B_S_T. Part 3

Tampak seorang Wanita paruh baya mondar mandir layaknya setrika, entah sudah berapa lama Wanita itu melakukan itu, telapak tangan sudah berkeringat, dirinya tak bisa tenang hingga tak bisa diam.

"Dimana kamu Dilla...!?". Pandangan nya terus menuju halaman rumah, sejak tadi ia tak melihat Putrinya, meskipun ia tahu kemana pergi nya Dilla.

Disitulah rasa cemas yang sangat berlebihan terus di rasakan Mayang, hingga tak berapa lama orang di tunggu pun akhirnya nya muncul, Wanita itu sampai berlari menghampiri Dilla.

"Kau tidak apa nak.." Mayang terus memutar balik kan tubuh Dilla, ia mengecek secara menyeluruh, tak ada luka sedikitpun, Akhirnya Mayang bisa bernapas lega.

"Dilla tidak apa Bu...". Dilla langsung merengkuh tubuh Ibu nya dengan erat, ia sangat tahu bahwa Mayang sangat mencemaskan dirinya. "Ayuk Bu kita tak ada waktu lagi".

Dilla, langsung saja mmenarik Ibunya masuk ke dalam Rumah "Kita harus cepat pergi dari sini.. ". Ucap Dilla tergesa.

"Katakan ada apa.. Dilla..!?". Mayang langsung menghentikan langkah nya dan menatap wajah Putrinya.

"Dilla akan ceritakan kan nanti, lebih baik kita bergegas sebelum mereka datang". Dia kembali menarik lengan Ibunya untuk cepat mengikuti.

Mayang masih penasaran dengan apa yang terjadi, ya ia tahu Putri nya ke rumah rentenir untuk melunasi hutang, tapi saat pulang ia melihat gelagat Putrinya sangat aneh. "Kita mau kemana...!?".

2 ransel berukuran besar sudah di tangan Putrinya,ia tak tahu sejak kapan Dilla menyiapkan itu. "Pergi dari rumah ini Bu, kita harus bergegas...".

Dari semalam Dilla sudah mengemasi semua keperluan nya, tampa sepengetahuan Mayang, namun ini di luar rencana nya, tadi nya setelah membayar hutang ia akan menceritakan pada Ibunya perihal apa yang terjadi.

Rumah berserta isinya sudah ia jual, dengan harga yang lumayan, tentu dengan di bantu seseorang yang berasal dari Ibukota, Hutang pun akhirnya lunas dan beruntung ia masih memiliki sisa untuk bekal di sana.

Tapi meskipun tidak sesuai rencana, tapi itu tak apa meskipun dirinya harus buru - buru meninggal kan Rumah karna kejadian beberapa saat lalu.

"Dilla katakan ini ada apa..." Mayang tampak memaksa Putrinya untuk bercerita, bahkan melepaskan lengan Dilla yang tengah menariknya.

"Kita sedang dalam bahaya, terutama Ibu..." Ya.. meskipun Rentenir itu datang untuk membalas dendam, Dilla bisa masih menghadapi nya meskipun nyawa yang ia taruhkan. lalu bagaimana dengan Mayang .!?.

"Maksudmu..." Dahi Mayang mengkerut tak paham, "Apa kau membuat masalah dengan Tuan Bangbang. ". Tebak Mayang setelah berpikir cukup lama.

"Ya...". Dilla pun mengangguk sebagai jawaban nya.

" Ayuk Bu kita harus pergi dari dari sini, sebelum mereka datang". Dilla kembali menarik lengan Ibunya, dengan terpaksa akhirnya Mayang pun mengikuti.

Dengan sedikit penjelasan dari Putrinya pun Mayang sudah paham, mau tak mau ia akhirnya mengikuti kemana Dilla memandu nya.

Jauh Disana ia bisa melihat 2 tukang ojek motor yang tengah menunggu dan benar saja Dilla membawanya kesana. "Pak kita berangkat sekarang.".

" Baik mbak...". Pria paruh baya tampak mengangguk, namun ia masih menunggu tumpangan nya untuk naik.

" Dilla katakan kita mau kemana". Mayang kembali bertanya.

Dilla menghela nafas panjang, Ibunya sangat sulit untuk memahami dirinya dan terlalu banyak bertanya sedikit kesal dan ingin membuat ibunya nya bungkam, namun Dia akan di cap sebagai Putri durhaka nanti nya. "Ibu naik saja, akan ku ceritakan nanti setelah kita aman".

Akhirnya dengan sedikit paksaan, Mayang menaiki motor, dan kendaraan roda 2 itu sudah melaju. "Pak bisa cepat sedikit, Atau kita akan di tangkap Tuan Bangbang".

"Apa... Tuan Bangbang..." Bapak itu tampak terkejut saat mendengar nama rentenir itu. ada rasa menyesal dirinya memberi tumpang pada Dilla dan juga Mayang. " Baik mbak". iyakan saja toh sudah terlanjur, laju motor pun sudah melaju sangat cepat.

Tujuan mereka adalah Terminal kota, perjalanan di tempuh cukup lama setidak nya 40 menit dengan motor mereka baru tiba, maklum tempat tinggal mereka di Fasilitasi jalan yang jelek.

" Ini pak..." Dilla memberikan 4 lembar uang berwarna merah pada orang yang sudah berjasa mengantar dirinya dan juga Mayang.

Cukup besar memang tapi itu sepadan dengan nyawa yang harus di pertaruhkan, merak melaju cukup cepat tadi sampai orang - orang dari Tuan Bangbang pun tak mampu mengejar.

"Makasih mbak, Hati - hati di jalan". Jawab 2 tukang ojek itu bergiliran.

Terlihat kedua motor itu sudah melaju, Dilla mengangkat tas dan ia gendong di punggung, langsung saja menarik lengan Ibunya untuk mengikuti.

"Itu Bis kita.." Tunjuk nya saat melihat kumpulan bis yang berada di satu tempat. Mayang sampai mengedarkan pandangan untuk melihat bis mana yang akan mereka tuju.

" Kita akan ke Ibukota.." Mayang cukup terkejut dan berhenti di ambang pintu, sementa Dilla dirinya sudah ada di dalam Bis.

" Masuk Bu". Ajak Dilla lagi. tampak Mayang diam mematung, dirinya begitu enggan memasuki bis, lagi - lagi ia ditarik oleh Putrinya.

"Apa kita akan ke Ibukota". Tanya Mayang. dirinya sudah duduk di antara puluhan kursi yang ada di dalam bis.

"Iya Bu... kita akan ke Ibukota dan memulai kehidupan baru kita disana".

" Lalu bagaimana dengan rumah kita yang disana Dilla...!?. Mayang tampak tak setuju apalagi untuk tinggal di Ibukota.

"Ibu dengarkan Dilla, Rumah sudah Dilla jual__"

"Apa... di jual..".Belum sempat Putrinya menjelaskan, Mayang sudah memotong ucapan Dilla.

" Dengarkan Dilla dulu Bu___".

"Dengerin apa Dilla, kamu menjual Rumah Tampa berdiskusi dulu dengan Ibu". Lagi lagi Mayang memotong ucapan Dilla bahkan intonasi sudah naik satu oktaf, para penumpang lain sampai melihat ke arah keduanya.

Dilla merasakan ada tatapan dari para penumpang pasti mereka akan berburuk sangka, Dilla tak peduli, mereka tahu apa, yang merasakan adalah dirinya dan paling menderita adalah Ibunya. bukan mereka.

Ia tahu dirinya memang salah, mengambil langkah tanpa berdiskusi, Ia tahu ibunya sangat keras kepala seperti dirinya. "Apa Ibu lebih suka menikah dengan Tuan Bangbang dari pada pergi dari tempat itu, apa Ibu lebih Suka melihat Putri ibu juga terus di aniaya... Begitu ...!". Dilla terpaksa memojokkan Mayang.

Hanya dengan cara seperti itulah ia mengendalikan situasi, ibu nya terlihat marah saat mendengar rumah sudah dijual, Tapi dirinya terpaksa melakukan itu.

"Apa itu yang Ibu ingin kan...!?".

Terpopuler

Comments

🌿🌹Evie Kyut🌹🌿

🌿🌹Evie Kyut🌹🌿

Suka bangett

2023-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!