"Tadi saya di suruh sama bapak untuk menemui pak lurah, untuk menyampaikan sesuatu kepada bapak" ujarku memberi tahu pak lurah perihal tujuanku menemuinya.
"Oh ya sudah kalau begitu, mari kita ke rumah saja biar kita lebih enak untuk berbicara" sahut pak lurah seraya segera mengajaku untuk mengikuti beliau ke rumahnya tersebut.
Dengan segera aku melangkahkan kaki untuk mengikuti pak lurah dari belakang. Padahal fikiranku masih belum sepenuhnya tersadar setelah kejadian tadi saat aku menerima sebuah bisikan tanpa rupa yang aku sendiri pun tidak tahu dari mana datangnya suara tersebut.
Setelah beberapa waktu kami berjalan kaki dengan menyusuri setiap gang menuju rumah beliau, akhirnya kami pun telah sampai di depan rumah pak lurah. Terlihat rumah beliau yang memang terbilang cukup lumayan besar di kampung Pandan Sari ini.
"Ahh, sampai juga akhirnya" gumamku berkata dalam hati.
Pak lurah yang ketika itu melihat aku masih berdiri diluar, kemudian segera mempersilahkan aku untuk segera masuk ke rumahnya dan menyuruhku untuk segera duduk di ruang tengah. "
Tunggu sebentar ya nak Wisnu, bapak ke belakang dulu sebentar, duduk saja dulu ya," ucap pak lurah yang seketika itu meninggalkanku duduk sendiri di ruang tamu.
Sembari menunggu pak lurah datang, akupun kembali teringat tentang kejadian yang ku alami tadi. Karena aku masih tidak habis fikir, bagaimana mungkin ada sebuah suara namun tanpa wujud sama sekali. Bahkan suara itupun kini masih sangat tengiang jelas di telingaku. "
Apakah mungkin itu merupakan sebuah petunjuk agar aku pergi ke air terjun tersebut, ? gumamku dalam hati sembari bertanya-tanya mengenai maksud dan tujuan suara yang tadi aku dengar.
Tak berselang lama pak lurah pun sudah kembali dari belakang, kini dia tidak sendiri, namun di temani oleh buk lurah, yang terlihat kedua tangannya itu sambil membawa nampan berisi minuman dan juga cemilan .
"Maaf ya nak Wisnu, nunggu nya agak lama, tadi bapak ganti pakaian dulu di belakang, sembari menyuruh ibu untuk membuatkanmu minum," ucap pak lurah seraya ia segera duduk bersama dengan buk lurah.
"Silahkan di minum dulu nak Wisnu, sambil juga kuenya itu," ucap buk lurah kepadaku sembari menyuruhku untuk minum dan juga makan makanan yang tadi ia hidangkan tersebut.
Mendengar itu, aku pun yang memang sedari tadi kehausan, segera meraih gelas minuman tersebut kemudian langsung meminumnya hingga habis. Buk lurah dan pak lurah yang melihatku hanya terlihat tersenyum ke kepadaku.
"Oh ia, tadi nak Wisnu bilang katanya mau ada yang di bicarakan perihal tanah yang akan di jual, memangnya ada apa ya kalau boleh bapak tau,? tanya pak lurah kepadaku yang mengawali pembicaraan.
" Oh ia pak, tadi saya di suruh sama bapak, untuk menyampaikan perihal tanah yang akan bapak saya jual itu pak lurah. Kata bapak, tanah tersebut rencananya jadi di jual," jawabku pada pak lurah seraya menerangkan maksud dan tujuanku menemui pak lurah.
"Hmmm, gitu toh nak Wisnu, ya sudah nanti sepulangnya dari sini, nak Wisnu sampaikan pesan dari saya untuk bapak nak Wisnu, bilang sama beliau Insya allah besok bapak akan mengajak pembelinya langsung untuk melihat tanahnya itu nak Wisnu" pesan pak lurah kepadaku.
"Baik pak lurah, nanti saya akan sampaikan sama bapak kalau besok, pak lurah akan datang ke lokasi tanah yang akan di jual tersebut," sahutku kembali kepada pak lurah.
Setelah di rasa cukup, dan mengingat hari pun kini sudah beranjak sore, aku segera berpamitan pada pak lurah dan buk lurah.
"Ya sudah pak, saya pamit pulang dulu ya pak, soalnya sudah sore. Saya juga mau mencari Yuni di suruh sama bapak, soalnya tadi bapak berpesan, agar sepulangnya dari rumah pak lurah, saya harus mencari Yuni pak," ucapku seraya pamit kepada mereka berdua.
"Oh,,baiklah kalau begitu nak Wisnu, sampaikan salam saya untuk bapakmu ya, dan jangan lupa pesan bapak tadi," ucap pak lurah kepadaku
"Saya pulang ya pak, buk,"
"Assalamualaikum"
ucapku seraya pamit dan memberi salam kepada mereka berdua.
"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan ya," sahut mereka sembari bergegas membalikkan badan menuju kembali kedalam rumah.
Ku lihat jam di tanganku sudah menunjukan pukul 17: 20 Wib sore, akupun bergegas mendatangi rumah temannya Yuni, takutnya nanti keburu malam. Hingga, setelah agak berkeliling akhirnya aku berjumpa dengan Yuni, yang kebetulan saat itu ia terlihat sedang duduk-duduk di halaman rumah Irma temannya tersebut
Memang selama ini, keseringan Yuni lebih banyak bermain di rumahnya Irma. Yang setahu aku, Yuni dan Irma memang sejak sekolah Dasar hingga sekarang, mereka masih tetap berteman.
"Yuni,..!!!
"Yuni..!!!
Aku pun segera memanggil Yuni, yang seketika itu Yuni segera menoleh ke arahku.
" Eh mas Wisnu tumben, ada apa kemari mas,? kok gsk biasanya sih, mas nyariin Yuni,? tanya Yuni sambil wajahnya kini terlihat sangat keheranan.
"Tadi mas di suruh sama bapak untuk mencarimu Yun, bapak bilang, sedari tadi kamu belum pulang-pulang, jadinya bapak sangat khawatir. makanya mas buru-buru datang kemari untuk menjemputmu pulang. Yuk kita pulang Yun ,biar cepat kita sampai dirumah" ucapku seraya menyuruh Yuni segera ikut bersamaku pulang pulang kerumah.
Yuni pun manggut dan segera pamit kepada kawannya tersebut.
"Ir, aku pulang dulu ya, besok insya allah aku balik lagi kemari," sahut Yuni seraya berjalan meninggalkan Irma dan segera menuju ke arahku.
"Mas sama Yuni pulang dulu ya Ir," ucapku pada Irma yang masih terlihat berdiri di depan rumahnya tersebut sembari melihat kearah kami berdua.
"Oh ia mas Wisnu, hati-hati di jalan ya," sahutnya kembali seraya tersenyum ke arah kami.
" Mas, kok tiba-tiba bapak nyuruh cari Yuni, memangnya ada apa ya mas,?
" Yuni kok jadi penasaran,?
ucap Yuni yang sambil berjalan kemudian bertanya kepadaku.
"Mas juga gak tau Yun, mungkin saja ada yang mau bapak sampaikan, atau memang bapak khawatir saja sama kamu yang akan segera kuliah," ucapku kepada Yuni sembari kucubit kedua pipinya yang menggemaskan itu.
Ya, memang aku adalah anak yang paling besar, dan juga adikku itu ya cuma Yuni lah seorang, jadi wajar saja setelah kepergian ibu yang secara mendadak itu membuat bapak sering kali mengkhawatirkan Yuni, sehingga bapak yang tadinya enggan untuk menjual tanahnya pun, kini beliau dengan ikhlas mau untuk menjualnya. Dan itu beliau lakukan agar Yuni bisa menempuh pendidikan yang lebih baik.
Bapak lakukan itu semua, agar bapak tidak terlalu khawatir apabila nanti Yuni sudah mulai kuliah. Karena rencananya, Yuni akan di masukkan ke fakultas kebidanan seperti yang selama ini sangat Yuni inginkan. Itulah sebabnya, bapak mau menjual tanahnya tersebut untuk biaya keperluan Yuni, selama menempuh pendidikan.
"Entah apa mas Wisnu ini lah sakit tau mas, memangnya mas kira Yuni ini masih anak-anak apa,?
"Huchhh dasar," sahut Yuni sambil memajukan bibirnya dan terlihat tangannya seketika mengelus pipinya yang tadi aku cubit.
"Yun,Yun, kamu ini tetaplah adik mas yang paling lucu, siapa lagi coba yang bisa mas ganggu, kalau bukan kamu Yun" ucapku sembari segera ku belai rambutnya itu dengan lembut .
"Hmmm, ia, ia makasih ya mas, sudah menjadi kakak yang baik untuk Yuni, tapi jangan pakek cubit-cubit juga kali, kan pipi Yuni jadi merah,"
"Herrgggghh" kembali Yuni mendongakkan kepala nya sambil bibirnya tambah semakin panjang, sehingga membuatku terkekeh melihat tingkah dia barusan.
"Hehehehhehe, mas minta maaf ya, wkwkkwkw," akupun segera meminta maaf kepadanya, namun sembari tetap saja aku meledeknya.
Dan tak terasa kami pun akhirnya sudah sampai di depan rumah, terlihat bapak yang sedang duduk di teras seketika langsung berdiri, kemudian matanya terlihat memandang ke arah kami berdua. Karena mengetahui bahwa kedua anak nya kini sudah kembali pulang, bapak pun segera menghampiri kami berdua kemudian langsung bertanya kepada kami.
"Darimana saja kamu nduk, kok jam segini baru pulang,? Bapak khawatiro nduk," tanya bapak kepada Yuni.
" Tadi, Yuni dari rumah Irma pak, Yuni sebenarnya tadi sudah mau pulang, kebetulan saat itu mas Wisnu juga datang ke rumah Irma untuk menjemput Yuni, makanya Yuni bisa pulang bareng sama mas Wisnu pak," jawab Yuni kepada bapak seraya meatanya melirik ke arahku.
"Ya sudah, ayok kita masuk dulu, siap itu kalian langsung ganti baju dan segera makan, selesai makan, kalian nanti langsung pergi sholat maghrib ya," sahut bapak yang menyuruh kami untuk segera masuk kedalam rumah.
Bersambung next part 3>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments