebagai apa di perusahaan ayahmu?"
"pegawai bisa kok, Sha"
"Ah masa sih, kamu kan anak pemilik kantor masa pegawai biasa, gak percaya aku mah!"
"emang aku kayak gimana?"
"Pakaianmu aja keliatan mewah loh menurutku,"
Ayesha kembali menelisik pakaian Radika matanya tak salah menilai, pasti baju itu berharga mahal sekali.
"Aku CEO di kantor ayah,"
Ayesha sampai tersedak ludahnya sendiri, "uhuk..uhuk, duh serius kamu ini? Jangan canda lah Dik?"
"Lah malah gak percaya nih anak, beneran,"
"Dik, gawat kalo bener gitu, nanti aku digrebeg masa gimana dong, orang-orang nanti bisa tanda tanya kenapa kita jalan berdua begin!?"
"Santai aja kali Sha, semua pasti aman lah!"
Ayesha menghela nafas, Radika berucap begitu dia bisa melakukan apa selain pasrah dan terima sajalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
.
kocak...
2023-04-04
0
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
sukses sllu 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
2023-04-04
0
yrputri
Radika pasti jenius udah jadi cEo ajaa
2023-02-04
0