Diantara Dua Hati

Diantara Dua Hati

Bab 1

" Saya tidak mau bercerai titik !saya mau banding!" pekik Soffie saat aku bertanya kenapa baik dia atau pun kuasa hukumnya, tidak menghadiri mediasi dua kali berturut turut.

" Silahkan lakukan apa yang kamu mau, keputusan ku sudah bulat, aku akan tetap menceraikan kamu dengan atau pun tanpa persetujuan kamu!" sahut ku tidak mau kalah

" Tega kamu Mas ,demi perempuan busuk kamu menyingkirkan aku yang sudah mendampingi kamu selama ini?"

" Jaga ucapan kamu! siapa yang lebih busuk Anindya atau kamu hmm?"

" Jangan pernah libat kan Anindya dalam masalah rumah tangga kita, dia hadir setelah rumah tangga kita hancur cam kan itu!"

" Mas pernah jangan bermimpi, bisa membawa perempuan itu kerumah ini! langkahi dulu mayat saya!"

"Lakukan apa yang mau kamu lakukan Soffie, tidak akan merubah keputusan ku!"

"Brengsek kamu memang mas! " maki Soffie

" Lebih brengsek perempuan yang tidur dengan laki laki selain suaminya"

Ujar ku seraya menyambar kunci mobil dan bergegas keluar rumah untuk menemui Anindya.

"Kamu akan lihat mas apa yang bisa Saya lakukan"

Aku yang sudah melangkah keluar pintu membalik kan badan dan menoleh kearahnya

" Kamu fikir aku perduli" ujar ku sambil tersenyum sinis.

PRAAAAAANK!

Terdengar suara barang pecah belah di hempaskan kelantai ruang tamu.

Jujur aku sudah muak terus menerus tinggal satu atap dengan perempuan pengkhianat sepertinya, aku masih bertahan tinggal satu atap dengan nya meski terpisah kamar adalah demi anak semata wayang kami Alex.

Aku sangat mencintai Soffie pernikahan ku dengan nya sudah memasuki usia 5 tahun hingga pada suatu hari aku di kejutkan oleh kenyataan yang membuat aku murka sekaligus jijik pada perempuan cantik yang aku kenal sejak di bangku kuliah itu.

Entah setan apa yang merasuk di dalam hati dan fikiran Soffie hingga dia tega berbuat nista, dia tidur dengan mantan pacar nya padahal statusnya adalah sudah menjadi istri dan seorang ibu.

Siang ini anindya tampak cantik dengan kemeja hijau botol nya dan bawahan putih wanita itu tampak anggun di topang denagan wajahnya yang ayu dan nada bicaranya yang lemah lembut .

Tutur katanya selalu mampu menenangkan hati ku yang tengah berkecamuk karena?? permasalahan yang tengah aku hadapi dalam rumah tangga ku.

Hari ini kami janjian untuk bertemu saat jam makan siang disebuah sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor kami berdua

Dari kejauhan dia menyambut ku dengan lambaian tangannya

" Mas" sapanya sambil menyunggingkan senyum manis nya

" Hai sayang , sudah lama menunggu?" tanya ku

" Belum mas baru sekitar 15 menit yang lalu" ujar nya senyum tidak pernah lepas dari wajah ayunya.

Dia melambaikan tangan pada waiters begitu waiters menghampiri meja kami dengan suara lembutnya dia meminta agar membawakan buku menu ke meja kami.

" Dek, tolong bawakan buku menunya ya" pintanya pada waiters yang masih muda itu

" Baik tunggu sebentar saya ambilkan, ya bu" sahut waiters muda itu dengan sopan

"Terimakasih "

Aku mengamati nya merasa kagum dengan attitudenya

Semakin yakin aku tidak salah pilih untuk menjadikan dia menjadi ibu pengganti bagi alex yang masih dia bawah umur.

Aku tidak mau jika soffie turut membawa Alex bersamanya saat putusan cerai sudah final nanti, meski begitu aku tidak akan melarang Soffie untuk bertemu dengan anaknya.

Walau seburuk apapapun Soffie tetaplah ibu kandung yang melahirkan nya .

"Kusut sekali mas kenapa ? bertengkar lagi dengan mbak soffie?" tanya nya hati hati tanpa nada menghakimi.

" Perempuan itu tidak mau bercerai!" degus ku kesal

di sentuh nya dengan lembut tangan ku

" Mas jangan terburu buru , coba fikirkan lagi apa keputusan mas itu sudah tepat, kasian anak kalian masih di bawah umur "

" Aku tidak bisa bersama dengan pengkhianat"

Kali ini Anindya tidak menyahut, dia diam entah apa yang ada dalam benaknya.

Hembusan angin yang lembut itu menerpa wajahnya dan membuat rambut nya tersibak yang justru membuat kecantikan wajahnya semakin menawan.

Karena memang kami memilih di bagian outdoor

Setelah lama terdiam akhirnya Anindya membuka suaranya.

" Saya tidak bisa berkomentar apa pun, saya tidak mau terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga mas dan mbak Soffie saya tidak ada kapasitas untuk itu" ujar nya bijak

" Makasih sayang ,seandainya Mas lebih dulu bertemu dengan kamu mungkin kamu yang bersanding dengan Mas saat ini"

Anindya hanya menyunggingkan senyum mendengar ucapan ku

Aku yakin anindya di didik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya itu tercermin dari sikap anindya,

Meskipun dia tahu bahwa aku jatuh hati padanya tapi dia terkesan menjaga jarak dan tahu memposisi kan dirinya mengetahui aku masih berstatus sebagai suami orang.

Singkatnya dia tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan bahkan justru terkesan ingin agar aku memperbaiki hubungan ku dengan Soffie .

Anindya melirik arlojinya, seperti nya jam makan siang nya sudah akan berakhir.

" Mas saya pergi dulu ya tinggal 10 menit lagi nich tidak apa apa kan?" ujar nya dengan tatapan matanya seakan merasa tidak enak karena harus meninggalkan ku sendirian.

Ku seruput kopi yang tinggal setengah itu dengan sekali tegukan .

"Kita bareng aja biar aku antar sampai ke depan lobi kantor mu" ujar ku menawarkan diri

" tidak usah Mas saya jalan kaki saja tinggal nyebrang kok" tolak nya halus

" Kenapa ,kamu malu ya hmm?" ujar ku menggodanya

" Bukan Malu mas tapi tidak enak nanti di lihat rekan kerja" sahutnya memberi alasan

" Ya sudah hati hati ya sayang"

Dia tersenyum dan segera berlalu dari hadapan ku, aku memandanginya hingga dia menyebrang menuju kantornya yang bersebrangan dengan kantor ku.

Aku mengenal anindya saat aku masih bekerja di pemerintahan kebetulan department ku sedang mengadakan tender dan perusahaan tempat Anindya bekerja diundang sebagai vendor untuk mengikuti tender yang di adakan oleh department ku.

Sebagai tim penguji aku sangat terpesona cara anindya membawakan presentasi proposal saat itu hingga perusahaanya terpilih sebagai pemenang tender dari department ku.

Tidak pernah ku sangka kan begini akhirnya, kisah pernikahan ku harus hancur karena sebuah pegkhianatan yang di lakukan oleh istri yang sangat aku cintai.

Harga diriku seakan akan di injak oleh Soffie yang dengan beraninya membawa lelaki lain hadir dalam mahligai rumah tangga kami.

"Mas maaf kan saya, bisa kita bicara baik baik?" ujar Soffie suatu malam saat aku tengah duduk di ruang tamu.

Aku acuh tak acuh menanggapi ucapannya

" Mas.. demi anak kita"

" Aku tidak menyangka orang seperti kamu selain tidak punya malu juga tidak punya otak!" jawaban ku sinis

" Kenapa ? begitu benci kah

kamu sama saya?"

" Tuhan karuniai kamu dengan akal dan fikiran seharusnya tanpa bertanya pun kamu sudah tahu jawabannya nya!" jawab ku diplomatis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!