Manusia Bunglon

Hanya tinggal aku duduk seorang diri di depan meja yang sebesar ini. Di atasnya masih ada bekas makan semua keluarga tadi yang belum di bereskan. Kembali kulihat kotak hadiah yang tergeletak di meja, hadiah yang tadi Vara berikan padaku. Hatiku tergelitik untuk membukanya.

"Apa sih isinya, bikin penasaran aja. " gumamku, "kenapa musti di buka di kamar sama Pak Adrian?"

"Waah.. jam couple ekslusif ternyata, " aku tau jam itu memanglah ekslusif. Hanya dibuat beberapa pasang saja di dunia.

Aku pernah menginginkannya, tapi waktu itu aku belum memiliki pasangan, jadi aku uring memesannya. Dan sekarang malah dapat hadiah gratisan, haha.

"Cantik, " aku menatap benda yang telah melingkar di pergelangan tanganku.

"Lo masih disini? Eh, maksudku kamu masih disini, Vit?" Aku menoleh, kudapati Aditya mendekat ke arahku.

Kenapa Aditya balik lagi?

" Kok lo balik lagi, Dit?" tanyaku

"Udah sih biasa aja kalo ngobrol ma gue, senyaman lo aja. Nyamannya lo gue, yaudah gitu aja kek biasanya, daripada harus maksain buat aku kamu malah bikin kaku ama canggung'kan? "

"Lo emang paling pengertian, Vit! Tos dulu dong, " Aditya memberikan telapak tangan kanannya padaku.

Aku membalasnya, kami pun ber'tos ria. Setelah nya obrolan-obrolan pun mengalir begitu saja diantara kami. Memang sih aku lebih merasa leluasa ngobrol saat dengan Aditya daripada kakaknya yang terkesan membatasi diri itu.

Aditya ini lebih enjoy, enak lah diajak ngobrol, bebas dan welcome gitu orangnya. Kalau Adrian, lebih ke ya membatasi diri gitu, aku rasa.

"Lo ngapain balik lagi? kata lo tadi ada kegiatan'kan? "

"Gue ngambil nih, " Aditya mengambil kunci mobil dan menunjukkannya padaku.

"Oh, bisa-bisa nya kunci mobil lo ketinggalan. Coba kalau ilang di jalan. Gimana hayo? "

"Udah biasa lagi, " jawab Aditya santai.

"Lawak lo. Kunci mobil ilang lo kata biasa, "

"Ya gitulah.. gue emang suka lupa sama kunci-kunci. Makanya ini gue kasih gantungan gede gini maksudnya biar gak lupa, eh ternyata sama aja, " tutur Aditya.

Cuma kunci hati gue yang ilang yang bikin hati gue masih kekunci rapat sampe saat ini, Vit. Dan parahnya lo gak inget lo taroh dimana.

"Masih muda juga dan pikun lo, " gurauku.

"Iya nih gue, parah ya. Apa gue butuh berobat ya, " Aditya menanggapi gurauan ku dengan seru. Membuatku merasa nyaman.

"Berobat sono lo! Sebelum parah, " ucapku dengan tertawa, karena kami masih dalam keadaan bercanda.

Di tengah guyonanku dengan Aditya, tiba-tiba ada yang menyentuh kedua pundakku dari belakang. Aku menoleh terkejut, rupanya Adrian yang kembali menyusulku.

"Eh, Pak Adrian. Ada yang ketinggalan, Pak? " tanyaku formal seperti saat di kantor.

"Ada, ini, " jawab Adrian sambil mencubit manja janggutku.

Aditya menoleh kearah lain melihat perlakuan Adrian padaku, seolah ia merasa jengah atau cemburu. Tapi untuk apa Aditya cemburu padaku? Gak masuk akal 'kan? Aku ini 'kan kakak iparnya.

"Gue duluan. Sono lanjutin romantis-romantisannya di kamar! Jan lupa lupa pesanan gue ya.. kakak ipar, " seru Aditya yang sudah berjalan usai menyambar kucing mobilnya yang ketinggalan tadi.

"Apa? " tanyaku sedikit berteriak.

"Ponakan yang lucu, " jawabnya sambil mempraktekkan tangannya yang menimang bayi. Lelaki itu lalu tertawa terbahak.

"Sejak kapan kalian akrab? " Adrian bertanya padaku sepeninggal adiknya.

Aku mengerutkan kening mendengar pertanyaan nua, "aku sama Aditya? "

"Siapa lagi? " jawab Adrian mengandung tanya.

"Bukannya tiap kita ketemu pasti bareng-bareng ya, kok kamu bisa nanya kayak gitu? "

Adrian mengangkat bahunya acuh, "ya mungkin kalian sering ketemu di waktu yang lain saat gak bareng-bareng, "

"Kenapa? Kamu cemburu ya.. " tanyaku yang juga langsung menggodanya.

"Nggak, " jawabnya dengan sedikit senyum geli karena mulai ku gelitiki.

"Hayo ngaku..."

"Nggak ada ya cemburu, " kilahnya.

"Terus, kenapa nanya-nanya? "

"Tanya aja, "

"Kalau misal aku yang cemburu, gimana? " kesempatan, pikirku. Mumpung Adrian lagi mode bisa di ajak bicara, aku pancing-pancing terus aja.

Jujur aku sangat merasa curiga antara suamiku dan wanita bernama Vara yang mengaku sepupunya tadi. Tapi kalau dia malah kembali jadi mode manekin gimana? Bodo ah, yang jelas aku mau nanya sama dia.

"Sama siapa? " tanyanya datar.

"Yang kamu khawatirin pas keselek tadi, " aku melihat sedikit perubahan pada wajah Adrian ketika mendengar pertanyaanku.

"Juga, yang ngasih hadiah jam tangan ekslusif ini," aku menunjukkan jam tangan hadiah pemberian dari Vara pada Andrian. Jam tangan yang beberapa saat lalu sudah kupakai pada pergelangan tanganku.

Terkejut, itulah ekspresi yang kutangkap dari raut wajah suamiku.

Kenapa dia seperti melihat hantu saat aku menunjukkan jam tangan ini?

Aneh, benar- benar aneh!

"Itu... " Adrian menunjuk jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

"Iya, ini hadiah dari Vara. Yang tadi dia kasih ke aku. Abisnya aku penasaran banget, jadi langsung aku buka. Ternyata isinya jam ekslusif yang dulu sempet ku pinginin, terus aku pakai aja deh," terangku pada Adrian yang kini wajahnya membeku tanpa ekspresi apapun.

"Lucuk, ya.. " aku tersenyum senang sambil mengamati jam tangan berwarna cream kombinasi gold pada lingkaran nya.

"Oh, ya. Ini punya kamu. Ini kan couple, jadi bisa kita pakai bareng biar serasi. Sini, aku pakein, " ucapku seraya mengambil jam tangan yang memiliki ukuran lebih besar, pertanda jika memanglah jam tersbut khusus untuk laki-laki.

Aku meraih tangannya bermaksud ingin memakai kan jam tangan yang berada di genggaman tanganku pada pergelangan tangannya. Tapi diluar dugaan, ia menghempaskan tanganku dan merebut jam tangan tersebut.

"Kamu kenapa lagi sih? Aneh banget, " sungut ku kesal diperlakukan sedemikian rupa.

"Sory, tapi aku bisa pakai sendiri, "

"Yaudah, bilang aja mau pakai sendiri. Gak usah di rebut juga kali, " aku menyambar ponsel, lalu berbalik arah, memutuskan untuk kembali ke kamar saja daripada terlihat sedang marah di tempat umum, itu hanya akan merusak image ku nantinya.

Aku mendengar suara langkah berlari pelan di belakangku, apa Adrian mengejarku? mustahil!

E eh, tapi itu benar dia. Tangan kanannya yang kini sudah memakai jam couple denganku, menggamit tanganku dan membawa nya kedalam genggaman tangannya yang lebar.

"Tunggu dong, bareng aja kalau mau ke kamar, "

Kenapa lagi dengannya? Apa dia kesambet?

Bentar-bentar dia jutek, lalu tiba-tiba baik kayak gini. Apa dia ini semacam bunglon yang bisa berubah-ubah suasana hatinya semudah itu?

Ah entahlah, yang penting aku senang dia memperlakukan aku manis seperti ini. Aku tersenyum sepanjang jalan kembali ke kamar.

Sekalian saja aku bersandar pada bahunya, membuat iri para pengunjung hotel yang lain dengan kemesraan kami.

Sampai di depan kamar tertinggi di hotel yang kami tempati, ponselnya berdering. Genggaman tangannya terlepas begitu saja, dan ia langsung masuk ke kamar lebih dulu tanpa menoleh lagi padaku.

"Dasar bunglon! "

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

pasti belatung Nangka yg bel

2025-01-13

0

Restviani

Restviani

apa ini artinya...adit mencintai kakak iparnya sendiri?

2023-03-03

1

Om Rudi

Om Rudi

Rudi Adalah Cintaku

2023-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Kau senang? Aku Muak!
2 Siapa Vara?
3 Sandiwara Apa Yang Kau Mainkan?
4 Hadiah Pernikahan
5 Manusia Bunglon
6 Malam Pertama Di Pagi Hari
7 Kekecewaan Mendalam Kavita
8 Kuharap Semua ini Hanyalah Mimpi
9 Apakah Kecurigaanku Benar?
10 Hasil Dekorasi Vara
11 Kenyataan Pahit
12 Bertemu Nadiva
13 Aku Menikahinya atas Kemauanmu
14 Tentang Adrian dan Vara
15 Kado Abstrak Pengalih Perhatian
16 Dinner Bersama-sama
17 Diva Merasa Curiga
18 Pertengkaran di Mobil
19 PENGUMUMAN Cuplikan Novel Apa Salahku, Ibu Mertua?
20 Aku.. Hamil?
21 Diva dan Vero Tersulut Emosi
22 Kecurigaan yang Mendasar
23 Pembelaan Kavita
24 Pertengkaran Adrian dan Vara
25 Permintaan Maaf Adrian
26 Janji Vara dengan Valdo
27 Dokter Valdi?
28 Vita...?
29 Perdebatan Sengit Menantu & Mertua
30 Kisah Kehidupan Vara
31 Healing
32 Penyakit Vara
33 Terbakar Cemburu
34 Operasi Pengangkatan Rahim
35 Terbakar Cemburu 2
36 Fakta Baru
37 Adrian dan Kavita
38 Kesakitan Vara dan Duka Valdo
39 Hari Tenang Vita, Hari Tegang Bagi yang Lainnya.
40 Rencana Valdo
41 Mama Indri Mulai Tau
42 Vara Menghilang
43 Kebahagiaan Kavita
44 Mulai Tanda-Tanda
45 Kavita Mendengarnya
46 Cinta Tak Terdefinisikan
47 Keterpurukan Adrian
48 Kehancuran Adrian Dimulai
49 Luka Hati Adrian Kekecewaan Aditya
50 Aditya Saputra Wijaya
51 Kondisi Kavita dan Sang Buah Hati
52 Identitas Rahasia Aditya
53 Yang Penting Usaha
54 Lampu Hijau dari Vero
55 Kecelakaan Aditya
56 Terpaksa Menolong Aditya
57 Jangan Ambil Anakku!
58 Phobia Aditya
59 Mendengar Tangisannya
60 Keluarga Bahagia?
61 Anak Kavita? Keponakan Gue dong!
62 Curi-curi Kecup
63 Keisengan Diva
64 Kavita? Benarkah Itu Kamu?
65 Bang Adrian!
66 Yang Penting Lo Aman, Vit!
67 Semoga Benar, itu Anda, Nona!
68 Semoga Tidak Ada Yang Ketiga
69 Buka Pintunya!
70 Aksi Dorong Mendorong
71 Ada Yang Mau Melahirkan, Bos!
72 Berpelukan
73 Maafin Aku Ya, Istriku...
74 Tiba di Rumah Sakit
75 Gue Dukung 1000℅
76 Laporan Beno
77 Urgent
78 Uber-uberan
79 Adrian Mengamuk
80 Bak Keluarga Kecil yang Bahagia
81 Kava Saputra Indrawan
82 Impian Mulia Aditya
83 Unek-unek Mama Indri
84 Panggilan Video
85 Ingin Bertemu Cucu
86 Foto Bersama
87 Sudah Kuduga
88 Kavita Masih Ingat
89 Apa yang Terjadi?
90 Ini anakku! Bukan Anak Kita!
91 Adrian VS Valdi
92 Emosi yang Meledak
93 Papi Sama Mami?
94 Dor
95 Kita Sudah Tidak Aman Disini!
96 Tempat Baru
97 Penyesalan Yang Berkelanjutan
98 Ada Apa Dengannya?
99 Apa-apaan Ini?
100 Flashback Kavita
101 Akhirnya Aku Memilih Pergi
102 Terancam Bangkrut
103 Meyakinkan Diri
104 Ayah Bunda
105 Pertemuan Menggemparkan
106 Adrian...!
107 Amarah Papi Wijaya
108 Mulai Terkuak
109 Valdi
110 Soulmate (?)
111 Persidangan yang Tertunda
112 Galau
113 Ketegasan Seorang Ayah
114 Penelusuran Valdi
115 Persidangan ke Dua
116 Akhirnya Aku Memilih Pergi
117 Resmi
118 Persaingan Dimulai!
119 Will You Marry Me?
120 Ada Yang Aneh,
121 Welcome Home
122 Adrian Terpuruk, Aditya Berjuang
123 Makasih Banyak, Valdi
124 Amarah Aditya
125 Aditya
126 Hah.. Terlambat!
127 Kebahagiaan VS Amarah
128 Va-Vara...?
129 Maafin Aku, Adrian...
130 Saranghae, Vit...
131 Jangan ketemu, plis...
132 Draft
133 Jelaskan, Vara!
134 Memberikan Apa?
135 Hingga...
136 Lampu Hijau dari Camer
137 Tamparan Nyata
138 Hari Bersemangat
139 Cengkeraman
140 Gue... Suka Sama Lo, Vit.
141 Drama?
142 Valdi VS Aditya
143 Ke Tempat yang Seharusnya
144 Aditya Memilih Mengalah
145 Menata Masa Depan
146 "Gimana, Vit?"
147 Gimana Kelanjutannya?
148 Menghubungi Papa
149 Pasti Ada Yang Tidak Beres!
150 Ragu
151 Pengakuan Wanita Itu
152 Sah
153 Mata-mata
154 Apa Yang Terjadi?
155 Terkepung
156 Tertembak Lalu Tertangkap
157 Kesedihan Mami Shinta, Kepiluan Kavita
158 Memastikan Adrian Menderita
159 Kesedihan Dan Air Mata
160 Keputusan Papi Wijaya
161 Kabut
162 Reflek
163 Apa Yang Terjadi?
164 Bang Valdi?
165 Happy Ending
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Kau senang? Aku Muak!
2
Siapa Vara?
3
Sandiwara Apa Yang Kau Mainkan?
4
Hadiah Pernikahan
5
Manusia Bunglon
6
Malam Pertama Di Pagi Hari
7
Kekecewaan Mendalam Kavita
8
Kuharap Semua ini Hanyalah Mimpi
9
Apakah Kecurigaanku Benar?
10
Hasil Dekorasi Vara
11
Kenyataan Pahit
12
Bertemu Nadiva
13
Aku Menikahinya atas Kemauanmu
14
Tentang Adrian dan Vara
15
Kado Abstrak Pengalih Perhatian
16
Dinner Bersama-sama
17
Diva Merasa Curiga
18
Pertengkaran di Mobil
19
PENGUMUMAN Cuplikan Novel Apa Salahku, Ibu Mertua?
20
Aku.. Hamil?
21
Diva dan Vero Tersulut Emosi
22
Kecurigaan yang Mendasar
23
Pembelaan Kavita
24
Pertengkaran Adrian dan Vara
25
Permintaan Maaf Adrian
26
Janji Vara dengan Valdo
27
Dokter Valdi?
28
Vita...?
29
Perdebatan Sengit Menantu & Mertua
30
Kisah Kehidupan Vara
31
Healing
32
Penyakit Vara
33
Terbakar Cemburu
34
Operasi Pengangkatan Rahim
35
Terbakar Cemburu 2
36
Fakta Baru
37
Adrian dan Kavita
38
Kesakitan Vara dan Duka Valdo
39
Hari Tenang Vita, Hari Tegang Bagi yang Lainnya.
40
Rencana Valdo
41
Mama Indri Mulai Tau
42
Vara Menghilang
43
Kebahagiaan Kavita
44
Mulai Tanda-Tanda
45
Kavita Mendengarnya
46
Cinta Tak Terdefinisikan
47
Keterpurukan Adrian
48
Kehancuran Adrian Dimulai
49
Luka Hati Adrian Kekecewaan Aditya
50
Aditya Saputra Wijaya
51
Kondisi Kavita dan Sang Buah Hati
52
Identitas Rahasia Aditya
53
Yang Penting Usaha
54
Lampu Hijau dari Vero
55
Kecelakaan Aditya
56
Terpaksa Menolong Aditya
57
Jangan Ambil Anakku!
58
Phobia Aditya
59
Mendengar Tangisannya
60
Keluarga Bahagia?
61
Anak Kavita? Keponakan Gue dong!
62
Curi-curi Kecup
63
Keisengan Diva
64
Kavita? Benarkah Itu Kamu?
65
Bang Adrian!
66
Yang Penting Lo Aman, Vit!
67
Semoga Benar, itu Anda, Nona!
68
Semoga Tidak Ada Yang Ketiga
69
Buka Pintunya!
70
Aksi Dorong Mendorong
71
Ada Yang Mau Melahirkan, Bos!
72
Berpelukan
73
Maafin Aku Ya, Istriku...
74
Tiba di Rumah Sakit
75
Gue Dukung 1000℅
76
Laporan Beno
77
Urgent
78
Uber-uberan
79
Adrian Mengamuk
80
Bak Keluarga Kecil yang Bahagia
81
Kava Saputra Indrawan
82
Impian Mulia Aditya
83
Unek-unek Mama Indri
84
Panggilan Video
85
Ingin Bertemu Cucu
86
Foto Bersama
87
Sudah Kuduga
88
Kavita Masih Ingat
89
Apa yang Terjadi?
90
Ini anakku! Bukan Anak Kita!
91
Adrian VS Valdi
92
Emosi yang Meledak
93
Papi Sama Mami?
94
Dor
95
Kita Sudah Tidak Aman Disini!
96
Tempat Baru
97
Penyesalan Yang Berkelanjutan
98
Ada Apa Dengannya?
99
Apa-apaan Ini?
100
Flashback Kavita
101
Akhirnya Aku Memilih Pergi
102
Terancam Bangkrut
103
Meyakinkan Diri
104
Ayah Bunda
105
Pertemuan Menggemparkan
106
Adrian...!
107
Amarah Papi Wijaya
108
Mulai Terkuak
109
Valdi
110
Soulmate (?)
111
Persidangan yang Tertunda
112
Galau
113
Ketegasan Seorang Ayah
114
Penelusuran Valdi
115
Persidangan ke Dua
116
Akhirnya Aku Memilih Pergi
117
Resmi
118
Persaingan Dimulai!
119
Will You Marry Me?
120
Ada Yang Aneh,
121
Welcome Home
122
Adrian Terpuruk, Aditya Berjuang
123
Makasih Banyak, Valdi
124
Amarah Aditya
125
Aditya
126
Hah.. Terlambat!
127
Kebahagiaan VS Amarah
128
Va-Vara...?
129
Maafin Aku, Adrian...
130
Saranghae, Vit...
131
Jangan ketemu, plis...
132
Draft
133
Jelaskan, Vara!
134
Memberikan Apa?
135
Hingga...
136
Lampu Hijau dari Camer
137
Tamparan Nyata
138
Hari Bersemangat
139
Cengkeraman
140
Gue... Suka Sama Lo, Vit.
141
Drama?
142
Valdi VS Aditya
143
Ke Tempat yang Seharusnya
144
Aditya Memilih Mengalah
145
Menata Masa Depan
146
"Gimana, Vit?"
147
Gimana Kelanjutannya?
148
Menghubungi Papa
149
Pasti Ada Yang Tidak Beres!
150
Ragu
151
Pengakuan Wanita Itu
152
Sah
153
Mata-mata
154
Apa Yang Terjadi?
155
Terkepung
156
Tertembak Lalu Tertangkap
157
Kesedihan Mami Shinta, Kepiluan Kavita
158
Memastikan Adrian Menderita
159
Kesedihan Dan Air Mata
160
Keputusan Papi Wijaya
161
Kabut
162
Reflek
163
Apa Yang Terjadi?
164
Bang Valdi?
165
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!