Setelah lepas dari Soffie aku semakin tenggelam dalam hingar bingar dunia malam , karena untuk saat ini disanalah aku dapat kesenangan meski pun aku tahu itu semu.
Tidak jarang aku menghabiskan malam , dan hanya tidur dalam hitungan beberapa jam saja dan paginya aku harus menjalankan tugas ku sebagai CEO.
Hidup ku jadi semakin hilang arah entah berapa banyak perempuan yang aku nikmati, setiap jengkal tubuhnya bagiku mereka hanyalah objek yang bisa ku mainkan tanpa melibatkan perasaan .
Drrt drrrt drrrt .. ponsel ku bergetar aku sengaja mengaktifkan mode getar saat berada di kantor
" Sayang aku hamil!." Ujar Revy salah gadis cantik sekretaris salah satu perusahaan yang pernah menjadi partner perusahaan ku yang belakangan ini aku kencani.
" Haaah,?! apa kamu bercanda?" Ujar ku dengan nada kesal.
"Arya kamu harus tanggung jawab aku hanya tidur dengan kamu!." Ujarnya
" Who's know,? kita tidak 24 jam bersama bagaimana aku bisa yakin kalau itu darah daging ku?." Sahut ku
" Brengsek kamu Arya,! semoga kelak keturunan mu dapat karma dari perbuatan mu."
" Come on baby jangan mengutuk, takut nya malah terkena pada diri mu sendiri." Ujar ku tengil.
"Bukan kah dari awal sudah sepakat bahwa kita hanya Fwb?." Tegas ku.
Revy tidak menanggapi ucapan ku alih alih dia malah memutuskan sambungan telfonnya.
Tok tok tok!
" Masuk." Sahut ku karena terdengar ketukan dari arah pintu Risa sekretaris ku memasuki ruangan ku.
" Pak, pak Hendrawan meminta bapak untuk keruangan beliau." Ujar Risa menyampaikan pesan Hendrawan
" Baik terimakasih Risa".
Aku menuju ruangan Hendrawan dengan langkah ogah ogahan ,malas sekali aku menemuinya karena dia akan selalu mencari celah untuk untuk mengkritik ku.
Aku mengetuk pintu ruangan kerja Hendrawan
" Masuk." Aku segera memasuki ruangan hendrawan yang di desain mewah juga elegant dia mempersilahkan aku duduk .
" Arya, bagaimana menurut mu jika kita mengajukan proposal terkait proyek tengah gencar di gembar gemborkan?." Ujar Hendrawan.
" Menurut saya ini terlalu riskan mengingat proyek itu belum jelas prospeknya , karena yang saya dengar banyak calon Investor besar mengundurkan diri."
" Terlihat sangat prestisius tapi once again ini sangat riskan sebaiknya sikap kita wait and see." lanjut ku lagi Hendrawan terlihat sangat puas dengan jawaban ku dia mengangguk anggukan kepala.
"Baiklah Arya, saya rasa sudah cukup jelas tentang proyek itu" Ujar Hendrawan aku keluar menuju ruangan kerja ku kembali.
Ucapan Revy tadi siang kembali terngiang di telinga ku ada sedikit rasa bersalah pada wanita itu tapi.?
Jika dia begitu mudah menyerahkan tubuh nya pada ku apa jaminan ku jika anak yang di kandung nya adalah murni darah daging ku .?
Setahu ku Revy memang bukan wanita baik baik dia sering keluar masuk club di luar jam kantor aku mengenal pun saat kami tidak sengaja bertemu di club yang biasa aku dan Anton sambangi.
Berbeda jauh dengan Anindya yang terlihat sangat berkelas, aku bahkan nyaris tidak mengetahui kehidupan pribadinya selain tahu bahwa dia adalah seorang wanita karir dan pelaku pasar modal.
Anindya.... Akhhh sudah lama sekali aku tidak berhubungan dan tahu kabar tentang nya aku menyambar ponsel ku dan menekan nomor nya tidak lama dia menerima pangilan telfon ku.
" Hallo,Anindya apakabar. ?" Sapa ku mengawali percakapan.
" Baik mas, mas apakabar. " Sahut nya lembut
" Errrhm!. "dehem ku mendengar Anindya masih terkesan kaku.
