Bab. 4

"Kamu yang benar saja Made, aku ini Ratu Dunia. Kau memberikan aku kain bekas orang. Seharusnya kau membawa kain baru untukku. Kalau aku gatal-gatal setelah memakai kain itu apa kau mau tanggung jawab?" ketus Devaly membuang kain dan selendang ke tanah.

Aditya yang baru nongol mendengar perkataan Devaly menjadi heran. Dia tidak menyangka kalau Devaly akan bertingkah begitu. Ntah berapa ratus selebriti dunia pernah kesini, tapi tidak ada yang komplain. Hanya orang ini saja yang cerewet. Dari pertama bertemu dengan gadis itu Adit sudah tidak respek. Satu kata untuk Devaly SOMBONG!!.

Aditya akhirnya keluar menuju toko yang menjual pakaian khas Bali. Dia membeli kain dan selendang serta udang, sepuluh paket dengan segala corak dan warna.

"Akhirnya kamu mengerti dengan siapa kamu berhadapan. Aku Ratu Sejagat..dasar orang kampung." kata Devaly sinis menatap Aditya.

"Jangan diambil hati ucapan nona Devaly. Dia hanya mau memakai kain higienis dan belum pernah dipakai." jelas Basabi mengambil kain dari tangan Aditya sembari membagi kepada teman-temannya.

"Tidak apa-apa Basabi, aku sudah biasa menghadapi bermacam watak orang. Sepanjang yang dibicarakan masih wajar, tidak apa-apa. Kecuali dia memaki dengan kata-kata kasar baru aku akan meladeni nya."

"Trimakasih Aditya yang ganteng atas pengertiannya, tolong ajari kami memakai pakaian ini." ucap Basabi tersenyum manis.

"Made kamu yang menangani "mak lampir" aku yang lain." kata Aditya kepada Made dengan bahasa Indonesia. Made hanya tersenyum mendengar perintah bosnya.

Aditya membantu Rakhes memakai kain dan selendang. Setelah semua selesai memakai kain mereka baru diperbolehkan masuk kedalam, tapi belum boleh turun kepermandian. Hari ini sangat banyak pengunjung, trutama bule-bule dan artis lokal. Aditya mengajak mereka berteduh di pendopo.

"Kita duduk disini dulu menunggu giliran. Atau kalian boleh membuat konten di sebelah kanan, dengan latar belakang kolam ikan Arwana dan ada juga kolam ikan koi yang sangat besar berada disana." kata Aditya ramah.

"Kita ketempat lain saja, disini aku kepanasan. Tidak ada yang menarik perhatian, hanya orang yang percaya tahyul mau kesini." kata Devaly mulai kesal.

Dia merasa gerah berada di antara orang banyak yang hilir mudik. Raut wajah Devaly dari tadi sudah masam bibirnya cembrut, dia kurang senang ketempat-tempat kotor seperti ini. Tentu saja dia lebih senang ke Mall atau tempat mewah sejenisnya.

"Sabarlah nona, kita lagi ngantri." bisik Rakhes tidak enak dengan Aditya dan Made.

"Rakhes, jangan memaksaku, aku malas berada di tempat ini. Sudah bau, menjijikkan lagi. Orang idiot sepertimu baru cocok ngantri." pungkas Devaly dengan suara keras sehingga orang lain menoleh.

Mata Aditya berkilat tajam ketika mendengar penghinaan Devaly. Baginya Devaly sudah keterlaluan melecehkan tempat ini.

"Nona Devaly yang terhormat, anda cukup menolak kesini tanpa harus menghina. Pakai kara-kata yang enak di dengar. Disini tempat suci bagi kami, jika anda terus menghina jangan salahkan kami, kalau nona mendapat masalah."

"Aditya, kau berani mengancamku. Tidak ada yang bakal terjadi padaku. Otakmu yang kurang dicuci. Dasar kampungan, jangan merasa bangga di daerah sendiri."

"Sudah-sudah, kita balik. Damai dihati dan damai di bumi." Basabi menarik tangan Devaly mengajaknya melangkah ke tempat parkir. Devaly yang tidak puas terus mengoceh panjang lebar.

"Aditya maaf, mungkin nona Devaly sedang pms jadi bad mood."

"Kalau sedang datang bulan tidak boleh masuk tempat suci. Kalau memaksa akan kena celaka." kata Made ikut kesal.

Abisheka dan Rakhes tidak bisa berkata apa-apa, mereka juga tidak setuju kalau nona Devaly banyak bicara dan berani menghina, untung Aditya sabar.

"Aku merasa salah memilih tempat berlibur. Tidak ada istimewa, sampai manusianya ortodok." gerutu Devaly setelah berada di mobil.

"Bagaimana ini, apakah kita lanjut ke Pura diatas awan atau balik ke hotel. Kami tidak rugi apa-apa, yang rugi kalianlah." tanya Made menahan marah.

Sejujurnya dia kagum melihat Devaly yang cantik jelita. Ketika mendengar ocehan Devaly yang kasar, Made seketika ilfeel.

"Lanjut saja Made, jika Devaly tidak senang atau lagi pms cukup tidur di mobil. Kita jauh-jauh datang ingin membuat konten di permandian, Kesempatan itu lewat begitu saja. Destinasi yang kedua jangan sampai terlewatkan." kata Thasy ikut emosi.

"Oke aku akan di mobil. Daripada ikut kalian yang aneh-aneh lebih baik tidur. Aku Ratu Kecantikan Dunia, kalian harus mengerti posisi ku. Gimana kalau kulitku gatal atau rambutku kusut, aku nanti tidak dapat iklan."

"Terserah kamu Devaly, yang penting kamu tidak menyesal. Kami akan semua naik ke awan." ucap Kenny sambil mengambil minuman yang dibagikan oleh Made.

"Sama sekali tidak!!" tegas Devaly.

Perjalanan menuju ke Karangasem termasuk cepat. Jalannya lebar, bersih dan sepi. Paling yang lewat bus-bus pariwisata dan mobil truk pengangkut pasir.

Aditya menahan marahnya berusaha sabar dan tidak terpengaruh oleh hinaan Devaly. Apalagi saat ini mereka sudah sampai di tempat parkir Pura Lempuyang. Dia akan mengajak tamunya naik ke atas Pura, lewat tangga yang berjumlah 1.700 anak tangga.

Aditya berdoa dalam hati supaya dia bisa mengawal tamunya dengan baik sampai ke puncak. Dia mohon supaya perjalanan lancar tidak ada yang celaka.

Setelah tamunya turun dari mobil Aditya mulai menjelaskan supaya mereka jangan bertingkah laku yang tidak-tidak. Dia mulai wanti-wanti.

"Ini tempat peribadatan kami, aku harap anda semua mematuhi aturan yang berlaku disini. Semoga anda kuat naik ke atas. Jika ada niat akan terasa gampang." kata Aditya.

Made membagikan buku saku yang berisi cikal bakal Pura Lempuyang. Dan larangan yang harus ditaati dari masing-masing orang. Di buku saku itu sudah detail dijelaskan dan cara mudah menaklukkan puncak awan.

"Aditya, kau jangan jauh-jauh dariku. Kita akan berjalan berpegangan sampai puncak. Saat ini aku pasti butuh kamu." kata Basabi manja.

"Basabi kau sama Rakhes saja, aku butuh bantuan Aditya." kata Thasy memegang tangan Aditya yang kekar. Pria ganteng itu mengulas senyum serta memberi arahan yang benar untuk naik tangga.

"Aku tidak mau Thasy, kau sama yang lain saja. Aku tidak kuat naik tangga tanpa energi dari Aditya."

"Ciihh...norak, seperti apa saja!!. kalian seperti orang tidak laku. Malu ngerebutin orang kampung. Tidak level." ucap Devaly kembali naik ke mobil.

Devaly kesal melihat temannya pada nemplok ke Adit. Dia tidak mengerti apa istimewanya Aditya. Menang ganteng doang, tapi sopir travel. Dia nyesel datang ke pulau Dewata, sepi kecil dan orangnya primitif. Apalagi Aditya dari tadi mengacuhkannya. Made juga ikut tidak peduli padanya. Apa sih hebatnya naik ke atas awan, naik pesawat juga akan ada diatas awan. Memang sulit dengan orang kampung. Apalagi tangganya 1.700, bukan main banyaknya. Bisa-bisa kakinya putus. Lebih baik dia tidur di mobil daripada bunuh diri.

Devaly merebahkan tubuhnya. Baru saja kepalanya menyentuh bantal dia sudah bermimpi. Ada monyet besar ingin mencekiknya. Dia berlari sekencang-kencangnya, monyet itu tetap menemukannya. Dia memukul dan menendang monyet itu sampai tenaganya hampir habis. Setelah itu sang monyet melemparkannya ke jurang. Devaly langsung berteriak....

"Aagghhhh......."

Nafasnya memburu, cepat-cepat dia meloncat bangun. Rupanya dia mimpi ketindihan, mengerikan sekali sungguh menakutkan. Keringatnya membasahi tubuhnya. Dia berharap teman cepat balik atau ada orang yang datang untuk menemaninya, dia takut sekali.

"Brengsek semuanya, kenapa kalian lama sekali." gerutunya ketakutan. Bibirnya gemetar kedinginan.

Dia berdiri menuju kulkas. Ketika dia membuka kulkas, tiba-tiba lampu di dalam mobil semua menyala.

"Aagghhhh....kurang ajar, siapa kau berani mempermainkan aku. Setan kau." umpat Devaly mengambil pisau buah. Dia tidak melihat setan atau apapun kecuali suara musik dari audio mobil.

Devi menggeser pantatnya supaya tangannya bisa menggapai gorden mobil. Perlahan dia membuka tirai itu dan diluar gelap sekali. Rupanya mendung tebal dan anehnya hanya ada mobilnya saja terpakir disitu.

Tadi sebelum dia naik ke mobil dia masih melihat banyak mobil dan motor parkir disitu. Ada pedagang asongan menjual souvenir. Dan ada juga yang menjajakan kacang rebus, nangka, jagung rebus dan salak.

Kenapa tiba-tiba keadaan menjadi sepi begini. Pohon-pohon terlihat bergoyang keras pertanda anginnya sangat kencang. Devaly mengambil slayernya untuk menutupi badannya yang kedinginan.

*****

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

kamu takut devaly? makanya jangan sombong

2023-03-13

3

APRILIA

APRILIA

ketakutan sendiri ya😅

2023-03-06

4

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

wkwkwk dev dijulukin mak lampir sama adit

rasakan akibatnya dev kau menghina dan merendahkan lokasi itu sekarang ada yg gak terima kan siap2 nangis lari terbirit2 nanti

autor ya pernah ke bali kah kok pinter buat cerita ini hehehe

2023-02-27

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 101 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!