"Awas, ya. Jangan macem-macem denganku," tegur Rose memperingatkan Azka dengan acungan jari lentiknya.
Peringatan Rose terdengar begitu manis di telinga Azka. Pria yang harusnya merasakan sakit karena jatuh. Justru tersenyum sumringah dengan tatapan mendamba ke arah wanita yang kini berjalan menjauh darinya. Sementara itu, yang ditatap menelusuri seluruh sudut kamar dengan tatapan mata takjub.
"Apa kamu suka dengan kamarku?" tanya Azka seraya bangun menjauh dari dinginnya lantai.
Pertanyaan yang jelas, tetapi diabaikan wanitanya. Sontak saja Azka berjalan menghampiri Rose. Bukan untuk merasakan bantingan tubuh. Namun, untuk memberikan touring dadakan pada tamu istimewa. Tanpa permisi, ia menggandeng tangan Rose. Lalu tangan satunya menjentikkan jari.
Suara dinding bergeser dengan perlahan menunjukkan sebuah pemandangan yang jauh lebih indah. Tatapan mata Rose semakin takjub, membuat Azka tersenyum puas. Ternyata kemewahan dan seleranya ada juga yang suka. Yah itu yang ada di pikirannya, tapi siapa yang tahu isi pikiran Rose?
"Bagaimana bisa semua keindahan menjadi satu tempat? Hutan, lautan dan juga daratan. Apa itu replika?" tanya Rose melepaskan tangan Azka, lalu berjalan menghampiri dinding kaca di depannya.
Sebuah ruangan dengan semua element di desain sedemikian rupa hingga membentuk sebuah wilayah dengan daratan yang memiliki pegunungan serta lautan di bawahnya. Benar-benar seni tingkat tinggi karena di depannya bukan sebuah lukisan. Kekaguman Rose membawa Azka pada tingkat kepercayaan semakin tinggi.
"Keindahan itu tak seindah dirimu. Senyumanmu bahkan bisa melumerkan hatiku...," kata Azka dengan kerlingan mata nakalnya.
Rose mencebikkan bibir, "Tuan mesum, Aku gak peduli soal dirimu. Lagian mau sampai kapan, kamu menahan diriku di sini? Apalagi hanya berdua dengan pria asing sepertimu."
"Bagaimana, jika sampai aku bosan denganmu?" tanya Azka serius, meskipun sebenarnya menahan diri untuk tidak tersenyum.
"Boleh saja," Rose menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu melipat kedua tangannya di depan dada, "Mau kuburan atau rumah sakit?"
"Benarkah? Apa yang bisa kamu lakukan dengan tangan mulusmu itu?" tanya Azka berjalan mendekati Rose dengan wajah tenang.
Pergerakan Azka di sambut hangat Rose. Wanita itu juga melangkah maju, hingga keduanya berhadapan dengan jarak setengah meter. Bukannya gugup, seketika ia menarik tubuh sang pria mendekati wajahnya. Tatapan mata kembali terpatri. Perlahan, tapi pasti. Tatapan itu semakin dalam, hingga satu pukulan telak terasa menyentuh perut Azka.
"Auuw...,"
"Mau lagi?" tanya Rose melepaskan tangannya dari kerah kemeja Azka, setelah memberikan sikutan lutut ke perut pria yang berani menggodanya.
Azka meringis. Namun, ia tak mau kalah. Disaat Rose hampir berbalik, tangannya dengan cepat merengkuh pinggang wanita itu hingga tubuh keduanya saling berhimpitan.
"Tuan mesum, lepaskan!" bentak Rose berusaha melepaskan kuncian tangan Azka.
Azka tak menggubris permintaan wanita itu. Smirk yang terpantul ke kaca di depan sana, membuat Rose bergidik. Sudah jelas ada pikiran buruk dari bintang langit malamnya. Benar saja hembusan nafas hangat menerpa leher jenjangnya.
Azka membiarkan Rose tersiksa dengan tiupan hangat dari bibirnya. Aroma mint menguar menyebarkan sensasi dingin. Bulu-bulu halus merem@ng, hingga sentuhan lembut bibir perlahan mendarat merasakan lembut dan wangi kulit sang wanita.
"Aroma mu memabukkan," bisik Azka, membuat Rose mengeliat berusaha melepaskan diri.
"Please lepasin, aku...," pinta Rose dengan serak karena tidak bisa menahan gelenyar aneh yang menyebar di dalam tubuhnya.
Reaksi Rose, membuat Azka semakin menikmati memberikan permainannya. Sentuhan demi sentuhan ia berikan. Perlahan kuncian tangan terlepas, mengubah posisi keduanya saling berhadapan. Bibir menggoda dengan warna merah muda alami kini dikuasai Azka. Pagutan yang menuntut membangkitkan hasrat yang terpendam.
Ntah apa yang merasuki keduanya. Tubuh yang semula tertutup rapat. Satu persatu terlepas tanpa menyisakan sehelai benang pun. Tubuh indah Rose terpampang sempurna. Begitu juga dengan tubuh kekar Azka yang jelas pasti di idamkan banyak wanita. Sejenak keduanya menghentikan pagutan, tatapan mata berkabut tak bisa berpikir jernih.
"Rose, bolehkah aku memilikimu seutuhnya?" tanya Azka serius dengan tatapan tak terlepas dari mata wanita yang kini ada di bawah kungkungan nya.
Rose mengedipkan mata menyetujui permintaan Azka, "Aku ingin tahu, seberapa mesum dirimu? Apa dengan menghabiskan malam bersamaku. Kamu bisa stay dengan satu wanita saja?"
Pernyataan sekaligus pertanyaan dari Rose seperti sebuah peringatan. Banyak wanita di luar sana, siap mengiba bahkan mengemis hanya untuk bermalam dengan dirinya. Tetapi tatapan mata angkuh dengan senyuman nakal Rose. Jelas tidak sama dengan wanita di luaran sana.
Ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan dengan kata. Apapun yang masih menjadi rahasia seakan tak ingin diabaikan. Persetujuan Rose, membuat Azka menghadiahi kening wanita itu dengan kecupan hangat. Kecupan yang tulus tanpa niat buruk.
"I'll stay with you, Rose," bisik Azka ditelinga Rose setelah memberikan kecupan kening.
Rose melingkarkan kedua tangannya di punggung Azka, "So, do it, Boy!"
Perlahan Azka memberikan sentuhan cinta dengan tanda merah di leher jenjang wanitanya. Sentuhan demi sentuhan memulai penjelajah. Bibirnya sibuk memberikan stempel kepemilikan, begitu juga dengan tangannya ikut berkelana memainkan squash kenyal yang memberikan kenikmatan untuk Rose.
"Emmmmpptt... Aa@ahhh.... "
Des@han lolos dari bibir Rose, membuat Azka semakin bergerak liar. Tubuh putih berubah menjadi jejak merah. Perjalanan semakin menurun hingga aroma memabukkan lainnya tercium, lembah gua yang mulus tanpa dedaunan menambah kabut di mata pria itu. Kenikmatan dunia tak lagi terelakkan.
Setiap sentuhan Azka, membuat Rose mendes@h tanpa henti. Namun, di saat siap mencapai awal penyatuan. Tiba-tiba saja, pria itu berhenti dengan tatapan menyesal, ia tak bisa meneruskan permainan.
"Hey, kamu kenapa?" tanya Rose membalas tatapan Azka yang menatapnya dengan penyesalan.
"Maaf, tidak seharusnya aku merenggut yang bukan milikku," kata Azka dengan ucapan lembut seraya mengusap pipi Rose.
Rose tersenyum, sekarang dirinya tahu. Pria itu tak se brengsek yang selama ini ia dengar. Namun, lihat posisi sekarang. Keduanya sudah terlanjur menikmati satu sama lain. Sebuah ide gila melintas di benaknya menghadirkan senyuman manis. Azka yang melihat itu bisa merasakan aura dingin dari tubuh wanita yang membuatnya jatuh cinta dalam pandangan pertama.
"Apa yang kamu pikirkan, Rose?" tanya Azka tanpa mengalihkan tatapan matanya.
Rose hanya tersenyum, tanpa memberikan jawaban. Tetapi tangannya menarik tubuh Azka yang sontak langsung jatuh ke tubuhnya sendiri.
"Nikmati malam ini, kita bisa menikah esok."
Bisikan Rose seperti angin segar bagi Azka. Pria itu berniat menjawab, tapi bibirnya langsung dibungkam dengan kecupan hangat wanitanya. Pergul@tan panas kembali mengalir seperti aliran listrik. Tak ada lagi penghalang untuk melakukan penyatuan. Suara des@han terdengar memenuhi seluruh kamar, hingga di saat ular naga yang tegak berdiri mencoba membobol lembah gua yang sempit.
Wajah Rose terlihat menahan sakit. Melihat itu, Azka memberikan usapan lembut di punggung wanitanya dengan sentuhan bibir tanpa tuntutan. Disaat sudah kembali relax, barulah satu hentakan ia lakukan. Rasa hangat yang mengalir di sela-sela ular naga nya, menyadarkan bahwa wanita yang ia jamah masih perawan.
"Ouh $h!!t," gumam Azka merutuki kebodohannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Seuntai Mimpi
awas sampe gak tanggung jawab 😒
2023-01-12
1
Seuntai Mimpi
meremehkan wanita 😒
2023-01-12
1