" Kenapa mas Arya batuk?." Sahutnya lagi masih dengan suara lembutnya yang membuat siapa pun yang mendengar nya merasa nyaman.
" Please Anindya jangan jangan terlalu formal." Sahutku setengah memaksa.
" Jadi saya mesti gimana mau dengan sebutan loe gw.?" Ujarnya sambil tertawa kecil.
" Hahahahaha, nakal ya." Sahut ku sambil. terbahak bahak mendengar jawabannya ternyata dia juga punya sense of humor yang lumayan baik.
Lama kelamaan hati Anindya luluh karena aku begitu gencar mendekatinya, seperti siang ini kami membuat janji untuk di sebuah resto saat saat jam makan siang.
Aku memasuki resto dengan terburu buru hingga tanpa sadar aku menabrak seseorang yang hendak keluar dari resto.
Brrrrrruuuk.!!
" Hey jalan pakai mata ." Pekik wanita yang tergolek di lantai sambil memegangi pergelangan kakinya.
Wajah nya tidak begitu jelas terlihat karna wanita itu menyamping dan menunduk menatap kearah kakinya sehingga rambutnya menutupi wajah tapi dari suaranya aku merasa sangat familiar.
Aku melepaskan rayban ku dan mengamati secara seksama wanita yang bersimpuh di lantai resto itu.
"Soffie?," Ucap ku setengah tidak percaya bahwa wanita yang bertabrakan dengan ku adalah mantan istriku sendiri.
Soffie mengangkat wajahnya dan menatap kearah ku tidak kalah kagetnya
"Mas Arya?." Ujarnya gugup dia mencoba bangkit berdiri tapi kembali terjatuh.
"Awwwwwww ." Ujarnya meringis kesakitan memegangi kakinya aku membantunya berdiri dan memapah nya untuk duduk di sofa di lobby resto.
" Are you okay." Ujar ku panik sekaligus merasa bersalah melihat keadaanya.
" I'm ok not that worst I think. "Ujarnya sambil mengurut pergelangan kakinya.
" Hope so."
" Apakabar alex mas?."
" Baik, tambah pinter sekarang." Ujarku.
Tiba tiba dari arah resto muncul laki laki parlente yang tergopoh gopoh menuju kearah kami,
"Sayaaaang kenapa,? Tanya nya penuh perhatian.
"Accident kecil sayang," Ucap Soffie sambil tersenyum ke arah laki laki itu yang memandangi nya dengan cemas.
Laki laki itu segera melingkarkan tangannnya kepinggang soffie memapahnya nya keluar dari resto aku bergegas menuju kedalam resto yang tampak tidak begitu ramai.
Aku menoleh kearah pintu Soffie dan teman prianya sudah tidak terlihat, 6 bulan berlalu terdapat banyak perubahan besar pada Soffie dia terlihat lebih cantik dan modis.
Aku segera duduk di table yang sudah ku reservasi sebelumnya sementara Anindya belum nampak batang hidungnya.
Lima belas menit menunggu akhirnya Anindya datang dia nampak cantik dengan blazer hijau botol dan dress putihnya sangat chic.
" Hai sudah lama menunggu Mas?."
" Belum ,tapi untuk wanita seperti kamu saya rasa tidak masalah menunggu lama ." Ujar ku sedikit menggombal.
Anindya tersipu malu mendengar ucapan ku.
" Gombal ." ujarnya sambil terseyum
Kami menikmati santap siang itu sambil bercerita banyak hal di selingi canda ringan.
" Mas saya duluan ya?." Ujar anindya berpamitan seraya melirik arlojinya.
" Mau saya antar?." ujar ku menawarkan diri.
" Tidak usah tinggal nyebrang saja kok." Ujarnya menolak tawaran ku.
Aku kembali kekantor setelah makan siang pertemuan ku dengan Soffie menyisakan tanda tanya tentang siapa laki laki yang bersamanya tadi. ?
Apakah dia telah kembali menikah secepat itukah dia mencari pengganti ku,? aku mengusap wajah berkali kali.
" Damn stupid what the hell, apa peduli ku sekalipun dia sudah sudah mendapat kan pengganti ku?."
" Bukan kah Aku yang bersikeras menceraikannya kenapa sekarang aku menyibukan diri mengurus tentang kehidupannya?," ujar ku pada diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments