2. Sikap Ibu Mertua

Anak kembar itu terlihat sibuk bermain di ruangan bermain.

Sementara Widya menemani mereka sambil membereskan mainan yang begitu berantakan.

BUUGGHH!

"Aaa.....,hiks.. hiks"

Mereka berantem lagi karena berebut mainan. Bahkan Alfan terlihat membenturkan mainan itu ke kepala Alfia kembarannya secara spontan.

Membuat Alfia menangis kesakitan.

"Ya...ampun Alfan, gak boleh gitu ya sayang gak baik..,kan jadi sakit dedenya"

Widya beralih ke Alfia untuk memberinya penenangan.

"Kamu tidak papa kan sayang? udah yah cup..cup,kak Alfan minta maaf yah.., ia tidak sengaja,maaf ya sayang"

"Hiks...hiks.. sakit." Alfia masih menangis karena kesakitan.

Widya terlihat memeluk Alfia untuk terus menenangkannya.

"Ada apa ini?" Terlihat ibu mertuanya yang sudah berdiri di depan pintu kamar bermain anak-anak menatapnya sinis.

"Biasa Bu ini anak-anak berebut mainan, tidak ada yang mau mengalah"

"Ya elah alasan! Bilang saja kau memang tidak becus untuk menjaga mereka!. Alfia sini sayang sama Omah saja.."

Ya Tuhan berikanlah kesabaran untuk hamba menghadapi mereka semua.

Khususnya ibu mertuaku yang seperti ratu ini.

"Ada apa ini Ma, kenapa Alfia menangis?" Raga sudah datang ke depan ruangan itu setelah mendengar putrinya menangis dari lantai bawah.

"Biasalah, wanita tidak becus kau nikahi!"

Ibu Raga pergi dengan ketus sambil membawa Alfia ke lantai bawah.

Ia terlihat sekali tidak menerima kehadiran menantunya itu.

Sementara raut wajah Raga terlihat masam juga mendengarkan jawaban ibunya itu.

"Kenapa dengan anakku?, kenapa Alfia sampai menangis?"

Alfan tampak mendekat ke arah ibu sambungannya itu. Ia juga merasa takut dengan kemarahan ayahnya.

"Maafkan saya, saya sibuk membereskan mainan sehingga lalai dengan anak-anak, mereka berebut mainan dan bertengkar"

"Kau ini bagaimana si? Bukankah aku sudah bilang jaga anak-anak ku dengan benar!,kenapa kau tidak mengerti juga?"

"Maafkan saya pak,saya akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan ini lagi"

Seandainya aku tidak memiliki hutang di keluarga ini,aku pasti sudah memilih untuk menjadi pemulung rongsokan daripada aku harus menghadapi mereka setiap hari.

Bagaimana baby sitter mau betah jika mereka semua berlebihan begini.

Malam pun tiba.

Hari ini Widya benar-benar bekerja keras untuk mengurus kedua anak kembarnya itu.

Ia sedang bernyanyi kecil untuk menidurkan mereka berdua dengan merdu.

Sesekali tangannya membelai kepala mereka dengan penuh kasih sayang juga.

Raga senantiasa menyaksikannya dari dalam kamarnya dengan kamera pengawas untuk memantau anaknya itu sambil lembur kerja.

Kebiasaan seperti ini membuat Widya mengingat anaknya Ainun sebelum ia menidurkannya.

Ya ampun, Ainun pasti sudah tertidur di rumah Bu Atik,aku harus segera pulang.

Bu Atik,ia adalah pemilik kontrakan yang sangat baik dan bahkan memiliki hubungan dekat dengan Widya.

Kebetulan Bu Atik memiliki anak yang sebaya dengan Ainun,jadi mereka bisa saling bermain dan Ainun tidak akan kesepian saat di tinggal Widya kerja.

Bahkan tak terasa ia bernyanyi sampai mereka tertidur pulas di atas ranjangnya.

Tetapi satu yang di pikirkan Widya saat ini. Jika ia selalu pulang malam maka waktu bermain dengan anak kandungnya akan semakin berkurang atau bahkan bisa di bilang tidak ada.

Aku harus bagaimana sekarang, sudah jam 9 malam saja aku belum pulang.

Setelah pekerjanya selesai Widya langsung berpamitan kepada Raga untuk pulang melalui ponsel.

Kali ini Widya sedang duduk termenung di depan rumah besar itu.

Ia sedang menunggu ojek online seperti biasanya untuk pulang ke rumah.

Tak lama ojek online pun datang dan mengantarnya ke rumah.

Dan ternyata benar setelah ia mampir ke rumah Bu Atik,Ainun sudah ketiduran bersama anak pemilik kontrakan itu teman sepermainannya.

"Kenapa sekarang kau pulangnya malam sekali Widya? Kasian anakmu dia menantikan mu sejak tadi sampai ketiduran."

"Ohh iya maaf Bu, biasa lembur kerja,aku juga sangat merindukan anakku, maaf mungkin Ainun sudah sangat merepotkan. "

Bahkan Widya tidak bilang yang sejujurnya kalau ia telah menikah dengan majikannya dan harus mengurus kedua anak sambungnya itu.

"Apa yang kamu katakan Widya, anakmu sangat pintar dan baik sekali,aku sangat suka jika ia bermain bersama anakku,aku benar-benar tidak terasa terbebani sama sekali".

Keduanya bercakap-cakap sejenak di situ.

Tak lama Widya terlihat menggendong anaknya untuk di pindahkan ke rumah kontrakannya.

Kebetulan kontrakan Widya berdampingan dengan sang pemilik kontrakan.

"Maafkan mama sayang, muach..., tidurlah yang nyenyak"membelai putrinya dengan penuh rasa bersalah karena akhir-akhir ini ia selalu pulang malam.

Aku tidak boleh diam saja dengan semua ini!. Aku harus meminta keadilan untuk anakku kepada Pak Raga.

--------------

Esok datang lagi.

Setelah selesai dengan urusan sekolah anaknya, Widya kembali bergegas meninggalkan kontrakannya untuk bekerja.

Kebetulan jarak antara kontrakan dan rumah majikannya tidak terlalu jauh,jadi bisa menghemat waktu tempuhnya.

Setelah sampai ia langsung membangunkan anak kembarnya agar bisa bersiap-siap untuk bersekolah.

Kemudian mengantarkan mereka dengan mobil ke sekolah bersama supir.

Tak terasa waktu sudah siang.

Kini saatnya pembelajaran sekolah telah berakhir.

Biasanya Widya juga menyempatkan waktunya untuk menjemput Ainun pulang sekolah, tapi kali ini kesibukan selalu menyertainya hingga membuatnya menyesal telah mengambil keputusan ini.

Ia harus terus mendampingi anak kembarnya itu selama seharian penuh.

Supir sudah memegang setir mobilnya,ia sudah siap untuk melajukan kendaraan untuk pulang ke rumah.

Sementara Widya terlihat sibuk bermain dengan anak-anaknya di dalam mobil.

Mereka berdua terlihat bercanda tawa bersama.

Hingga mata tajam supir sesekali melirik ke arah spion belakang untuk mengawasi mereka yang sedang bersenda gurau

"Mba Yaya..mba Yaya coba lihat ini!, bagus kan,ini di kasih Bu guru tadi"

"Wah.. di kasih Bu guru yah, kamu pintar sekali sayang"

"Mbak Yaya aku juga di kasih,aku pintar juga kan. "

Yang namanya anak kecil pasti akan selalu iri satu sama lain, mereka selalu minta di sayang penuh atau lebih suka di puji ataupun di manja-manja.

"Wah tentu saja sayang, kalian berdua memang anak baik dan sangat pintar. Aku kasih hadiah juga untuk kalian berdua. Taraaa..."

Maya terlihat memberikan sesuatu kepada mereka yang membuat mereka langsung senang.

Yaitu vitamin gummy kesukaan mereka yang kenyal dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh mereka.

Bahkan di saat mereka sudah pulang ke rumah pun tidak ada hentinya Widya membimbing mereka belajar dan selalu membacakan dongeng-dongeng menarik untuk mereka tidur siang.

Membuat mereka semakin dekat dan akrab tentunya.

Sesekali Raga yang melihat hal ini hanya melirik Widya sesaat,tapi entah apa yang di katakan hatinya itu. Namun ia tetap terlihat sibuk walupun sedang berada di rumah sekalipun.

Widya masih menemani mereka sampai mereka tertidur pulas di atas ranjang.

Setelah itu ia baru bergegas untuk membereskan mainannya.

Ia benar-benar merasa seperti janda beranak tiga yang sangat sibuk di setiap harinya.

Habis ini aku harus berbicara dengan pak Raga, aku ingin meminta keadilan untuk putriku Ainun, kasihan dia jika aku terlalu sibuk mengurus mereka begini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!