Akhirnya Aku Memilih Pergi
Bisa menikah dengan lelaki yang kucintai adalah hal yang sangat membahagiakan dalam hidupku. Aku bermimpi dapat membangun sebuah mahligai rumah tangga yang indah dan penuh cinta. Namun semua hanya dalam angan semata, saat aku menyadari tak penah ada cinta dari suamiku untukku.
Namaku Kavita Saputri Indrawan, aku orang yang baik, ramah, manis, itu kata orang. Kataku sih biasa aja. Aku mempunyai bisnis dalam dunia mode, yang sudah ku tekuni sejak kuliah. Tapi aku rela menyamar menjadi seorang karyawan dalam sebuah perusahaan demi mendapatkan perhatian dari seseorang, yang aku sayang.
CEO dari perusahaan Gemilang Jaya, Adrian Saputra Wijaya. Atasan di tempatku bekerja, orangnya ganteng, mapan, baik meski agak kaku. Dia adalah targetku untuk dapat ku tundukkan hatinya agar bisa menjadi pendamping hidupku. Meski itu terdengar seperti mimpi, tapi aku sangat optimis akan hal tersebut.
Semuanya bermula saat aku berada di sebuah pesta di hotel ternama, tepatnya di lantai sembilan. Aku yang sedang mabuk tidak begitu sadar saat tergelincir dan hampir saja terjatuh dari ketinggian beberapa belas meter karena memang posisiku saat itu berada di balkon sedang menikmati pemandangan kota dari atas sana.
Entah apa yang aku fikirkan saat itu, pegangan ku pada pagar besi terlepas dan kakiku tergelincir. Rasanya aku sudah pasrah jika harus mati saat itu juga. Tetapi secercah harapan kembali hadir saat aku merasakan ada yang memegangi tanganku erat.
"Pegang tanganku yang erat, jangan takut! Aku akan menarikmu ke atas, " ucapnya kala itu.
Bagaikan superhero, dia datang di waktu yang tepat. Dia berhasil menyelamatkan dengan menarikku sekuat tenaga hingga aku kembali berhasil mendarat di balkon dengan selamat.
Aku yang masih mabuk dan tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku kembali limbung dan jatuh ke pelukannya, sangat nyaman aku rasakan. Wanginya yang maskulin, tubuhnya yang tegap dan tinggi, menangkap dan merengkuh tubuh rampingku ke dalam pelukannya.
Lelaki impianku, sejak saat itu aku menetapkan dirinya sebagai lelaki idamanku. Aku yang ambisius dan merasa harus bisa mendapatkan dirinya, seperti aku mendapatkan semua yang aku impikan sejak kecil. Semua dapat aku raih dengan kerja keras dan kegigihanku.
Dengan lembut ia menyerahkan ku kepada Nadiva temanku untuk dibawa pulang karena aku sudah sangat mabuk katanya. Dari Nadiva pula aku tau namanya Adrian, dan merupakan CEO dari salah satu perusahaan.
"Gue harus kerja disana, " ucapku saat sampai di rumah.
Diva mengernyit, "maksud lo? "
"Ya, gue harus bisa deket sama si Adrian itu. Kata lo, dia single kan? Jadi gak masalah dong kalau gue deketin dia, " aku menaik turunkan alis saat bicara pada Diva.
"Lo bukannya mabuk ya? Kok bisa-bisanya sih lo sesadar ini sekarang? " heran Diva.
"Ya gaklah! Mana mungkin gue mabuk kalo cuma minum anggur se gelas doang, " balas ku.
"Terus, tadi itu berarti lo sadar pas mau jatoh dari balkon? "
Aku mengangguk mengiyakan, "he'em, "
"Lo bener-bener gila ya, Vit! Kok lo bisa seyakin itu kalau dia bakal nyelametin lo disaat yang tepat? Kalau gak gimana coba? Udah mampus duluan lo sebelum pedekate ma Adrian, " sembur Diva yang merasa gemas padaku.
Aku memamerkan deretan gigiku, "hehe.. sori, Div, "
"Sebenernya sih, gue juga gak yakin kalau dia bakal nyelametin gue. Tadinya bukan dia target gue, " lanjut ku terus terang.
"Lah, terus siapa?"
"Papa, " jawabku sendu.
"Om Indrawan? " tebak Nadiva.
Aku mengangguk lesu, "iya, siapa lagi? "
"Lo tadi juga liat kan dia gak nganggep gue, padahal posisi kita deket, " ucapku lagi.
"Om Indra masih marah ya sama lo gara-gara waktu itu? "
"Iya, "
"Yang sabar ya, Vit.. moga aja Om Indra bisa segera maafin lo, dan kalian bisa deket kayak dulu lagi, " hibur Diva.
"Semoga aja ya, Div, " balas ku. Kemudian kami sama-sama mengistirahatkan mata dan tubuh yang lelah.
***
"Papa bakal maafin kamu, kalau kamu mau menikah dengan Adrian. CEO dari perusahaan Gemilang Jaya, " ucap papaku suatu pagi.
Aku yang sedang makan dengan khidmat mendongakkan kepala, kaget.
"Uhuk, uhuk.. " aku tersedak saking kagetnya.
Itu perkataan perkataan pertama papa setelah ia mendiamkan ku sebulan lamanya.
"Minum dulu, Nak.. " mama menyodorkan se gelas air putih padaku.
"Papa, bisa kan ngomongnya nanti dulu, tuhkan Vita jadi keselek gara-gara kaget denger omongan papa, " tegur mama pada papa.
Papa mendengus, "papa sibuk, abis ini langsung mau berangkat kerja. Karena kalau bukan papa sendiri yang menjalankan perusahaan, siapa lagi, " ucap papa yang bermaksud menyindir ku.
"Pa.. jangan mulai deh, " tegur mama lagi.
Aku mengabaikan sindiran papa yang sudah biasa aku dengar, lalu lebih memilih bertanya tentang poin utama yang papa ucapkan padaku.
"Maksud papa, disuruh nikah sama Adrian CEO perusahaan Gemilang Jaya itu?, " tanyaku.
Papa mengangguk, "iya, "
"Yang orangnya, ganteng, gagah, tinggi,"
" Iya, "
"Yang kayak papa itu? " tanyaku lagi.
Papa menaikkan sebelah alisnya, "emang ada yang gantengnya kayak papa? " tanya papa dengan sombongnya.
"Iya-iya, papaku yang paling ganteng sedunia yang gak akan ada tandingannya, " jawabku mengalah yang sebenarnya aku merasa sangat senang karena papa bisa kembali seperti dulu, sebelum beliau marah padaku.
Mama pun ikut tersenyum lega melihat tembok es antara papa dan aku mulai mencair.
"Kamu mau menikah dengannya, atau mau papa kembali marah? "
"Aku? Ya jelas maulah.. diakan superhero ku! "
"Superhero? " tanya mama dan Kavero bersamaan.
Vero adalah adikku yang terpaut enam tahun dariku. Dia masih kuliah semester awal. Dan karena dia juga aku bisa dengan santainya menolak saat papa menyuruhku meneruskan perusahaannya, dengan dalih agar Vero yang melanjutkan, sedangkan aku pada ambisiku sendiri, yakni membangun dunia mode.
Mama dan Vero belum tau kisah pertemuan ku dengan Adrian, aku atau papa pun belum sempat untuk menceritakan pada mereka, sampai pada papa memberikan pernyataan mengejutkan seisi rumah. Aku harus menikah dengan Adrian.
"Ada deh.. " jawabku dan papa kompak.
Lalu kami tos dan tertawa bersama, sedangkan mama dan Vero saling padang dengan kekepoan mereka.
Berbekal perintah papa, juga perasaan cintaku yang menggebu pada sosok lelaki penyelamatku. Aku bersedia menikah dengan Adrian, jangan tanya lagi bagaimana perasaanku, yang jelas aku sangat bahagia dapat bersanding dengan lelaki yang ku kejar selama berbulan ini.
Pernikahan besar pun dilaksanakan, gedung hotel berbintang yang disulap begitu indah, gaun yang ku kenakan sangat mewah hasil rancangan ku sendiri, membaur dengan begitu indah dengan dekorasi yang menawan bernuansa gold and white.
Kami tampak bahagia seperti sepasang pengantin pada umumnya yang telah merajut kasih lama. Senyumnya mengembang sempurna membuatku semakin jatuh cinta. Semua orang bersuka cita dengan pernikahan kami.
Usai acara, kami berdua memasuki president suit room yang merupakan kamar pengantin kami. Ruangan tersebut sudah di hias sangat indah, harum bunga-bunga menyapa Indra penciuman kami saat baru saja memasukinya.
Adrian membawaku ke kamar dengan menggendong ku ala bridal dari hadapan semua orang. Aku tersanjung dengan perlakuannya. Bagitu kami tiba di dalam kamar, ia melemparkanku dengan sedikit kasar diatas kasur yang penuh dengan kelopak mawar.
"Kenapa? "
Aku merasa agak janggal, meski begitu aku tetap tersenyum ke arahnya.
"Kau senang? Aku muak!" ucapnya dengan nada rendah tapi penuh penekanan. Kemudian ia berlalu ke kamar mandi.
Deg.
Apa ini sebenarnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Kavita, cerita mu mengagetkan ku. Di awal aja dah bikin dag dig dug...
Nadiva?🤭 Jadi ingat sama si cerewet ku ternyata ada juga di sini.
Semoga samawa ya Kavita... 🤲🏻 aamiin...
2024-01-01
0
Anita
bagus, karena pertemuan yang tidak sengaja, jadi target berat dan harus mendapatkan nya, siip dapatkan apa yang kau Inginkan
2023-08-07
0
Putri Minwa
sedih juga ceritanya thor
2023-07-17
0