Hari berganti lagi.
Kemarin Widya tidak sempat untuk berbicara tentang keadilan putrinya Ainun kepada Raga.
Kemarin Raga tidak bisa di ganggu karena sibuk meeting online dengan para karyawannya di kantor.
Kebetulan hari ini adalah hari weekend,jadi mereka tidak terlalu sibuk dan tetap santai di rumah.
Tapi tidak dengan lelaki itu yang selalu sibuk dan mondar-mandir.
Bahkan pagi ini sebelum Widya bisa mengajaknya bicara ia terlihat sudah pergi meninggalkan rumah membawa mobilnya.
Kegiatan Widya seperti biasa membangunkan mereka, mengajaknya bermain sebentar dan terus memandikan mereka agar wangi dan bugar.
Setiap hari weekend setelah mereka sarapan, Widya pasti selalu membimbing mereka untuk belajar terlebih dahulu.
Seperti menggambar dan mewarnai.
Setelah hari mulai menjelang siang mereka kembali bermain sejenak untuk menghibur diri.
"Mba Yaya tutup mata! Aku mau ngumpet nanti mba Yaya cari aku yah"
"Oh oke baiklah..,tapi hati-hati ya sayang ngumpetnya,aku hitung dari 1- 10"
Begitulah permainan seorang anak dan ibu pada umumnya, yang penting mereka terhibur, menambah wawasan dan mereka merasa senang.
Tiba-tiba di saat mereka sibuk bermain ada kedatangan ayahnya bersama wanita cantik yang ia bawa ke ruangan bermain.
"Itu anak-anak ku, mereka sangat menggemaskan kan."
Raga terlihat memperkenalkan mereka pada wanita itu.
Sementara anak-anak yang melihat kehadiran orang asing itu langsung mendekati Widya dan bahkan ngumpet di belakang punggungnya.
"Alfan,Alfia sini! Ayo kenalan sama Tante sayang...!" Panggilan lembut Raga.
Keduanya juga tampak bergandengan tangan tanpa melepasnya di depan mata Widya.
Siapa lagi wanita itu?, pacarannya?.
Dasar lelaki buaya!.
Melihat anak-anak yang malah bersembunyi membuat Widya tidak enak dengan wanita itu.
Ia justru tidak cemburu sama sekali sebagai istri, melainkan berharap ada orang lain yang akan menggantikan posisinya segera.
"Hey sayang gak boleh gitu,ada Tante baik datang, ayo sapa tantenya.."Bujuk Widya kepada kedua anak tirinya itu.
Raga dan Widya benar-benar seperti orang asing yang tidak memiliki ikatan apapun.
"Hay Dede.., cantik dan ganteng sekali ya kalian berdua. "
Pujian dari wanita itu kepada kedua anak Raga.
Sementara kedua anak Raga juga mendekat dan berkenalan dengannya.
"Kenalin ini Tante Mona. Iiih.. gemesin banget si kalian."
Widya sekarang sibuk membereskan mainan,ia tidak memperdulikan kehadiran mereka yang asik berkenalan.
"Tante Mona cantik deh.."
"Oh makasih sayang..."
"Tapi lebih cantik Mba Yaya... hehe"
Widya yang mendengar itupun langsung terbelalak tak percaya. Ia sungguh tidak tahu dari mana anak-anak bisa berbicara seperti itu.
"What!?. Ohh... baiklah sayang"
Mona yang awalnya terlihat girang langsung tersenyum kecil mendengarnya.
Raga yang mendengar itu langsung menatap wajah Widya dengan masam.
"Widya,aku ingin berbicara denganmu!"
"Iya Pak"
Keduanya pergi meninggalkan ruangan itu sejenak untuk berbicara.
" Kau apakan anakku? Kau tidak bisa mengajarinya dengan benar, bagaimana ia bisa berbicara seperti itu kepada Mona tadi?."
"Sungguh saya tidak tahu akan hal ini Pak. Saya juga kaget mendengarnya. "
"Kamu jangan macem-macem ya!, jangan ajari anak-anakku yang tidak-tidak, apalagi berbicara tidak sopan seperti tadi."
"Pak,bapak kenapa si benci banget sama saya?Jika bapak tidak suka saya yang momong mereka kenapa bapak harus menikahi saya? Saya sudah berusaha dengan baik untuk merawat dan membimbing mereka, apakah tidak ada harganya semua ini?!"
"Bisakah kau pelan kan suaramu!"
"Papa, jangan marahi Mba Yaya"
Alfia tampak menghampiri keduanya dan langsung memeluk kaki Widya.
"Tidak sayang, Papa hanya berbicara saja sama Mba Yaya,Papa tidak marah-marah kok"
"Tapi muka Papa?.."
Raga langsung beruban ekspresi dan tersenyum semanis mungkin di depan anak-anaknya yang bawel itu. Padahal hatinya sedang merasa kesal sekali.
Keduanya tidak melanjutkan bicara lagi karena kehadiran Alfia. Mereka hanya saling pandang sejenak lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Padahal baru beberapa hari, tapi anak-anakku sudah lengket sekali dengannya!.
"Sayang main bareng sama Tante yuk.."Ajak Mona kepada Alfan yang sedang sibuk memegang bola.
Cihh,aku malas sekali bermain dengan anak kecil. Jika bukan karena ingin merebut hati bapaknya aku juga tidak mau kali momong dua anak sekaligus.
Sebenarnya Mona tidak suka dengan anak kecil. Ia tidak ingin direpotkan dengan kebandelan mereka.
Ia lebih suka bersantai,bebas tanpa adanya pengganggu dan lebih suka shoping itu nomor satu.
---------------
Waktunya makan siang.
Widya sedang sibuk menyiapkan makanan untuk kedua anak kembarnya yang sudah menunggu itu.
Ibu mertuanya juga sudah hadir dengan muka datarnya. Di susul dengan Raga yang lapar mau makan siang juga.
"Papa mau makan juga yah?.."
"Iya Papa mau makan juga sayang"
Biasanya setiap weekend pasti mereka akan makan bersama di rumah, baik siang maupun malam.
"Mbak Yaya aku mau ikannya juga, nasinya jangan banyak-banyak ya."
"Aku dulu."
"Iya sayang gantian yah, kalian sama-sama kebagian kok.."
Raga mulai menikmati makanannya sambil memperhatikan Widya yang sedang sibuk mengurus anak-anaknya itu.
Bahkan selama Widya bekerja di rumah ini ia jarang melihat istrinya itu makan.
Apa putraku benar-benar gila menikahi wanita itu, kenapa dia memerhatikan Widya terus dari tadi, jangan bilang dia menyukainya.
"Pelan-pelan makanya sayang, nanti keselek"
"Uhuk.. uhuk..."
"Tuh kan..,sini minum dulu, makannya pelan-pelan aja yah"
Raga tiba-tiba berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan makan. Bahkan makannya pun belum habis masih setengah sisa.
"Kau mau kemana Raga, makanan mu belum habis?"
"Aku sudah kenyang Ma"
Raga pun pergi meninggalkan ruangan itu untuk kembali ke kamarnya.
"Heh! Asal kau tahu ya, jangan cari muka di depan putraku! Raga memang menikahi mu tapi bukan berarti dia menyukaimu. Dia hanya butuh sang pengasuh untuk putra-putrinya,makanya dia menikahi mu"
Sabar Widya..
"Tanpa di jelaskan anda pun saya sangat mengerti akan posisi saya Bu." Pekik Widya yang sebenarnya merasa kesal sekali dengan ibu mertuanya ini. Namun ia masih tetap bicara selembut mungkin tadi.
"Nanti setelah Raga menikah dengan Mona kamu pasti akan di tendang dari rumah ini"
Widya tampak tersenyum manis walaupun ia merasa bingung dengan ucapan ibu mertuanya yang tak jelas itu.
Lalu menjawab dengan sesuka hatinya sambil tersenyum.
"Baguslah jika begitu Bu,aku harap itu akan segera terjadi"
Sial, beraninya dia menjawab ku sambil tersenyum.
Setelah makan siang selesai giliran Alfan dan Alfia tidur siang.
Sehabis itu baru Widya bisa makan siang juga.
"Apa maksud ibu berbicara seperti tadi?. Apa pak Raga akan segera menikah dengan wanita yang bernama Mona itu,tapi jika iya kenapa ia harus menikahi ku dulu"
CLEKK!
Tiba-tiba Raga masuk ke kamar anak-anak, membuat Widya yang sedang melamun merasa kaget dengan kehadirannya.
"Mereka sudah pada tidur?"
"Iya baru saja tidur"
"Aku ada acara dengan Mona, mungkin aku akan pulang malam,kamu jangan pulang dulu sebelum aku pulang!"
"Baiklah,tapi sebelumnya aku ingin berbicara dengan Bapak. Putri saya juga butuh saya, lalu bagaimana jika saya selalu pulang malam,ia juga ingin memiliki waktu bersama ibunya kan?"
"Jika kau merasa gelisah bawa saja kemari, bukankah itu hal yang gampang kenapa harus dibikin ribet? Suruh supir untuk menjemputnya!"
Dia memang terlihat galak sekali,tapi ada baiknya juga.
"Baiklah, terimakasih pak"
Malas sekali berbicara dengannya, belum juga selesai bicara tadi,ia sudah terlihat ketus sekali!, menyebalkan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments