Disebuah butik bernama Nurreen Muslimah Wedding Dress, seorang gadis remaja sedang sibuk menjahit kain putih yang sudah berpola gamis dengan teliti.
Ya, gadis itu adalah Jizah. Di usianya yang baru berusia 15 tahun, ia sudah memulai usaha gaun pernikahan muslimah hasil rancangannya sendiri. Sudah banyak pasangan yang mempercayakan pakaian hari spesial mereka di butik Jizah. Bahkan, para customer nya tidak sedikit yang dari luar pulau.
Selain kesibukannya sebagai seorang pelajar dan seorang desainer, ia juga seorang manager dari SSB yang berada di kotanya.
Setiap pulang sekolah Jizah selalu menyempatkan waktu kelapangan untuk sekedar mengecek dan memantau atau terkadang ikut bermain sepakbola bersama laki-laki lainnya. Tapi, ia selalu ingat batasan antara laki-laki dan perempuan. Berada di butik hanya setiap hari Sabtu dan Ahad saja, atau bila ada satu hal yang penting.
Keseringannya bersama laki-laki di lapangan, membuat tak sedikit dari mereka menaruh rasa terhadapnya dan ia hanya menanggapinya dengan senyum. Tapi ada seorang laki-laki yang begitu dekat dengannya, ia bernama Riandi. Mereka berteman baik. Laki-laki lain yang bisa membuat seorang Jizah merasa nyaman selain keluarganya.
..._____________...
Siang itu, Jizah baru saja selesai makan siang disalah satu kafe di Tangerang bersama empat orang temannya.
Riska, satu-satunya wanita yang merangkap jabatan sebagai seorang sahabat dan juga partner kerja. Ketiga orang lainnya adalah laki-laki, Riandi, Bagus dan Rendy. Rendy adalah sepupunya.
"Ku sama Riska mau pergi ke toko buku, kalian mau ikut atau mau pulang duluan?" tanya Jizah
"Gua langsung pulang aja deh, pr sekolah belom kelar dikerjain." Sahut Bagus
"Kebiasaan buruk luh tolong ilangin lah, kayak gua gitu yang mengerjakan tugas tepat waktu." Ucap Rendy membanggakan diri
"Ck, kebetulan aja itu mah." Ucap Riska menyahuti ucapan Rendy
Keduanya selalu seperti itu, bagaikan tom and Jerry – tidak pernah akur.
"Yailah sensi amat si luh." ucap Rendy
"Udahlah, gua cabut. Assalamualaikum," pamit Bagus yang sudah terlalu bosan mendengar keributan antara Riska dan Rendy
"Waalaikumsalam warahmatullahi."
Kini tinggallah mereka berempat. Riandi tersenyum mengangkat kedua pundaknya.
"Ayo kita berempat ke toko bukunya. Ku takut ada apa-apa nanti, sama kalian berdua." ujar Riandi
"Kak, sama kakak aja deh jadi kita bertiga ke toko bukunya. Jangan ngajak si kucrut nyebelin ini." ucap Riska melirik Rendy yang berada disebelahnya
"Ngapa sih luh? ngatur-ngatur orang, terserah gua mau ikut apa enggak. Lagian kan gua dikasih amanah sama Abah buat jagain Jizah, bukan eluh." Balas sinis Rendy
"Masya Allah, udah deh kita langsung pulang aja. Beli bukunya lain kali aja." ujar Jizah kesal dan berlalu meninggalkan mereka
...____________...
5 tahun berlalu, begitu banyak hal telah terjadi. Kedekatan Jizah dengan Riandi kini perlahan menjauh. Sebuah hubungan yang tidak memiliki kejelasan pasti—hanya sebatas teman, tidak lebih.
Jizah, Hadi dan Rendy kini sedang berada di Yogyakarta. Mereka datang ke salah satu universitas yang berada disana untuk mengisi seminar. Dan ada beberapa masjid yang mengundang mereka mengisi tausiyah akbar.
"Zah, nih bocah satu aneh banget. Masa tiba-tiba mau nyusul kita kesini." Ucap Rendy menunjukkan bukti chat nya dengan Bagus
"Ya udah sih Ren, mungkin dia ada pekerjaan juga disini." Ucap Hadi dan diangguki oleh Jizah
Sepulang dari Yogyakarta tiga hari lalu, Jizah masih memikirkan apa yang terjadi disana soal pernyataan laki-laki tersebut.
...
Jizah, Hadi, Rendy dan Bagus sedang duduk di sebuah cafe untuk sekedar berbincang. Tiba-tiba, Bagus mengutarakan sesuatu dengan serius.
"Zah, gua punya temen nih, dia mau kenalan sama luh. Namanya Aldi, keknya luh kenal dia deh." Ucap Bagus
"Aldi? Ku kenal? tunggu," Jizah mencoba mengingat. "Aldi pemain volley itu?" Tanya Jizah
"Nah itu luh tau, boleh nggak dia kenalan sama loh lebih deket lagi? tanya Bagus melihat ekspresi wajah Jizah yang menunduk
"Zah, loh harus hati-hati kalo mau kenalan sama orang, jangan sembarangan." Ujar Rendy yang di angguki oleh Hadi.
Sebenarnya Rendy sudah lama menaruh hati kepada Jizah, namun segera ditepis perasaannya karena Jizah dan dirinya saudara sepupu. Kini yang bisa ia lakukan hanya menyayangi serta menjaga Jizah dari sembarang laki-laki.
Bagus berdecak, "Emang gua pernah ngenalin orang jahat ke luh-luh pada?" kesal Bagus dan Rendy hanya memutar matanya malas
"Kalau mau kenalan ya kenalan aja, asal niatannya baik dan kalian disini temani aku, yang paling penting lagi bang Hadi bolehin." Ujar Jizah melirik Hadi
" Iya, nggak apa-apa." Ucap Hadi tersenyum
"Oke, kalo gitu sekarang aja gua chat dia buat kesini nggak papa kan?" tanya Bagus melirik mereka
"Harus sekarang juga? emang dia tinggal disini?" tanya Rendy
"Iya, nggak jauh dari sini kok."
...__________...
30 menit berlalu, seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Jantungnya berdebar, ketika seseorang yang ia kagumi kini berada didekatnya.
"Assalamualaikum, maaf ya udah buat kalian nunggu lama." ucapnya sedikit gugup
"Waalaikumsalam warahmatullahi." Mereka melihat laki-laki yang baru tiba itu
"Silakan duduk." Ucap Hadi dan langsung diangguki
"Luh mau pesen minum apa Al?" tanya Bagus
"Apa aja." Jawabnya
Selama laki-laki itu benar-benar menghabiskan minumannya. Tidak ada obrolan sedikitpun. Jizah sibuk membalas chat dari sahabatnya.
Laki-laki itu bergumam, mencoba menetralkan suasana. "Apa kamu udah kenal aku?" tanyanya pada Jizah masih sibuk dengan handphonenya
"Ann, ada yang bertanya sama kamu." Ucap Hadi, seketika Jizah langsung menaruh handphonenya
"Maaf, kamu bertanya dengan saya?" Cicit Jizah
"iya."
"Tentu saya tahu kamu, karena saya dan keluarga sering melihat pertandingan volley di tv." Ujar Jizah menipiskan senyumnya
Sungguh, jantung Aldi dibuat berdesir tak karuan melihatnya.
"Tapi aku belum mengenalmu lebih jauh."
"Ck, masa sih belum kenal Jizah secara lebih? dia kan seorang motivator, ustadzah, desainer, bahkan seorang manager tim bola lagi." Ujar Rendy sedikit kesal, karena menurutnya laki-laki itu hanya modus saja.
"Ren, dia kan ngomongnya baik-baik. Kamu nggak boleh gitu." Ujar Hadi dan Rendy bungkam seketika
"Bagaimana Zah? tanyanya pada Jizah tanpa memperdulikan Rendy yang berbisik pada Bagus
Jizah terdiam, matanya menatap Hadi agar ia yang menjawabnya.
"Jika kamu berniat mengenal lebih adik saya? maka tanyakanlah pada saya kakaknya yang lebih berhak atas dirinya. Dan jika kamu hanya berbicara dengan menatap adik saya tanpa mempedulikan orang lain yang berada disini? lebih baik tidak usah." Ujar Hadi dengan tegas
"Maafkan saya, kalau seperti itu saya akan menanyakan banyak hal tentang Jizah kepada ustadz dan saya berniat mengajukan CV ta'aruf kepada Abang." Ujarnya dengan jelas dan membuat keempat orang dihadapan nya terkejut
"Loh serius Al? nggak lagi bercanda kan?" tanya Bagus yang masih tak percaya soal pernyataan Aldi
"Insya Allah gua serius dan itupun, jika ustadz mau menerimanya." Ucapnya menatap Aldi
"Dengan senang hati saya terima niat baik kamu tapi..." Hadi menggantungkan ucapannya
"Bukan kamu saja yang mengirimkan CV ta'aruf kepada saya atau Abang saya yang lain, bahkan banyak yang sudah menyampaikannya secara langsung kepada Abah sebagai wali Jizah." Lanjutnya
Aldi hanya tersenyum, karena hatinya merasa yakin bahwa ia diterima.
Sementara, Jizah hanya bisa terdiam mendengar interaksi para laki-laki dihadapannya.
Flashback off
...____________________...
Terima kasih, jangan lupa like, vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
naa itu panggilan jizah ya
2021-01-20
2
ARSY ALFAZZA
👍
2020-10-07
0