Bab 2: Pencurian Manis

"Hey, kenapa anda semakin kejam saja." Wanita itu berusaha melepaskan genggaman tangan si pria, namun usahanya sia-sia saja.

Sebuah pigura dengan lukisan bukit hijau nan rimbun digeser memutar berbalik arah jarum jam. Suara deritan terdengar mengalihkan perhatian si wanita. Matanya tak lepas dari setiap inci desain ruangan Tuan pemilik hotel Grand Moon.

Finally, aku masuk ke duniamu Bintang langit malamku.~ batin wanita itu.

Si pria mengalihkan perhatian sekejap, dan itu dimanfaatkan oleh sang wanita untuk mengambil sebuah pulpen di atas nakas. Pulpen merah yang sengaja dibuka.

Tanpa aba-aba, tubuhnya tertarik memasuki sebuah terowongan dengan lampu kecil di atas sepanjang mata memandang.

"Halooo! Mau dibawa kemana aku?" tanya sang wanita berusaha melepaskan diri, tapi ukuran terowongan tidak begitu luas, membuatnya kesulitan bergerak.

Sedangkan pintu perlahan mulai tertutup, dan langkah kaki keduanya mulai menjauh.

"Maju! Aku tidak mau kamu terluka," bisik sang pria dengan hembusan nafas hangat di telinga wanitanya.

Ntah apa yang merasuki wanita itu, hingga bulu kuduk nya berdiri karena hembusan nafas pria yang merengkuh serta memaksanya untuk tetap berjalan maju.

"Okay aku turuti permintaanmu, tapi lepaskan aku! Pintunya saja sudah tertutup, tidak mungkin kembali kesana lagi sekarang," pinta sang wanita yang akhirnya mengalah dengan tatapan lembut, membuat pria itu menurut tanpa perdebatan.

Satu isyarat mata dari sang pria, membuat wanitanya berjalan tanpa paksakan. Tanpa dirinya sadari. Jika goresan tinta merah di dinding ditorehkan wanita itu dengan hati-hati, agar tidak ketahuan.

"Tuan, kenapa terowongan ini sangat panjang?" tanya sang wanita.

"Apa kamu takut?" tanya balik sang pria.

Aku tidak takut, meskipun gelap ataupun badai salju. Langkahku tidak akan pernah salah sasaran.~batin wanita itu, dan berhenti berjalan lalu berbalik menatap pria di belakangnya.

Tatapan takut ditunjukkan. "Bisakah Tuan di depan? Rasanya kepalaku berputar melihat lampu yang temaram sepanjang itu...,"

Wush!

Bukannya menjawab, sang pria langsung mengangkat tubuh wanitanya tanpa permisi. "Ini lebih baik. Sekarang jangan takut!"

Tatapan mata keduanya saling bertemu. Ketenangan, kegelapan, ketajaman menyatu menjadi satu. Tanpa berkedip, tatapan mata itu semakin dalam hingga senyuman manis tersungging di bibir sang pria.

"Turunkan, Aku," pinta sang wanita.

"Diamlah! Hidupmu akan aman bersamaku," ujar pria itu kembali fokus berjalan menyusuri lorong.

Hening!

Lima belas menit kemudian sebuah pintu besi menyambut keduanya, tapi pria itu tak berniat menurunkan wanitanya.

"Siapa namamu?" tanya sang pria.

"Rose," jawab singkat Rose dengan bibir manyun.

"Mau ku cium?" goda sang pria, membuat Rose memukul dada pria itu.

Pukulan yang tak seberapa. Sama seperti pukulan seorang wanita biasa, membuat pria itu terkekeh kecil. "Buka pintunya!"

Rose memutar matanya jengah melihat sikap absurd pria yang stay menggendongnya. "Ini terowongan punya siapa?"

"Punya bagunan," jawab sang pria santai.

Buug!

Satu pukulan kembali Rose layangkan tepat mengenai dada pria itu, hingga ia berhasil di lepaskan.

"Auuw. Kukira pukulan mu sama saja, tapi cukup memberikan kejutan di jantungku," Pria itu menurunkan Rose, tapi langsung mencengkram tangan kanan wanitanya.

Rose berusaha melepaskan tangan pria di sampingnya. Namun, cengkraman terlalu erat, "Tuan, bisa tidak pake perasaan? Aku wanita loh."

Tidak ada jawaban selain kesibukan pria itu memasukkan password di papan panel sisi kanan pintu. Rose melirik melihat lima digit angka, dan mengingatnya.

Pintu terbuka dengan sendirinya, membuat pria itu melebarkan pintu seraya melepaskan tangan Rose. "Masuklah!"

Rose menatap ruangan putih di depan sana, dimana ternyata itu sebuah kamar mandi mewah. Lalu beralih menatap pria di sampingnya yang masih setia menunggu agar dirinya masuk terlebih dahulu. Wajah bingung Rose, membuat pria itu mengedipkan satu mata kiri.

"Perkenalkan namaku Azka Dirga Dewantara," Azka memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya dengan senyuman manis.

Apa aku salah orang? Setahuku, bintang langit malamku tidak selebay ini. Lalu kenapa malah berbanding seratus delapan puluh derajat? ~batin Rose menatap Azka tanpa berkedip.

Lamunan Rose memberikan Azka ide gila. Tiba-tiba saja mendekati wajah cantik dengan bibir merah alami yang terlihat sangat menggoda, dan satu pendaratan sempurna. Disambut bola mata yang membulat sempurna.

"Manis sekali bibirmu," ucap Azka dan berlalu meninggalkan Rose yang terdiam di tempat.

"Apa dia baru saja mencuri ciuman pertamaku?" tanya Rose pada dirinya sendiri.

Azka yang mendengar perkataan Rose bersorak di dalam hati. Namun, tidak dengan Rose yang tersadar dan mengumpulkan rasa kesalnya.

"HEY MESUM!" seru Rose.

Azka menutup telinganya. Bukan karena merasa bersalah, tetapi ia ingin wanita yang telah mencuri hatinya semakin mengejarnya. Yah, meskipun dengan amarah sekalipun. Ia siap menanggung setiap konsekuensi karena jatuh cinta pada pandangan pertama. Sementara itu, Rose melemparkan pulpen merah ke sudut, lalu mengejar sang pencuri kiss first yang selama ini di jaga baik-baik.

Azka membuka pintu kedua. Dimana kamar mewah dengan ranjang king size premium berselimut bad cover biru tua menggembung. Di sisi lain ada jendela kaca dengan tertutup tirai putih memanjang. Perabotan kualitas terbaik dengan fasilitas yang lengkap. Sudah pasti kamarnya menjadi kamar terbaik di hotel Grand Moon.

Langkah menggebu-gebu Rose harus terhenti. Ketika dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan betapa kehidupan targetnya bak pangeran Inggris. Super mewah dan tidak ada kata yang keluar selain *wow*.

Rose, sadar! Dia itu tiket emas mu. Haduh, kenapa jadi begini, ya? Niat hati meringkus. Justru aku yang terjebak disini, tapi tak apa. Berteman dengan musuh, tidak ada salahnya. Iya, kan?~batin Rose menyembunyikan senyuman nakalnya.

Sementara Azka yang melihat wajah polos Rose. Rasanya ingin sekali mengurung wanita itu agar tetap bersamanya. Tetapi ia masih waras untuk menahan diri, sedangkan yang ditatap berpura-pura menundukkan kepala karena malu.

"Kenapa menunduk?" tanya Azka berjalan menghampiri Rose.

Rose berjalan mundur setiap kali langkah Azka mendekatinya, hingga tubuhnya tak bisa lagi mencari jalan lain karena terbentur dinding penghalang. Tatapan mata menuntut pria yang kini berdiri di depannya, membuat wanita itu tersenyum tipis.

Ketika Azka berniat merengkuh pinggang Rose untuk membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Hal tak terduga mengejutkan dirinya. Satu pijakan kuat, membuat kaki kirinya berdenyut. Bukan hanya itu saja, karena di saat yang sama tubuh terhuyung kebelakang dan jatuh menyapa lantai yang dingin.

"SKAKMAT! Hadiahku untuk pria MESUM seperti mu," kata Rose dengan menjulurkan lidahnya, setelah berhasil menginjak kaki Azka lalu mendorong tubuh pria itu hingga jatuh terjerembab.

"Wanita licik, tapi aku suka," gumam Azka lirih, membuat Rose menaikkan satu alisnya.

"Awas, ya. Jangan macem-macem denganku," tegur Rose memperingatkan Azka dengan acungan jari lentiknya.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

ku mampir lgi kk.

2023-02-23

0

Seuntai Mimpi

Seuntai Mimpi

belum semacem loh, Rose. 🙄

2023-01-12

1

Seuntai Mimpi

Seuntai Mimpi

makanya kenalan dulu, biar semakin sayang 🤣🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-01-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!