4.. Menginap

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.

Raga benar-benar pulang terlambat hari ini.

Ainun pun sampai ketiduran di pangkuan ibunya di sofa.

Mungkin sekitar setengah jam telah berlalu lagi.

Keduanya sama-sama tertidur di kursi sofa itu sambil menunggu kepulangan Raga di kamar anak-anak.

Setelah Raga sampai di rumah, ia langsung menuju ke kamar anak-anaknya.

Lalu melihat Widya dan Ainun yang tertidur di kursi sofa kamar itu.

Ia gengsi untuk membangunkannya, namun ia sengaja menimbulkan suara-suara decakan kecil di dalam kamar itu.

Membuat Widya terbangun tentunya.

Raga terlihat mencium kening kedua anaknya itu sebelum ia tidur. Ini adalah rutinitasnya setiap malam.

Walaupun ia terlihat sangat cuek namun hatinya sangat menyayangi kedua anaknya.

"Ya ampun, maaf pak aku ketiduran." Widya terbelalak dengan kehadiran suaminya yang sudah ada di dalam kamar itu.

"Tidurlah di kamar tamu,ini sudah terlalu malam jika kau pulang"

"Baik pak"

Raga pergi meninggalkan ruangan itu kembali.Sedangkan Widya langsung membawa anaknya ke kamar tamu untuk istirahat.

"Ya ampun aku saja belum membersihkan diri,mana aku gak bawa baju ganti lagi"

"Pakailah ini!"

"Ya ampun Pak!" Widya kaget tak terhingga.

Ia tidak melihat kehadiran Raga yang tiba-tiba sudah berdiri di samping ranjang.

Raga terlihat memberikan baju tidur untuk istrinya itu.

Sejak kapan dia masuk?.

"Ini untuk saya, tapi ini baju siapa Pak?"

"Pakai saja,tak usah banyak tanya!"

"Iya baik Pak,maaf"

Widya langsung membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.

Melihat baju yang di berikan lelaki itu membuatnya meringis heran.

"Iya ampun apa tidak ada baju yang lebih nyaman dari baju ini? Lalu bagaimana jika tidurku seperti baling-baling helikopter, pasti tubuhku akan terurai kemana-kemana"melihat baju yang bermodel hanya di ikatkan ke pinggang saja membuatnya risih sendiri untuk memakainya.

Sementara di dalam ruangan lain terlihat Raga yang sedang pusing memegangi kepalanya.

Terdapat beberapa botol bir di sampingnya juga,mungkin ia memang sedang menikmati minuman itu sambil menatap layar iPad-nya.

"Kepalaku terasa pusing sekali, semua ini membuat aku gila. kenapa sampai saat ini aku belum bisa melupakan mu Rebecca. Jangankan untuk melupakan mu. Membuka hati untuk orang lain saja aku belum bisa, lalu bagaimana caranya agar aku dapat melupakanmu"

Berdiri dari duduknya lalu menuju ke atas ranjang untuk merebahkan diri. Kepalanya terasa begitu pusing dan kleyengan.

Ia terlihat menelfon seseorang juga. Ternyata ia menelfon Widya untuk meminta minum.

"Bawakan aku air sekarang!"

"Bapak di kamar..?"

"Tut...Tut..."panggilan telah berakhir terlebih dahulu sebelum Widya berbicara.

Padahal ia sudah bersiap-siap untuk tidur.

Waktu juga sudah terlalu malam. Jam menunjukkan sekitar pukul setengah satu malam.

Seharusnya Widya sudah terlelap tidur malam ini, namun ternyata tugas lain masih menghantuinya.

Tidak ada bosan-bosannya ya dia mengerjai ku,ini sudah jam berapa masih saja menyuruhku bekerja...

"Thok.. thok.."Widya mengetuk pintu kamar itu yang tampak sepi sambil membawakan segelas air putih.

Tidak ada sahutan dari dalam, membuat Widya langsung saja masuk pelan-pelan ke dalam kamar.

Lagian posisinya yang sekarang juga sah-sah saja jika ia berdekatan dan masuk ke dalam kamar suaminya sendiri.

Terlihat Raga yang sedang tiduran di atas ranjang terlentang. Bahkan kakinya terlihat menjuntai ke lantai.

"Apa dia sudah tidur? Lalu siapa yang meminta air minum tadi?." Merasa heran sambil menaruh minum itu di atas meja.

Widya mendekat ke arah ranjang untuk membangunkan Raga agar bisa segera minum.

"Pak bangun pak, minumannya sudah ada di atas meja."

Raga masih terlihat tak bergeming karena rasa pusingnya itu.

"Pak, anda tidak papa?"

"Rebecca. Ini kamu?." Tatapan Raga yang tampak kosong melihat wanita yang menghampirinya itu.

Rebecca?

"Aku sangat merindukanmu Rebecca! Tapi kenapa kau membuatku terluka seperti ini, kenapa kau meninggalkanku?"Berbicara melantur layaknya seseorang yang sedang mabuk pada umumnya.

"Pak.."Widya begitu bingung melihat tingkah Raga yang begitu aneh.

Lelaki itu terlihat menarik tangan Widya tiba-tiba. Bahkan sampai Widya ter-bekap di dadanya.

Bicaranya juga melantur dan aneh sekali.

"Pak,apa yang anda lakukan pak?. Lepaskan saya,kenapa anda memeluk saya begini?.."

"Kenapa kau pergi meninggalkanku secepat ini?. Aku benar-benar sangat merindukanmu Rebecca"

Pak Raga benar-benar gila,apa dia sedang mabuk?

Tercium aroma dari mulut dan tubuh Raga yang habis mengkonsumsi minuman beralkohol.

Bau alkohol, sepertinya ia benar-benar meminumnya, dasar lelaki gila!

"Pak lepaskan saya pak,saya harus kembali ke kamar sekarang. "

"Setelah sekian lama kau kembali kau akan meninggalkan ku lagi? Apa kau tidak memiliki jiwa dan perasaan? Aku terluka dan tersiksa batin Rebecca,hanya karena menahan rindu kepadamu!"

Orang ini benar-benar tidak waras!,aku harus segera pergi dari sini, sebelum terjadi apa-apa padaku.

Widya mencoba berdiri untuk melarikan diri.

"Kau akan pergi lagi bersama supir itu?"

Supir!,apa maksudnya dia berbicara supir?.

"Aku sangat membenci supir itu! Begitupun dengan keluarganya. Seharusnya kecelakaan itu tidak terjadi kamu pasti tidak akan pergi meninggalkan ku seperti ini kan?"

Lelaki itu menarik tangan Widya kembali dengan paksa dan langsung merampas bibirnya.

Supir siapa yang ia maksud?. Apa maksud dia itu Mas Doni dan istrinya ternyata juga tewas waktu kecelakaan itu.

Widya tercengang mendapati hal ini.

Bahkan tangan yang sedang memberontak itu tampak di sergap kuat oleh lelaki itu.

Mulut yang ingin berbicara atupun berteriak terasa terkunci rapat oleh mulut lelaki itu.

Bahkan nafasnya tersengal-sengal karena lelaki itu dengan rakus menerkamnya.

Pak, apa yang Anda lakukan pak?,saya bukan Rebecca. Tolong lepaskan saya.

Widya dengan sekuat tenaga melepaskan cengkraman itu.

"Anda gila!" Dengan nafas terengah-engah Widya menatap kesal lelaki itu sambil melepaskan cengkeramannya dengan kasar.

Walaupun mabuk ia tetap terlihat sangat tampan sebenarnya.

Raga yang melihat sikap kasar Rebecca di bayangannya membuatnya langsung bersedih.

"Pergilah jika kau akan pergi. Aku juga tahu kau tidak lagi mencintaiku, makannya kau akan meninggalkanku lagi kan?"Derai air mata tampak mengalir di pipi Raga,ia terlihat sangat sedih saat ini.

Ya ampun apa yang aku lakukan. Baru kali ini aku melihat Pak Raga menangis sesedih ini. Aku harus bagaimana?

"Pak maafkan aku. Aku bukanlah wanita yang anda maksud. Saya Widya pak, saya Widya." Kali ini Widya berusaha untuk menenangkannya dan berbicara lebih lembut untuk menyadarkannya.

"Kau tahu betapa cantiknya kau saat memakai baju ini"Menyentuh baju istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang,ia tidak sadar wanita yang sedang ia belai adalah Widya bukalah Rebecca. "Aku selalu terbayang-bayang akan itu,tapi kenapa kau membuatku marah Rebecca?. Sudah sekian lama aku menunggumu kembali!"

Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan jika sikap Pak Raga ternyata sangat lembut seperti ini.

Widya hanya bisa terdiam karena merasa tidak tega, setelah melihat kebenaran ini ia juga merasa bersalah kepada suaminya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!