"Ku susuri jalan setapak menuju ke arah kebun. Terlihat dari kejauhan sebuah bukit yang lumayan cukup tinggi yang terletak tak jauh dari kampung. sambil terus memandangi bukit tersebut, seolah ada sebuah tarikan yang sangat kuat dari bukit tersebut, berbeda dengan beberapa bukit di sebelahnya yang tidak terlalu tinggi bahkan banyak warga dari beberapa desa tetangga yang bercocok tanam di bukit-bukit tersebut. Lambat laun akhirnya aku pun telah sampai di kebun, Terlihat bapak, pak lurah, dan juga temannya sedang asyik berbincang, sesekali mereka terlihat sedang melakukan pengukuran.
Setibanya di sana, aku segera menuju sebuah gubuk atau bisa di bilang pondok, yang memang hampir di setiap kebun milik para warga terdapat satu buah gubuk, gunanya untuk menyimpan peralatan berkebun atau hanya untuk sekedar beristirahat sekalian makan. Ku letakkan bekal dan juga minum milik bapak di atas sebuah dipan yang berada di depan gubuk tersebut seraya berjalan menuju ke tempat bapak dan juga pak lurah berada.
" Assalamualaikum," ujarku mengucapkan salam, yang seketika langsung di jawab bersamaan oleh bapak dan juga pak lurah
" Waalaikumsalam," jawab bapak dan juga pak lurah.
" Rupanya kamu toh Nu, bapa kira siapa tadi," sahut bapak kemudian bertanya kembali kepadaku.
"Sama siapa kamu datang kemari Nu,? tanya bapak kepadaku.
"Sendiri saja pak, Yuni tadi kebetulan masih sibuk masak di dapur pak," timpalku kepada bapak.
"Oh ia, Kamu sudah bawa pesanan bapak tadi kan Nu,? Tanya bapak kembali, seraya kedua matanya terlihat melirik ke arah tanganku yang kosong.
" Sudah pak, tadi sebelum kemari, Wisnu taruh bekal bapak di gubuk kita pak" ucapku kepada bapak seraya menujuk dengan ibu jariku ke arah gubuk kami tersebut berada.
"Ohh, ya sudah mari pak lurah, pak Anwar, kita minum dulu di gubuk" sahut bapak yang terdengar segera mengajak pak lurah dan temannya tersebut untuk ikut bersama kami menuju ke gubuk kami tersebut. Kami pun semua segera berjalan menuju ke sana secara berbarengan.
Setelah kami sampai di gubuk, aku segera membuka tas hitam yang berisi air minum dan juga bekal yang tadi kubawa dari rumah, seraya segera menghidangkannya. Kebetulan, Yuni tadi memang sengaja menambah porsi nasi dan juga lauknya, karena Yuni juga tau kalau bapak tidak sendirian di kebun. Sehingga bekal dan juga air tadi bisa di makan bersama-sama. setelah itu bapak pun segera menyuruh Mereka untuk makan, kemudian merekapun akhirnya segera memakan bekal yang aku bawak tadi, walaupun dengan lauk seadanya, namun apabila kita makan di kebun, apapun bisa terasa nikmat.
Setelah selesai makan, mereka kemudian melanjutkan pembicaraan kembali. Sedangkan aku hanya bisa terdiam dan mendengarkan apa yang menjadi oembicaraan mereka.karena memang itu sudah menjadi urusan orang tua, jadi tidak sepatutnya lah aku ikut nimbrung urusan mereka bertiga.
Cukup lumayan lama mereka berbincang, yang akhirnya, merekapun terlihat bangkit dari tempat duduknya masing-masing, kemudian bapak segera bertanya kepadaku.
" Nu, Kamu mau ikut bapak atau langsung pulang,? tanya bapak kepadaku yang langsung aku sahuti.
"Oh, Wisnu di sini saja dulu sebentar pak, sekalian Wisnu beres-beres, setelah siap, Wisnu langsung pulang saja ya pak, soalnya kasian sama Yuni yang ditinggal di rumah sendirian," jawabku kepada bapak.
" Yo wess kalo begitu bapak sama pak lurah balik lagi ke sana ya Nu," timpal bapak seraya segera melengang pergi bersama pak lurah dan juga temannya tersebut.
Kurapikan segera bekas kami makan tadi, kemudian kembali ku masukan ke dalam tas. Setelah itu, akupun duduk-duduk sebentar. Kemudian ku hidupkan sebatang rokok, dengan sesekali ku pandangi alam di sekitar yang tampak hijau dan masih banyak pepohonan rimbun di sekliling kebun kami ini, termasuk gubuk kami ini yang di naungi oleh sebatang pohon nangka yang lumayan cukup besar, sehingga membuat gubuk kami ini senantiasa terasa sejuk ketika duduk di bawahnya.
Rokok di tangan pun kini sudah habis ku hisap, ku lihat waktu telah menunjukan pukul 15:50 Wib yang menandakan bahwa hari sudah beranjak sore. Segera ku ambil tas tempat bekal tadi, kemudian aku segera melangkah untuk kembali ke rumah, karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan nanti ketika aku berangkat ke Air Terjun Keramat nanti malam.
" Pak..Wisnu pulang duluan ya pak" ucapku setengah berteriak ke arah bapak, kemudian bapak pun segera menoleh kearahku seraya menganggukan kepalanya tersebut, kemudian akupun segera pulang kembali kerumah.
Sekitar hampir satu jam berjalan, akhirnya aku pun sampai di rumah, kemudian langsung menuju ke arah dapur untuk meletakkan tas yang ku bawa tadi dari kebun.
" Ehh, mas Wisnu sudah pulang, bapak mana mas,? tanya Yuni secara tiba-tiba, sehingga akupun terkejut ketika melihat dia sudah ada tepat di belakangku.
" Issssh, bikin kaget mas aja lah," ucapku kepada yuni, seraya segera melanjutkan ucapanku.
" Ia, mas tadi pulang duluan, sementara bapak masih di kebun bersama pak lurah dan juga temannya," sahutku kembali kepada Yuni.
"Ohh, ya udah kalo gitu, Yun masuk kekamar lagi ya mas, mas mandi aja dulu siap itu makan, soalnya Yuni udah siapin di atas meja nasi serta lauknya" ucap Yuni memberi tau seraya kembali ke dalam kamarnya tersebut.
" Hmmm kesempatan, aku bisa mempersiapkan dulu bekal yang nanti aku bawak pergi ke air terjun tersebut," gumamku dalam hati, sembari kedua tanganku tengah sibuk mempersiapkan untuk bekalku nanti. Setelah di rasa cukup, aku bawa perlengkapan tadi kedalam kamar, kemudian ku simpan bekal tersebut di bawah tempat tidurku. Agar nanti pas aku pergi, tidak akan ada yang melihat.
" Ahh sudah selesai, tinggal mandi terus nunggu sehabis isya, setelah itu tinggal berangkat saja," ucapku dalam hati seraya segera ku langkahkan kaki menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku segera makan, kemudian kembali ke dalam kamar. Di dalam kamar ku rebahkan tubuhku sambil sesekali aku merenung.
" Mudah-mudahan saja, ini adalah jalan terbaik yang bisa aku ambil, agar aku tau siapa yang telah membunuh ibuku dengan sangat keji itu," gumamku dalam hati. Padahal, aku sendiripun belum tau, apa yang akan terjadi nanti sewaktu aku di sana".
" Ahhhh...!! masa bodoh lah, pokoknya apapun resiko yang bakalan aku hadapi nanti, aku tetap akan pergi ke Air Terjun Keramat tersebut," gumamku kembali berbicara dalam hati. Tak terasa langit pun sudah mulai terlihat gelap, itu tandanya sekarang sudah memasuki waktu maghrib. Sayup terdengar suara bapak yang memang sudah pulang dari kebun. Akupun segera bangkit kemudian segera keluar dari dalam kamar.
" Sudah pulang pak, gimana masalah tanah itu, apakah sudah selesai,? tanyaku pada bapak yang kala itu terlihat duduk di ruang tengah.
" Ohh kamu Nu," alhamdulillah tadi sudah deal untuk harganya, namun untuk pembayaran, mereka minta waktu dalam dalam satu minggu," jawab bapak menjelaskan.
"Syukurlah pak, akhirnya Yuni bisa kuliah ya pak,"
" Ia alhamdulillah Nu," jawab bapak singkat.
Setelah shalat isya, aku segera melancarkan aksi ku, dengan berpura-pura ke belakang untuk meminum obat, yang memang obat tersebut sengaja aku tanya kepada Yuni didepa bapak,
"Yun,, obat sakit kepala di belakang kan,? tanyaku berpura-pura menanyakan obat kepada Yuni.
"Ia mas, memangnya untuk siapa,? Tanyak Yuni memastikan.
" Untuk mas, soalnya tiba-tiba saja mas gak enak badan, terus kepala mas juga terasa sakit," jawabku kembali pada Yuni yang kala itu di dengar oleh bapak.
" Loh kamu sakit toh Nu,? tanyak bapak kepadaku kemudian segera meminum obat tersebut didepan mereka berdua agar tidak menaruh kecurigaan.
" Ia pak, mungkin masuk angin saja pak, lagian tadi kena panas di jalan, makanya kepala Wisnu sakit," timpalku pada bapak sambil pura-pura ku pijat keningku.
" Yo wes,, kamu minum obat, terus istirahatkan, mudah-mudahan besok sudah baikan" ucap bapak kembali seraya menyuruhku untuk istirahat.
"Hmmm baguslah mereka akhirnya percaya" gumamku dalam hati. Setelah minum obat, aku pun segera masuk ke dalam kamar dan segera ku kunci pintu kamarku. Segera ku ambil perbekalan tadi kemudian aku langsung menuju ke arah jendela, ku buka pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang nantinya terdengar oleh bapak dan juga Yuni.
" Maaf ya pak, Wisnu harus berbohong, namun ini semua Wisnu lakukan untuk ibu" ucapku dalam hati seraya menolehkan kepalaku ke belakang, kemudian aku keluar dari kamar dan segera ku tutup kembali jendela yang tadi aku buka. Kini akupun sudah berada di jalan setapak menuju bukit mayangan untuk segera menuju Air Terjun Keramat.
Bersambung>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments