Chayra mengendap-endap, berniat ingin mengagetkan Lea yang sedang fokus pada buku bacaannya. Namun, ia segera menyadari sesuatu saat melihat buku yang ada di hadapan Lea terbalik.
‘Dia tidak sedang membaca rupanya’ Batin Chayra.
Chayra lantas membenarkan posisi buku yang terbalik, lalu duduk di samping sahabatnya.
Lea menoleh, “Kapan kau datang?” Tanyanya.
Chayra menghembuskan napas, bola matanya berputar seolah tengah protes karena kehadirannya tidak disadari.
“Apa yang kau pikirkan?” Bukannya menjawab, Chayra malah balik bertanya.
Lea menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum lebar, “Terlihat jelas, ya?”
“Bagaimana tidak terlihat, kau saja sampai tidak sadar buku itu terbalik” Terang Chayra sambil menunjuk buku yang posisinya sudah benar.
“Benarkah?” Melihat Chayra menghela napas kasar, Lea segera meralat perkataannya, “Maaf” Ujarnya sambil menangkupkan kedua telapak tangan.
“Jadi, apa yang tadi kau pikirkan?” Chayra menuntut penjelasan.
Hingga beberapa detik tak ada jawaban, Chayra kembali bergeming, “Ceritakan saja”
“Manurutmu, apa ada tempat kerja yang mengizinkan karyawannya mengundurkan diri saat masih mempunyai hutang?”
“Apa maksudmu, kau masih punya hutang di tempat kerja?” Tanya Chayra dan Lea hanya menganggukkan kepala.
“Berapa hutangmu? Biar aku yang membayarnya”
“Tapi... aku sudah sangat sering merepotkanmu” Jawab Lea dengan suara lirih.
“Jangan terus berpikir seperti itu. Dan juga... aku tidak memberimu pinjaman secara cuma-cuma”
Lea menyunggingkan senyuman, “Iya, aku tahu. Nanti akan ku bayar jika sudah mendapat gaji dari kakakmu”
Chayra tersenyum penuh makna sambil berbisik, “Kau harus minta gaji yang besar pada kakak”
“Kakakmu menakutkan, aku mana berani mengatakannya”
Chayra tertawa mendengar pengakuan sahabatnya, “Dia memang galak dan sedikit menyebalkan, tapi sebenarnya sangat baik juga perhatian”
Keduanya tertawa, lantas bersiap untuk mengikuti kelas yang akan segera dimulai.
***
Lea melihat ponselnya untuk memastikan kebenaran alamat yang diberikan oleh Chan. Meskipun alamatnya benar, namun ia masih ragu untuk masuk.
“Anda sedang apa di sini?” Tanya seseorang yang mengenakan seragam keamanan.
“Dari tadi, saya melihat Anda terus memperhatikan kantor ini” Gemingnya lagi.
Lea tersenyum malu mendengar pengakuan lelaki paruh baya itu, “Maaf, saya tidak bermaksud jahat. Apa benar ini kantor CSC?” Tanyanya.
“Benar. Ada perlu apa Anda kemari?”
“Saya mau bertemu kak Chan” Melihat ekspresi terkejut petugas keamanan tersebut, Lea segera meralat ucapannya, “Maksud saya, Pak Chan”
“Beliau adalah CEO di sini. Anda harus membuat janji sebelum bertemu....”
“Saya sudah membuat janji dengan beliau” Jawab Lea dengan cepat sebelum petugas itu kembali bergeming.
Petugas itu memperhatikan penampilan Lea, nampak menimbang sejenak lalu akhirnya mengizinkan Lea untuk masuk dan mengantarnya sampai di depan ruang kerja Chan.
“Duduk dan tunggulah sebentar, aku masih ada pekerjaan” Ujar Chan saat Lea sudah berada di ambang pintu.
“Baik” Jawab Lea singkat, lalu mengikuti perkataan Chan.
Setengah jam berlalu, namun pekerjaan Chan tak kunjung selesai. Hal itu membuat Lea mulai gusar.
‘Sebenarnya, dia berniat untuk merekrutku atau tidak? Dari tadi hanya fokus pada pekerjaannya saja’ Gumam Lea pelan.
“Hmmm... kau baru saja menggerutu?!” Tanya Chan sambil beranjak dari duduknya, lalu berpindah posisi duduk di depan Lea.
Lea menggelengkan kepala, “Tidak” Jawabnya.
‘Kenapa telingannya tajam sekali?’ Batin Lea bermonolog.
Chan memperhatikan perubahan penampilan Lea. Gadis itu biasanya selalu mengenakan kaos atau kemeja oversize serta celana dasar. Rambutnya juga selalu diikat sembarang atau diurai tak beraturan. Wajahnya tak pernah tersentuh riasan. Tapi kali ini, Lea mengenakan rok hitam selutut dipadu kemeja berwarna cokelat, rambutnya diikat rapi dan wajahnya nampak dilapisi riasan meski tidak tebal. Terlihat anggun dan berwibawa.
“Kau bukan hanya sebagai karyawan di sini, tapi juga sebagai pengawas. Belakangan ini, aku menemukan kejanggalan pada divisi keuangan. Meskipun ada yang ku curigai, tapi aku tidak bisa menuduhnya tanpa bukti. Jadi, kau harus menemukan bukti kecurangan itu agar aku bisa membuang benalu dari kantorku”
Lea menelan saliva mendengar permintaan Chan, “Tapi, saya tidak yakin bisa melakukannya. Kuliah saya bahkan belum selesai” Jujurnya.
“Kau sudah ada di semester akhir bukan? Harusnya ilmumu sudah cukup banyak. Apa kau mahasiswi yang bodoh? Akh... tidak, kau kan medapat beasiswa, pasti tidak sebodoh itu!”
Lea mengepalkan tangan mendengar ucapan Chan,’Jika bukan karena rasa tanggung jawab, sudah ku hajar orang ini!’ Batin Lea kembali bermonolog.
Beberapa detik kemudian, senyum Lea mengembang karena menemukan ide untuk membalas Chan.
“Baik, saya setuju. Tapi... saya meminta bayaran lebih untuk itu, bagaimana?”
Chan berdecak, “Apa kau mau menjadi lintah? Baiklah, aku juga setuju. Tapi, kau harus berhasil dalam satu bulan. Jika tidak, aku akan menuntutmu karena sudah merusak mobilku. Aku tidak akan memaafkanmu meskipun Chayra merengek!”
Chan menjeda ucapannya, lalu kembali berkata “Dan juga... pura-puralah tidak mengenalku”
Meskipun ingin mengumpat bahkan ingin menghajar Chan, Lea akhirnya hanya bisa mengalah. “Baiklah. Jadi, kapan saya mulai bekerja?” Tanyanya kemudian.
“Buatkan aku kopi” Ujar Chan sambil melihat arloji di tangannya.
“Hah?!”
“Apa?! Kau tidak mau? Itu pekerjaan pertamamu!” Jawab Chan, lalu mengibaskan tangan agar Lea segera menuruti perintahnya.
.
.
.
Lea menemukan pantry setelah bertanya pada petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai. Mulanya, ia bermaksud membuatkan kopi yang enak untuk Chan tapi tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya.
‘Selesai. Selamat menikmati kopi terenak ini, Pak CEO’ Ujar Lea sambil tersenyum sumringah setelah kopi buatannya siap untuk dihidangkan.
Langkah Lea tertahan karena suara ponsel, ‘Ada pesan?’ Ujarnya sambil memeriksa benda pipih yang ada di tangannya. Matanya berbinar saat melihat nama Matahari tertera di layar ponsel.
Matahari :
“Bagaimana hari pertama kerja? Semua berjalan lancar, bukan?”
Tara :
“Eum... meskipun CEO nya menyebalkan, tapi aku bisa mengatasinya”
Matahari :
“Kau yakin tidak mau ku bantu?”
Tara :
“Tidak apa-apa, aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku”
Matahari :
“Baiklah, aku percaya padamu. Semangat”
Tara :
“Terima kasih. Semangat!!!”
Matahari :
“Lanjutkan pekerjaanmu. Nanti malam akan ku hubungi lagi”
‘Padahal, kami tidak saling mengenal di dunia nyata tapi dia selalu menanyakan keadaaku seperti ini’ Gumam Lea sambil menyimpan kembali benda pipih itu, meninggalkan pantry dan kembali menemui Chan yang tengah menunggu.
.
.
Setelah diberi izin masuk, Lea meletakkan secangkir kopi yang tadi dibuatnya di atas meja kerja milik Chan. Di ruangan tersebut, Chan tak seorang diri. Ada seseorang yang tengah menemaninya. Setelah cukup berbincang, Chan memperkenalkan lelaki yang ada di sampingnya pada Lea. Ia juga meminta lelaki itu untuk mengantar Lea menuju meja kerjanya.
‘Menjahilinya seru juga’ Ujar Chan sambil menatap Lea dan Felix yang sudah berada di ambang pintu hendak meninggalkan ruang kerjanya.
Chan menyemburkan kembali kopi yang belum ditelannya, ‘Akh... apa ini? Bocah itu mengerjaiku, ya?!’
Chan mengepalkan tangan, ‘LEA... awas kau, ya!’ Umpatnya dengan kesal.
Sementara itu...
“Apa kau mendengar sesuatu?” Tanya Felix.
Lea menggelengkan kepala, “Tidak, memangnya ada suara apa?”
“Tidak, lupakan saja” Jawab Felix sambil mengibaskan tangan.
Dalam hati, Lea tertawa puas karena berhasil mengerjai Chan dengan memberi garam pada kopinya. Ia juga tahu jika suara yang Felix maksud adalah teriakan Chan yang pasti sangat kesal karena ulahnya.
***SUN House***
Kelima member yang tengah berkumpul sambil bercengkerama kompak menoleh ke arah Chan yang baru saja datang langsung membaringkan tubuh ke sofa.
Khai melempar bantal pada Chan, “Kau kenapa? Apa menjadi CEO muda membuatmu tersiksa?” Tanyanya.
Dza menganggukkan kepala, “Benar. Belakangan ini, kau terlihat sangat stres”
“Jangan terlalu rajin bekerja!” Timpal Ez.
Chan mengambil bantal yang tadi dilempar Khai di atas perutnya, merubah posisinya mejadi di bawah kepala, “Belakangan ini, aku menemukan kejanggalan pada divisi keuangan. Sebenarnya, ada yang tengah ku curigai tapi aku harus mempunyai bukti sebelum menuduhnya” Chan terdiam sejenak, tersenyum menyeringai, lalu kembali melanjutkan perkataannya, “Tapi, sekarang aku sudah menjadikan bocah itu mata-mata”
“Siapa yang kakak maksud?” Tanya Zhi.
“Lea, teman adikku. Dia tidak bisa membayar ganti rugi karena menabrak mobilku, jadi aku memintanya untuk menjadi karyawan sekaligus mencari bukti kecurangan di divisi keuangan” Terang Chan.
Zal berdecak, “Memanfaatkan kelemahan wanita adalah kejahatan. Kau bisa kena karma”
“Dia teman adikmu yang kau antar pulang waktu itu?” Tanya Dza.
“Iya, benar”
Zhi sengaja menggoda Chan dengan berkata, “Hati-hati... karena sering bertemu, nanti kakak malah menyukainya”
“Kau bercanda?! Mana mungkin aku menyukai perempuan yang berpenampilan dan bertingkah seperti laki-laki”
“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kita lihat saja nanti!” Jawab Zhi tak mau kalah.
Khai menepuk pundak Chan sembari berkata, “Dari pada kau terus mengirim pesan pada seseorang di aplikasi itu, lebih baik dia yang sudah ada di depan mata”
Meskipun kesal dengan para member yang menggodanya, namun Chan enggan meladeni. Ia malah memejamkan mata dan mengabaikan kelima member yang terus menertawakannya.
...***...
Happy reading...
Jangan lupa like, comment, vote, gift, and subscribe 🙏🏻😁
Terima kasih🤗😘🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Fita
SUN apa kabar???
Akhirnya muncul lagi kalian
2023-01-24
1
Lia
Definisi ngomongin orang langsung ke orangnya 🤪
2023-01-24
1
fuji
kira-kira gimana nanti ekspresi chan kalo tau lea itu tara, pasti kocak banget 🤣
2023-01-24
1