Bab 4: TAKTIK ROSE

Wajah Rose terlihat menahan sakit. Melihat itu, Azka memberikan usapan lembut di punggung wanitanya dengan sentuhan bibir tanpa tuntutan. Disaat sudah kembali relax, barulah satu hentakan ia lakukan. Rasa hangat yang mengalir di sela-sela ular naga nya menyadarkan bahwa wanita yang ia jamah masih perawan.

"Ouh $h!!t," gumam Azka merutuki kebodohannya.

Rose juga menyadari perubahan dari bintang langit malamnya. Ia sadar pergulatan panas keduanya menjadi awal babak baru kehidupan. Banyak yang dipertaruhkan. Baik karir dan juga bisnis. Siapa yang tahu hari esok? Kenyataannya, penyatuan telah tercapai pada kenikmatan dunia.

Tak ingin menjadi beban yang berat. Rose membujuk Azka agar tenang dengan sentuhan seorang wanita. Pergulatan yang sempat terhenti di tengah-tengah. Akhirnya kembali menghangatkan tubuh keduanya dengan lelehan keringat. Suara des@han yang erotis mengiringi perjalanan menuju surga dunia.

Satu jam berlalu, hingga akhirnya tubuh kekar Azka tumbang di sebelah Rose. Meskipun begitu, pria itu masih sempat memberikan kecupan hangat di kening wanitanya.

"You mine, Rose," bisik Azka merengkuh tubuh wanitanya agar tetap bersamanya.

Perilaku Azka, membuat Rose tersenyum tipis. Senyuman yang memiliki arti lain. Ia menunggu waktu yang tepat dan sekuat tenaga tetap menjaga mata agar tidak terpejam. Detik demi detik berlalu, hingga suara jarum jam menjadi satu-satunya suara yang terdengar di telinga.

Satu jam berlalu. Akhirnya Azka terlelap dengan senyuman manis. Disaat itulah, Rose mulai beraksi. Perlahan ia mengangkat tangan sang pria, lalu melorot meninggalkan ranjang dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Berjalan pun terlihat seperti pinguin. Pantulan tubuh polos, membuat langkah kakinya terhenti.

"Rose demi karir, kamu mengorbankan kehormatan yang tidak akan pernah kembali. Lihat saja nanti, Tuan besar ini harus memberikan bayaran mahal," gumam Rose dan berlalu memungut semua pakaian yang berserakan di lantai.

Lima menit berlalu. Kini Rose sudah kembali berpakaian seperti semula. Lalu dengan cekatan memulai operasi dengan memeriksa setiap bagian kamar Azka. Dari satu sudut ke sudut lainnya. Dari satu lemari ke lemari lainnya, bahkan kamar mandi tak luput dari pemeriksaan.

Pemeriksaan dengan menyusuri semua tempat bahkan ke tempat yang tidak terpikirkan sekalipun. Tetap saja tidak menemukan hasil apapun. Tubuh yang masih terasa remuk redam, membuat Rose duduk sejenak di atas sofa merah maroon. Sungguh lelah harus kesana kemari, tapi tidak ada satu bukti yang bisa didapatkan.

"Apa aku yang kurang teliti, atau bintang langit malam ku yang benar-benar pintar? Haduh, bisa gatot ini, sekarang bagaimana? Ayo, Rose berpikir sesuatu." Rose berpikir keras untuk melakukan yang terbaik demi masa depan yang cerah.

Apapun yang ada di dalam pikiran seorang Rose hanya wanita itu yang tahu. Sementara di tempat lain. Suasana tegang, membuat barisan pasukan harus menerima hukuman skot jam sebanyak seratus kali. Kesalahan mereka adalah kehilangan pemimpinnya. Apapun alasannya, tetap saja pekerjaan dianggap gagal. Apalagi hasil akhir justru sang pemimpin hilang ditelan bumi.

Jangankan menangkap target. Pasukan kembali dengan tangan kosong serta kehilangan kontak dengan pemimpin mereka. Kini hukuman harus dijalankan. Seseorang yang baru saja datang dengan menggenggam telepon khusus para petugas patroli.

"Pak , ada telepon penting untuk Anda." lapor salah satu ajudan menyerahkan telepon panjang hitam berantena.

Telepon diterima, lalu pria itu berjalan sedikit menjauh dari kerumunan pasukannya. Ntah apa yang diperbincangkan, tapi terlihat cukup serius. Percakapan selama tiga menit berakhir dengan wajah lega Pak Bernadette.

