Usai Adrian keluar dari kamar mandi, dia tak mengucap sepatah katapun. Begitupun setelah aku selesai mandi juga, dan memakai gaun tidur terbukaku yang sudah disediakan di dalam almari hotel.
Dia tak melirikku sama sekali meskipun penampilanku sudah sangat cantik, seksi dan menggoda. Dia tak tidur di sofa ataupun menyuruhku untuk pindah ke sofa jika memang dia tak ingin berbagi ranjang denganku seperti cerita dalam novel yang sering kubaca.
Tapi kenapa dia mendadak berubah menjadi dingin seperti ini padaku? Atau, ini hanya perasaanku saja?
"Mungkin dia sedang merasa lelah, atau masih merasa canggung denganku. Aku saja yang terlalu bersemangat karena terlalu bahagia," begitu aku mensugestikan diriku.
"Emm, Pak Adrian capek ya? Mau aku pijitin? " tanyaku padanya yang sudah berbaring dan sedang mengutak-atik ponselnya.
Dia diam tak menjawab satu huruf pun, iya, atau hem, atau apalah itu.
Aku mencoba bertanya lagi, "atau, Bapak haus? Apa laper mungkin? Biar saya pesenin, " tawar ku.
Hening.
Aku bingung harus bagaimana lagi, akupun merasa sangat lelah karena acara resepsi hari ini yang sebagian banyak berdiri. Apalagi beberapa hari ini aku memforsir diriku untuk mempersiapkan pernikahan kami.
"Ah, mungkin dia memang masih sangat canggung padaku, kita kan memang belum se'akrab itu ya. Hihihi, sok kenal sok deket deh aku, " lagi, aku menenangkan diri sendiri.
Aku beringsut mendekat padanya, meskipun jantungku dag dig dug tak menentu. Namun, perasaan bahagia yang membuncah membuatku ingin memeluknya erat, menciumnya, bahkan rasanya aku ingin bercinta dengannya.
Ini adalah pertama kalinya aku merasakan tergila-gila dengan makhluk yang namanya laki-laki. Hingga dua puluh lima tahun selama aku hidup, aku tak pernah merasakan bagaimana rsanya itu jatuh cinta, menahan beratnya rindu, memeluk, apalagi mencium laki-laki. Karena selama ini aku hanya berfokus pada target-target yang menjadi ambisiku.
Sampai pada pertemuanku dengan Adrian malam itu, itulah pertama kalinya aku merasakan genggaman tangan laki-laki selain papa dan Kavero adikku. Aku merasakan pelukan laki-laki selain papa dan adikku. Dan aku, jatuh cinta pada pandangan pertama.
Itulah kenapa aku dengan kepribadianku yang ambisius, merasa sangat ingin mendapatkannya, memilikinya, dan mendekapnya dalam kehangatan cinta yang ku punya.
Ah, indahnya jatuh cinta..
"Pak Adrian.. eh, baiknya aku panggil apa ya? Menurut kamu, bagusnya apa?" pancingku.
Senyap, dia masih fokus pada ponselnya.
Aku tak berani mengintip, karena itu mungkin privasinya, dan aku sangat menghargai itu. Aku pun juga masih menjaga privasi hingga saat ini, karena memang kami belumlah se'intim itu selama ini. Hanya baru beberapa kali berbincang, tapi selama pertemuan itu, dia sangat hangat dan bersikap baik, juga sopan padaku.
Apa saat ini dia sedang mengerjai aku? Mungkin iya.
"Gimana kalau aku panggil Mas? atau Sayang, Hubby, Suamiku, Cintaku, Sayangku, My Lovely, My Honey, Sweety, Baby? " dia menutup telinganya dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya masih pada ponselnya.
Apa aku se berisik itu?
Itu karena dia tak mau bicara padaku, makanya aku mengoceh sendiri.
Terbesit sedikit rasa cemburu, tapi mungkin itu urusan pekerjaan yang mendesak, pikirku.
Tapi ini kan malam pertama kita, malam pernikahan kita. Bukan waktunya untuk mengurusi pekerjaan. Apalagi waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, itu tandanya sudah waktunya para umat manusia mengistirahatkan mata, jiwa bahkan raga.
Lagipula manusia mana pekerja kantoran yang masih mau bekerja di jam segini, di hari minggu pula. Otak dan hatiku mulai berdebat.
