Hancur

Saya tidak mau bercerai titik !saya mau banding," pekik Soffie ,saat aku bertanya mengapa baik dia maupun kuasa hukumnya tidak menghadiri mediasi dua kali berturut turut.

" Silahkan lakukan apapun yang kamu mau, keputusan ku sudah bulat dengan atau pun tanpa persetujuan kamu aku akan tetap menceraikan kamu. " Sahut ku tidak mau kalah.

" Tega kamu mas demi perempuan busuk itu, kamu mau menyingkirkan aku yang sudah mendampingi kamu dari Nol?."

" Jaga ucapan kamu siapa yang lebih busuk Anindya atau kamu?."

" Jangan libatkan siapa pun dalam masalah ini terutama Anindya, dia hadir setelah rumah tangga kita hancur cam kan hal itu baik baik!."

" Mas jangan bermimpi bisa membawa perempuan kerumah ini mas langkahi dulu mayat saya."

" Lakukan apa yang kamu mau lakukan Soffie tidak akan merubah keputusan ku."

" Brengsek kamu mas!."

" Brengsek,? Apakah perempuan yang tidur dengan laki laki selain suaminya itu perempuan baik baik?." Ujar ku seraya menyambar kunci mobil dan bergegas melangkah keluar rumah.

" Kamu akan lihat apa yang bisa saya lakukan!."

Aku menghentikan langkah ku dan membalikan badan menoleh kearahnya.

" Aku tidak perduli apa pun yang akan kamu lakukan." Sahut ku dengan senyum sinis.

Mendengar jawaban ku Soffie semakin berang, terdengar suara barang di hempaskan kelantai di ruang tamu.

Praaaank!!

Jujur aku sudah muak terus menerus tinggal satu atap dengan perempuan penghianat itu ,alasan ku masih bertahan karena demi anak semata wayang ku Alex yang masih berada di bawah umur.

Aku meminta pada Lawyers ku agar mengusahakan hak asuh Anak jatuh ketangan ku, meski begitu aku tidak akan melarang Soffie untuk menjenguk kapan pun dia mau bertemu, walau bagaimana pun Soffie adalah ibu kandung nya.

Sejujurnya aku sangat mencintai istri ku Soffie. perempuan yang telah memberi ku buah hati yang lucu ,namun sayang namun aku harus menerima kenyataan pahit saat aku tahu dia telah mengkhianati ku dengan mantan kekasihnya.

Entah setan apa yang merasuki hati ,dan fikirannya saat itu hingga tega menodai pernikahaan kami dengan perbuatan nista.

Siang ini Anindya tampak chic dengan stelan kemeja hijau botol dan bawahan putih, tampak anggun di topang dengan wajahnya yang ayu dan tutur katanya yang lemah lembut.

Dia selalu mampu menenangkan hati ku yang tengah bergejolak, yang di sebabkan oleh permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga ku.

Dari kejauhan dia melambaikan tangan kearah ku yang tengah menuju kearahnya.

" Hai sayang sudah lama menunggu?." Tanya ku

" Belum kok mas baru 15 menit yang lalu." sahutnya sambil menyungingkan senyum yang dihiasi dengan lesung pipit di kedua pipinya.

Dia melambaikan tangan pada waiters ,begitu waiters menghampiri meja kami dengan suara lembutnya dia meminta waitress untuk membawakan buku menu.

" Dek tolong bawakan buku menunya ya?." Ujarnya pada waitress yang masih muda tersebut.

" Sebentar ya bu saya ambilkan."

" Baik terimakasih." Sahutnya senyum yang tulus ia sunggingkan kearah waitress itu.

Aku diam diam mengamati segala gerak gerik Anindya, dan hati ku semakin yakin bahwa dia adalah perempuan yang tepat untuk di jadikan ibu sambung bagi putra semata wayang ku.

" Kusut Amat mas, bertengkar lagi dengan mbak Soffie?. " Tanyanya hati hati tanpa nada menghakimi.

Aku mengangguk sambil menyunggingkan senyum getir.

" perempuan itu tidak mau bercerai.! " Dengusku kesal.

