Pagi pun menjelang, sinar mentari pagi yang hangat menerpa tubuhku melalui celah jendela di kamarku. Udara pagi yang sejuk dan juga segar menambah ke kagumanku pada suasana alam di kampungku tercinta ini, sambil sesekali masih menguap, terdengar pintu kamarku tiba-tiba ada yang mengetuk.
"Tok..tok.tok..!!
"Mas Wisnu, apa mas sudah bangun,? terdengar suara Yuni memanggilku dari balik pintu.
"Ia yun mas sudah bangun, sebentar ya," sahutku seraya bergegas bangkit dari ranjang, kemudian segera membukakan pintu untuk Yuni.
" Ada apa Yun memanggil mas? tanyaku kepada Yuni.
"Oh tadi kata bapak, hari ini jadi gak pak lurah itu datang untuk melihat tanah yang mau kita jual itu mas,? sahut Yuni menjelaskan.
"Hmmm, mas kira entah ada apa,"
"Kemarin kata pak lurah, mas akan di hubungi nya, lagian kan ini masih pagi, siapa tau orang yang mau di bawak pak lurah juga belum datang" ucapku pada Yuni seraya aku pun kembali menguap di hadapan Yuni.
"Is, jorok kali lah mas Wisnu ini, bau tau, udah cepat sana mandi dulu biar wangi, Yuni mau jumpai bapak dulu di depan, sekalian Yuni mau ke warung buk Siti,"
"Oh ia, mas mau nitip apa,? biar sekalian Yuni beli" ucap Yuni menawarkan.
"Mas nitip rokok saja Yun, kebetulan rokok mas sudah habis" ucapku seraya merogoh kantong celanaku, kemudian segera memberikan satu lembar uang kertas lima puluh ribuan kepada Yuni.
"Ini uang nya Yun, baliknya buat kamu saja ya, siapa tau mau beli sesuatu nanti" ucapku kembali kepada Yuni.
"Terimakasih abang kyiuuu yang paling bau, hehehehe," celoteh Yuni sambil tertawa, kemudian dia segera berlari ke depan untuk menjumpai bapak.
"Hmmmmm dasar si Yuni, ada saja tingkahnya itu," gumamku dalam hati seraya berjalan menuju kearah kamar mandi.
"Pak, kata mas Wisnu, nanti kalau pak lurah sudah berangkat ke kebun, pak lurah bakal hubungi mas Wisnu dulu katanya pak," ucap Yuni menyampaikan omongan Wisnu tadi pada bapak.
"Oh ya sudah kalau gitu nduk, tapi ngomong-ngomong, kamu kok kelihatannya lagi seneng banget, emangnya ada apa nduk,? tanya bapak pada Yuni keheranan.
"Hehehehhe, tadi kan Yuni bilang sama mas Wisnu mau ke warung buk Siti, terus Yuni tawarin sama mas Wisnu mau nitip apa enggak, rupanya mas Wisnu nitip rokok sama Yuni kemudian langsung ngasih uang 50 ribu. Kata mas Wisnu, kembaliannya nanti untuk Yuni pak, jadinya kan Yuni seneng dapat kembalian 27 ribu" hehehhehe" sahut Yuni memberi tahu bapaknya itu.
"Pantes to nduk, owalah bapak kira kenapa," bapak pun akhirnya ikut tertawa di buat oleh Yuni.
" Yowes, ini bapak tambahi lagi biar banyak uangmu nduk," ucap bapak sembari memberikan uang pecahan 10 ribuan sebanyak 3 lembar kepada Yuni.
"Asik jadi bertambah lagi deh uang Yuni, makasih ya pak, Yuni ke warung buk Siti dulu," sahut Yuni sembari segera berjalan menuju ke warung buk Siti.
Di tempat lain, orang yang kata pak lurah mau lihat tanah kami ternyata sudah datang ketempat pak lurah, mereka pun kemudian segera berangkat menuju ke kebun yang mau dijual bapak. Aku yang baru saja selesai mandi, tiba-tiba saja di kagetkan dengan suara dering ponsel miliku, kemudian segera ku raih ponselku yang tadi ku letak diatas meja dekat lemari Tv. Rupanya telpon tersebut dari pak lurah. Segera saja aku angkat telpon tersebut.
"Halo nak Wisnu, Ini bapak lagi di jalan menuju ke kebun, kira-kira bisa tidak nak Wisnu sama bapak untuk datang sekarang juga ke kebun,? ucap pak lurah memberi tahu tentang kedatangan mereka ke kebun.
"Oh ia pak lurah, tadinya bapak juga mau langsung ke kebun, namun saya bilang sama bapak, kalo jadi, nanti Wisnu akan dihubungi terlebih dahulu, makanya bapak tidak jadi ke kebun, bahkan sedari tadi pagi oun bapak sudah duduk di depan" sahutku kepada pak lurah.
"Ok kalo begitu, tolong sampaikan pada bapak, kalau saya sudah di jalan menuju kebun ya nak Wisnu," ucap pak lurah kepadaku.
"Siap pak" sahutku pada pak lurah seraya segera mengakhiri panggilan telpon tersebut.
"Pak, tadi pak lurah telepon wisnu, kata pak lurah, dia lagi di jalan menuju ke kebun pak," segera kuberi tahu bapak tentang panggilan telpon dari pak lurah tersebut.
"Oh ya sudah kalau begitu, bapak pergi sendiri saja dulu ya Nu, soalnya adikmu Yuni belum pulang dari warung, kalau nanti kamu mau menyusul bapak, sekalian bawakan juga bekal untuk bapak ya," sahut bapak kemudian segera mengambil sepeda motor tua miliknya dan langsung berangkat menuju ke kebun.
Sekitar hampir satu jam, akhirnya Yuni pun pulang, dia nampak terkejut, sebab ia tak lagi melihat keberadaan bapak nya itu di depan.
"Mas, bapak kok gak ada di depan,?
"didalam juga tidak ada,?
" memangnya pergi kemana bapak mas,? tanya Yuni kebingungan mencari keberadaan bapak.
"Ohhh, tadi bapak buru-buru ke kebun untuk menjumpai pak lurah sama temanya pak lurah yang mau melihat tanah kita itu Yun" ucapku menjelaskan kepada Yuni.
"Hmmmm,, ya sudah mas, kalo begitu Yuni ke dapur dulu ya, Yuni mau masak, sekalian siapin bekal untuk bapak nanti,"
"Oh ia,ini rokok pesanan mas tadi, hampir saja lupa" ucap Yuni seraya ia segera memberikan sebungkus rokok yang aku pesan tadi, kemudian langsung berjalan menuju ke arah dapur.
Ku hidupkan sebatang rokok, kemudian aku segera duduk di teras depan rumahku. Kupandangi keadaan di sekitarku yang nampak masih sangat asri. Sejauh mata memandang, hanya ada perbukitan dan juga perkebunan milik warga yang bisa aku lihat dengan jelas dari teras depan rumahku ini, karena kebetulan, posisi rumahku ini berada di atas kampung, sehingga pemandangan dari sini cukup sangat memanjakan mata.
Namun, ketika aku sedsng menatap ke arahbsebuah bukit, tiba-tiba saja aku teringat akan ucapan Ratu Anjani. Yang kala itu menyuruhku untuk mendatangi air terjun yang berada di bawah kaki bukit mayangan. Dan menurut orang- orang, bahwa Air terjun tersebut sangat di keramatkan dan juga angker, sehingga penduduk desa maupun warga sekitar tidak ada yang berani untuk mendekati air terjun keramat tersebut, namun seolah ada sebuah tarikan yang sangat kuat, sehinga bsysngsn Ratu Anjani pun kini muncul dalam ingatanku.
Segera ku hisap rokok ku yang sudah hampir habis, sembari masih ada sedikit keragusn di hati untuk mengikuti ucapan Ratu anjani tersebut. Akan tetapi, apabila mengingat ucapan Ratu Anjani kepadaku bahwa ia akan memberi tahukan tentang penyebab kematian ibuku, seakan terus memacu ku untuk tetap melaksanakan apa yang sudah di perintahkan oleh Ratu Anjani tersebut kepadaku. Kemudian, setelah aku berfikir cukup panjang, akhirnya aku pun memutuskan untuk tetap pergi ketempat yang Ratu Anjani katakan. Dan rencananya, nanti malam selepas isya aku akan pergi secara diam-diam, agar tidak di ketahui oleh bapak dan juga adikku.
"Ya, nanti malam aku akan berpura-pura untuk cepat tidur, setelah itu aku akan keluar melalui jendela kamar yang kebetulan langsung mengarah ke jalan, supaya nanti bapak dan juga Yuni, tidak akan menaruh curiga kepadaku," gumamku dalam hati seraya mempersiapkan rencana keberangkatanku nanti malam.
Akupun segera ke belakang untuk mengambil air minum dan juga bekal yang akan aku bawakan untuk bapak ke kebun seraya menanyakan kepada Yuni mengenai bekal untuk bapak.
"Yun bekal sama minum untuk bapak sudah siap apa belum Yun,? tanyaku pada Yuni yang masih terlihat sibuk mengolah sayuran dan juga bumbu masakan seraya Yuni oun segera menoleh kearahku.
"Oh ia mas, kalau untuk bapak sudah Yuni persiapkan mas, emangnya mas Wisnu gak makan dulu,? tanya Yuni menawarkanku untuk makan.
"Enggak Yun, mas belum laper, nanti kalau misalkan laper, mas kan bisa minta sedikit dari bekal bapak Yun" timpalku kepada Yuni.
"Ya sudah mana bekal sama minum bapak, biar mas antar sekarang ke kebun, kasian bapak nanti kalau mau minum, apalagi ini sudah siang hari" ucapku kembali kepada Yuni, seraya menyuruh Yuni untuk segera mengambilkan bekal.
Setelah semuanya siap, aku pun bergegas pergi menuju ke kebun untuk menyusul bapak.
"Mas pergi dulu ya" ucapku kepada Yuni.
"Eh, Ia mas, hati-hati di jalan ya mas Wisnu" sahut Yuni seraya mencium tanganku kemudian aku segera melangkahkan kaki untuk segera pergi.
Bersambung>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments