TITISAN MARANTI

TITISAN MARANTI

SAHABAT

Nur Rahman masih berada di tempat kerjanya pada pukul sebelas malam. Malam itu ia sengaja bekerja lembur karena ada deadline pekerjaan yang harus segera ia selesaikan malam itu juga. Besok pagi sekitar jam sepuluh, kliennya akan datang ke kantor untuk meminta hasil pekerjaannya. Ajakan pulang bos dan teman kerja yang lain sengaja ia abaikan karena tidak ingin mengecewakan kliennya itu.

“Mas Nur, kalau garapan yang ini bisa Mas Nur kerjakan tepat waktu, bos saya katanya siap bekerja sama dengan kantor tempat Mas Nur bekerja untuk dua tahun ke depan,” ucap Pak Dirga tiga hari yang lalu.

“Siap, Pak Dirga. Insyaallah, garapan yang ini akan selesai dengan lebih cepat,” jawab Nur Rahman.

“Oke, saya  tunggu kabar selesanya ya, Mas Nur?” timpal Pak Dirga.

“Siap, Pak!” jawab Nur Rahman.

Dan setelah perbincangan tersebut, malamnya Nur Rahman meriang selama dua hari sehingga ia tidak bisa masuk ke tempat kerjanya. Alhasil waktu pun bergulir, dan hari ini adalah kesempatan terakhir bagi pemuda tersebut untuk menyelesaikan tugasnya demi memenuhi janjinya kepada Pak Dirga.

Tepat pukul dua belas malam, tiba-tiba bel pintu kantor berbunyi sehingga mengagetkan Nur Rahman.

“Loh, siapa tengah malam begini mencet bel? Jangan-Jangan orang gila,” pikir Nur Rahman sambil meneruskan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

Ting Tong

Kembali bel berbunyi dan kali ini Nur Rahman memilih untuk berjalan ke luar ruangan untuk mengecek siapa yang sedang berdiri di depan pintu dan menekan bel sebanyak dua kali. Setelah sampai di ruang depan, barulah pemuda tersebut mengetahui bahwa yang sedang berdiri di depan pintu adalah rekan kerjanya, Rendi.

“Ya Ampun, kamu, Ren? Kirain siapa malam-malam begini iseng mainin bel,” sapa Nur Rahman sambil membuka pintu kantor bagian depan yang hanya disekat oleh kaca transparan setebal sepuluh milimeter.

Rendi tidak menyahut. Ia tetap berdiri di depan pintu.

“Duh, Ren. Tahu, nggak? Kamu itu dicari oleh Pak Ibnu seharian. Kamu juga dicari Nizwar dan Karmin. Kamu ke mana saja, sih? Pak Ibnu sampai ngamuk-ngamuk nggak jelas kepada Nizwar dan Karmin? Lah, kok malah bengong? Ayo, masuk! Di luar dingin. Ntar kamu sakit kayak aku kemarin? Kamu naik apa ke sini? Naik taksi online, ya? Suruh siapa kamu berangkat sendiri nggak nungguin Nizwar? Ya sudah. Nanti kamu pulang bareng aku saja. Aku antar kamu sampai di depan rumahmu. Atau kalau kamu mau menginap di rumahku juga tidak apa-apa. Tapi, tungguin aku nyelesein pekerjaanku dulu, ya?” Nur Rahman nyerocos mengajukan banyak pertanyaan kepada rekan kerjanya yang terkenal paling pendiam itu.

Nur Rahman biasanya hanya berbicara sedikit kepada orang lain. Khusus kepada Rendi, dia agak bawel. Karena Rendi memang sulit diajak berbicara. Dengan berbicara agak awel seperti itu biasanya efektif untuk merangsang rekan kerjanya itu untuk lebih aktif menyahut.

Rendi tidak berkata apa-apa. Dia hanya menjawab semua pertanyaan Nur Rahman dengan menganggukkan kepalanya saja dan masuk ke dalam ruang kantor mengikuti Nur Rahman. Tak lupa pemuda itu mengunci ruangan kantor itu kembali dari dalam untuk menghindari masuknya orang lain yang berniat kurang baik. Apa lagi saat itu sudah larut malam dan kondisi di sekitar tempat tersebut cukup sepi.

“Ya sudah, kamu tunggu di sini dulu, ya? Aku menyelesaikan pekerjaanku dulu. Paling sepuluh menit lagi sudah selesai,” perintah Nur Rahman pada temannya itu.

Rendi pun mengikuti instruksi rekan kerjanya untuk duduk di salah satu kursi sambil menunggu rekannya itu menuntaskan pekerjaannya. Setelah itu keduanya tak terlibat pembicaraan sepatahkatapun.

“Yes. Selesai!” Akhirnya Nur Rahman dapat menyelesaikan tugasnya dan ia pun segera menyimpan filenya serta mematikan komputer yang telah ia gunakan.

“Yuk, kita pulang, Ren!” ajak Nur Rahman pada Rendi sambil berjalan ke luar kantor dengan diikuti oleh Rendi di belakangnya.

Setelah mengunci kantor dari luar. Tak lupa Nur Rahman memasang pintu harmonika kantor tersebut dan menggemboknya dari luar. Barulah ia menuju motor kesayangannya sejak masih kuliah. Rendi langsung duduk di belakangnya.