Pria keturunan Belanda itu kembali ke tempat semula, dan meletakkan ponsel patroli ke atas meja bersebelahan dengan topi kebanggaannya. Skot jam para pasukan masih berlanjut. Ajudan yang berdiri di sebelah perwira itu hanya bisa bersikap tegak profesional dan diam menonton.

Awan putih di langit perlahan beranjak berubah keemasan menandakan waktu telah berganti sore hari. Suara lenguhan khas bangun tidur terdengar begitu lembut dengan tangan semakin mengeratkan lingkarannya ke sosok yang memiliki aroma memabukkan. Namun, ada yang aneh. Benda yang ia peluk justru beraroma pewangi pakaian.

Keanehan itu jelas membuat ia membuka mata perlahan, meskipun rasa kantuk masih mendera. Tetap saja dipaksakan untuk menelusuri seluruh sudut kamarnya. Setiap inci tak luput dari tangkapan layar netra tajamnya, hingga pintu kamar mandi terbuka lebar dan makhluk cantik yang terbalut handuk keluar dengan rambut basahnya.

"Wow, pemandangan yang luar biasa," gumam Azka menatap Rose tak berkedip. Posisi yang masih berbaring, membuat pria itu memiliki kesempatan untuk leluasa melihat pahatan sempurna di depan mata.

Setiap pergerakan Rose ia amati tanpa terkecuali. Wanita itu sibuk mengeringkan rambut dengan handuk mungil di depan kaca bulat besar. Seakan tak menyadari perbuatan pria di atas ranjang. Handuk yang membalut tubuhnya ia lepaskan begitu saja. Yah pasti si handuk terjun bebas ke lantai meninggalkan pemandangan yang pasti membuat si pria menelan salivanya dengan susah payah.

Aku sudah memutuskan, apa yang harus ku lakukan demi masa depanku. Selamat datang di dunia Rose Aliya Arham. Siapapun yang masuk ke dalam dunia ku, tidak akan pernah bisa melarikan diri.~batin Rose masih berpura-pura tak melihat tingkah Azka yang sudah kebakaran jenggot.

Deru nafas yang memburu dengan jakun naik turun. Jelas pria di atas ranjang itu tengah menahan hawa nafsu. Godaan di depan mata tak bisa ia pungkini. Apalagi Rose mengganti pakaiannya dengan menggunakan sebuah kemeja putih tanpa memakai pakaian dalam. Tubuh yang masih bisa terekspos jelas, hingga wanita itu berbalik dan sontak terkejut karena tatapan matanya bertemu dengan Azka.

"Kamu sudah bangun? Sejak kapan?" tanya Rose dengan wajah polosnya seraya menutupi tubuh bagian dada.

Azka tersenyum lebar mendengarkan pertanyaan dari Rose. Kemudian bangun, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur. Satu bantal ia gunakan untuk menumpu tangan di atas paha.

"Aku baru bangun, apa kamu baru mandi?" tanya balik Azka tak ingin membuat Rose berpikir aneh tentangnya, sedangkan yang ditanya tersenyum devil di dalam hatinya.

"Ouh, Aku lapar. Apa tidak ada makanan di kamar sebesar ini?" tanya Rose mengalihkan topik, dan memang benar ia sangat lapar setelah melayani Azka menuju surga dunia.

Apa yang dikatakan Rose menyadarkan Azka. Jika ia tak memberikan sesuap makanan pun, benar-benar semua yang terjadi di luar rencananya. Niat hati ingin bangun untuk menyiapkan makanan, dan pergerakan itu langsung membuat Rose menutup mata.

"Rose, kamu kenapa?" tanya Azka bingung.

Rose berbalik ke arah lain tanpa melepaskan kedua tangannya dari wajah, "Tuan mesum, apa kamu lupa saat ini tidak memakai apapun?"

Azka menyibak selimut, dan terkekeh pelan. Tak ingin mengulur waktu, ia bergegas turun dari ranjang, lalu mengambil pakaian ganti. Setelah itu, sebuah remote di atas nakas ia atur, hingga suara benda bergeser mengalihkan perhatian Rose. Wanita itu berbalik untuk melihat apa yang terjadi dan sekali lagi hanya bisa berdecak satu kata *wow*.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

hy Asma....
ku mampir tuk memberikan secangkir kopi untukmu.....

2023-02-26

0

Seuntai Mimpi

Seuntai Mimpi

hadeh, tuan pelupa ya

2023-01-12

1

Seuntai Mimpi

Seuntai Mimpi

wah, Rose, tak bisa berkata lagi aku🤣

2023-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!