Anindya menyunggingkan senyum dia meraih tangan ku dan mengegamnya dengan lembut.

" Mas coba fikir kan matang matang apakah keputusan ini sudah tepat,? Jangan turuti ego nanti akan berujung dengan penyesalan."

"Lihat anak sekecil itu akan menjadi korban dari ego orang tuanya." Ujar nya lembut.

" Sekarang mas tanya sama kamu Anindya, seandainya kamu yang di khianati apakah kamu masih mau bertahan dengan orang yang mengkhianati kamu hmm?."

Kali ini Anindya tidak merespon dia hanya terdiam, sambil mengaduk aduk smoothie yang ada dihadapannya entah apa yang ada di benaknya.

" Kenapa terdiam.?

" Mas saya tidak bisa menjawab karena saya tidak mengalami sendiri ,tentu sulit untuk memahami sesuatu hal yang tidak kita alami sendiri bukan?." ujarnya bijak.

"Tidak bijak jika saya terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga mas dan mbak Soffie bukan kapasitas saya."

Aku menganguk mendengar penuturannya , semakin besar rasa kagum ku atas kepribadiannya.

Aku yakin Anindya di didik dengan sangat baik oleh orang tuanya .tercermin dari sikapnya

meskipun dia tahu posisi ku Sebagai CEO dan rumah tangga ku sedang diambang perceraian.

Bukannya tidak tahu jika aku jatuh hati padanya tapi dia tetap tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan ,dia tetap menjaga jarak karena walau bagaimanan pun status ku masih sebagai suami orang.

Anindya melirik arlojinya sepertinya nya jam makan siang akan segera berakhir.

" Mas saya duluan ya tinggal 10 menit nich tidak apa apa kan saya tingga.?" Tanyanya dengan tatapan mata yang seakan merasa tidak enak karena harus meninggalkan ku .

Aku segera menyeruput kopi kopi yang tinggal setengah dengan sekali tegukan.

" Kita bareng saja biar mas antar sampai depan loby kantor mu."

" Tidak usah mas tinggal jalan kaki nyebrang aja kok." Tolaknya dengan halus.

" Kenapa malu ya hmm?." Ujar ku menggodanya

" Bukan malu mas hanya tidak enak di lihat rekan kerja yang lain." Ujarnya memberi alasan.

" Ya sudah kamu hati hati ya ," Sahut ku.

Anindya tersenyum seraya beranjak dari kursinya dan berlalu meninggalkan cafe.

Aku mengenal Anindya saat masih bekerja di instansi pemerintahan kebetulan departeman ku sedang mengadakan tender, dan perusahaan tempat anaindya bekerja di undang sebagai salah satu vendor untuk mengikuti tender.

Sebagai tim penguji akau sangat terpesona dengan cara Anindya menyampaikan presentasi prosposal pada saat itu, sehingga perushaannya terpilih sebagai pemenang tender dari departemen ku.

Tidak pernah ku sangka jika pernikahan ku akan berakhir begini mahligai rumah tangga yang di bangun atas dasar cinta, hancur oleh pengkhianatan yang di lakukan oleh istri yang sangat aku cintai.

Sebagai kepala rumah tangga aku merasa harga diri ku terinjak injak, oleh perbuatannya sehingga aku menempuh perceraian sebagai jalan terakhir.

" Mas apakah kamu benar benar tidak bisa memaafkan saya?," Ujar Soffie saat aku tengah duduk di ruang tamu

" Belum terlambat mas untuk memperbaiki semuanya demi anak kita."

Aku yang semula acuh tak acuh dengan ocehannya sontak membalikan badan menghadap kearahnya.

" Jangan jadikan anak sebagai alasan,! Kenapa kamu dulu tidak berfikir bahwa kamu sudah punya anak dan suami saat berselingkuh?."

" Aku tidak menyangka orang sperti kamu selain tidak punya malu juga tidak punya otak.!" Jawabku sinis.

"Mas sedemikian besar kah kebencian mas terhadap saya?."

" Tuhan karunia kamu dengan akal dan fikiran, seharusnya tanpa bertanya kamu sudah tahu jawabannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!