“Pulang ke rumahmu atau menginap di rumahku?” tanya Nur Rahman pada Rendi di tengah perjalanan mereka sebelum sampai di pertigaan yang memisahkan antara arah jalan ke rumah Nur Rahman dan ke rumah Rendi.

Rendi menunjuk lurus tangannya sebagai pertanda bahwa ia ingin menginap di rumah Nur Rahman. Nur Rahman pun menyambut jawaban Rendi dengan antusias karena ia tidak perlu pergi ke rumah Rendi terlebih dahulu sebelum pulang.

Lima belas menit kemudian, sampailah mereka berdua di depan rumah Nur Rahman. Nur Rahman langsung memarkir motornya di garasi. Setelah itu ia pun permisi kepada Rendi untuk pergi ke kamar kecil terlebih dahulu karena sudah kebelet. Sementara Rendi yang sebenarnya sudah dipersilakan masuk duluan ke rumah Nur Rahman, ternyata memilih untuk duduk di depan rumah pemuda itu. Mungkin ia menunggu Nur Rahman selesai urusannya di kamar mandi terlebih dahulu. Biasanya meskipun sudah larut malam, ada ibunya Nur Rahman yang menyambut kedatangan mereka di balik pintu, tapi karena hari itu ibunya Nur Rahman ikut suaminya ke luar kota, makanya Nur Rahman membuka sendiri pintu rumahnya.

“Ku percaya kau bisa melupakan dirinya”

“Meski hatimu masih untuknya”

“Aku sudah menunggu dalam kurun yang lama”

“Untuk bersama denganmu”

Nur Rahman menyanyikan lagu favoritnya di kamar mandi sambil meneyelesaikan hajatnya. Untunglah tidak ada ibunya yang selalu memprotes apa bila pemuda itu bernyanyi di kamar mandi.

“Nggak baik, Nur, bernyanyi di kamar mandi!” tegur ibunya.

“Kenapa, Bu?” tanya Nur Rahman.

“Bisa mengundang setan,” sahut ibunya.

“Apaan sih, Bu?” sahut Nur Rahman.

“Dasar anak sekarang kalau dibilangi susah!” protes ibunya.

Itulah percakapan default antara Nur Rahman dengan ibunya setiap Nur Rahman bernyanyi di kamar mandi.

Setelah selesai beraktifitas di kamar mandi, Nur Rahman keluar dari kamar sambil merogoh Ponsel di saku celananya. Seharian ini ia sengaja menonaktifkan Ponselnya agar bisa lebih berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Dan alhasil sekarang saat ia mengaktifkan Ponselnya kembali, banyak sekali pesan yang masuk ke Ponselnya dan juga panggilan tak terjawab. Baru saja ia akan membuka salah satu pesan yang masuk, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Nizwar. Ia pun langsung mengangkatnya.

“Assalamualaikum. Ada apa, Nizwar, dini hari begini menelponku?”sapa Nur Rahman.

“Waalaikumsalam … N-n-nur … C-c-cepat n-nyalakan TV. Ada korban kecelakaan baru ditemukan oleh polisi. Dan pakaian korbannya itu sama persis dengan yang dipakai oleh-“ jawab Nizwar dengan suara terbata-bata.

“Oleh siapa, Nizwar?” tanya Nur Rahman sambil melangkah ke teras depan karena dari tirai kaca yang masih belum ditutup, ia melihat Rendi sedang duduk di kursi beranda rumahnya.

“Rendi, Nur!” jawab Nizwar dengan suara lemah dan diakhiri dengan tangisan.

Lain halnya dengan Nizwar, Nur Rahman bukannya sedih. Ia malah syok mendapatkan kabar seperti itu. Ia baru sadar bahwa Rendi yang ia temui tadi di kantor terlalu berbeda dengan biasanya. Tatapan matanya sayu dan wajahnya terlihat lebih pucat. Sedangkan suhu badannya terasa dingin. Saking syoknya, Ponsel yang dipegang oleh nur sampai jatuh ke lantai.

“Nur … Nur … Kamu tidak apa-apa, kan?” suara Nizwar sayup-sayup terdengar dari speaker Ponsel milik Nur Rahman.

Nur Rahman yang saat ini sudah berada di pintu rumahnya pun secara perlahan  menoleh ke samping ke arah Rendi yang juga menoleh ke arahnya. Saat itulah Nur Rahman dapat melihat dengan jelas wajah pucat Rendi yang berlumuran darah. Dada pemuda itu pun bergetar dengan hebat.

“Rendiiiiiii!!!!” teriak Nur Rahman dengan keras sambil bersimpuh di kaki Rendi yang tidak menapak tanah.

BERSAMBUNG

Selamat membaca novel terbaruku ini ya, teman-teman. Semoga banyak yang suka. Kritik dan saran selalu aku tungguin, loh!

Terpopuler

Comments

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

Mampir aku Kak

2023-12-09

0

Prio Ajik

Prio Ajik

dah ketemu, tak ubek2 akhire ketemu,

2023-10-26

0

IG: _anipri

IG: _anipri

wah! jadi, itu si Rendi beneran udah dead yak

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!