"Yaudah kalau kamu masih sibuk, aku tidur duluan gak papa, ya? Nanti kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu, bangunin aja. Aku stanby 27 jam kok buat kamu, oke? Selamat malam.. " pamit ku sebelum memejamkan mata.
"Ya, " akhirnya aku mendengar suaranya lagi setelah beberapa lama menunggu.
Aku tersenyum dengan mata terpejam, lalu mulai berdoa untuk tidur. Terserahlah dia mau apa, aku sudah sangat mengantuk rasanya.
Tapi kenapa rasa kantukku tak mampu membawaku terlelap?
Apa karena ini hari pernikahanku, malam pengantin ku? Dan pertama kalinya juga aku tidur dengan orang asing?
Aku merasa Adrian menggerakkan badan, ia berbaring disampingku dari posisinya yang semula bersandar.
Tak ada pelukan seperti pada kisah yang aku baca dalam novel, ataupun pada drama yang sering aku tonton. Ah, hidup percintaan ku memang hanya sebatas dalam novel dan drama.
"Ini dunia nyata, Vita. Come on!" seruku dalam hati.
Mungkin para penulis novel dan pembuat naskah drama itu terlalu banyak menghayal agar cerita mereka menjadi sweet. Pikirku jengkel sendiri karena yang kubayangkan tak sesuai dengan kenyataan yang kualami.
Pagi menyapa, aku melihat Adrian yang sudah berganti pakaian santai sedang menatap layar laptop di sofa, dan sesekali mengetik disana.
Aku benar-benar tak tersentuh!
Boro-boro kiss morning atau apalah itu namanya, sapaan saja tidak ada.
Aku menurunkan kakiku dari ranjang dan menghentakkannya kesal. Lalu berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu denga sedikit keras, terserah kalau dia kaget. Mungkin itu akan lebih baik karena dia akan menyadari keberadaanku.
Berendam dalam bathup berisikan air hangat, dan juga aroma therapy dari lilin membuat fikiranku kembali fresh.
Entah sudah berapa lama aku berendam, aku bangkit dengan keadaan segar dan perasaan yang lebih baik. Kusambar kimono yang tersusun di rak dan memakainya asal, lalu keluar begitu saja tanpa mengeringkan rambut terlebih dahulu. Sengaja.
"Morning, My Hubby.. " sapaku seraya duduk dan bergelayut manja di bahu Adrian.
Dia terjingkat kaget dengan kedatanganku, "rambutmu basah, " ucapnya pelan.
"Oh, maaf, " aku beranjak mengambil handuk kecil dan membungkus rambutku.
Kini terpampang lah nyata leher jenjang ku yang putih mulus tanpa cela, tak lupa aku duduk menyilangkan kaki hingga kimono yang kupakai tersingkap dan mempertontonkan pahaku yang seksi. Ditambah belahan dada yang juga ikut mengintip manja. Ingat, aku tak memakai apapun selain kimono itu.
Tujuannya tentu saja memancing hasrat kelelakian suamiku ini.
Hey hey.. ini pertama kalinya bagiku ya, aku mengesampingkan rasa malu. Hanya untuk mencari pahala bersama suami.
Tapi seakan dia buta, matanya sama sekali tak tergoda, meski aku sempat melihatnya menelan ludah gusar saat melirik belahan dadaku.
"Dasar murahan! Apa ini kebiasaannya selama ini. Cih! Ternyata kamu sama saja dengan wanita di luaran sana. Hanya dia yang berbeda, Vara, " batin Adrian menilai Vita saat sekelebat tadi lelaki itu melirik pada istrinya.
"Kamu pagi-pagi udah sibuk aja sih? Emang gak mau-" perkataanku terpaksa harus berhenti karena dia tiba-tiba memotongnya.
"Cepat pakai pakaianmu, kita sudah terlambat! " pengucapan yang pelan namun sarat perintah itu membuatku tertegun.
Aku memilih menurut untuk berganti pakaian, aku mengambil satu lembar dress dalam lemari dan menuju kamar mandi untuk mengenakannya.
"Vara.. " aku mendengar gumaman Adrian sesaat sebelum pintu kamar mandi benar-benar kututup.
"Siapa Vara? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
lidah nya keseleo spt nya Adrian, Vita jadi Vira, jauh banget 🤭
2025-01-13
0
Putri Minwa
💪💪💪
2023-07-17
0
Restviani
nah kan... siapa tuh vara??
2023-02-12
1