Ayu mengangguk, dirinya memang akan mulai masuk kuliah dengan Ningsih di salah satu kampus di Jakarta.
"Tolong!" teriak seseorang berlari ke arah mereka. Ayu dan Kiki yang melihat wajah panik seseorang yang berlari itu langsung menatap khawatir.
"Elo?!" tunjuk Ayu ke arah orang itu.
"Iya, gue yang ada di bawah tadi. Tolong, dong! Temen gue kakinya terkilir karena kesandung tadi, kita pada gak bisa urut dia," jelas Bambang dengan napas yang tersenggal.
"Kamu kenal dia?" tanya Kiki menatap Ayu.
"Ningsih, ini jeregennya ambil!" teriak Ayu yang langsung berlari ke tendanya. Setelah mengambil sesuatu Ayu kembali ke arah Bambang tadi.
"Ayo, tunjukin gue di mana temen lo itu!" perintah Ayu.
"Gue ikut!" tegas Kiki yang akhirnya ikut bersama dengan mereka.
Di atas tanah, sudah ada tiga orang yang duduk dan mencoba menenangkan Akhtar yang tengah kesakitan.
Ayu, Kiki dan Bambang yang baru datang langsung jongkok untuk melihat kaki yang sakit.
"Kakak yang bantu?" tanya Ayu menyerahkan minyak ke Kiki.
"Hehe, kamu 'kan tau kalo ilmu saya gak sedalam itu tentang kesehatan dan penanganan seperti ini," ujar Kiki dengan cengengesan.
"Malah pada ngobrol kalian! Kaki gue sakit, nih! Kalo mau ngobrol apalagi pacaran di tempat lain aja!" amuk Akhtar melihat Ayu dan Kiki.
Ayu langsung menatap dengan datar ke arah Akhtar, "Lo selain gak peduli sama lingkungan, ternyata gak peduli juga sama kesehatan lo, ya?" tanya Ayu berdiri dan membuat semua orang menatap ke arahnya.
"Yaudah kalau gitu, gue juga gak akan sudi peduli sama manusia kayak lo!" sambung Ayu dan pergi kembali dari situ.
Kiki dan mereka menatap punggung Ayu yang semakin jauh, Bambang menepuk keningnya, "Tar-tar, lo sih! Ngapain malah ngomong kayak begitu sama dia?" tanya Bambang mengepalkan tangannya merasa kesal dengan sikap Akhtar.
"Lo 'kan tau, di sini yang camp cuma mereka dan kita doang. Jadi, siapa yang mau bantu lo? Masa, lo kita gendong sampe turun nanti?" timpal Bayu.
"Tau, tuh! Lu ada-ada aja lagian!" Ahmad pun tak mau kalah menyalahkan sikap arogan Akhtar.
"Kalian kenapa pada nyalahin gue, sih? Lagian, gue juga bisa kok jalan. Gak perlu dibantu sama si paling pencinta alam itu!" jelas Akhtar dan mencoba berdiri.
Saat dirinya memaksakan untuk berjalan tanpa bantuan temannya yang masih setia jongkok juga duduk di atas tanah.
"Argg ...!" rintih Akhtar dan terduduk kembali karena merasa sakit di pergelangan kakinya itu.
Kiki yang masih ada di situ melihat pergelangan kaki Akhtar, "Ini harus segera diurut, kalo enggak bisa-bisa bengkak dan ada cairan," jelas Kiki dan menatap ke arah Akhtar yang menahan sakit.
"Lo emang gak bisa?" tanya Bambang.
Kiki menggelengkan kepalanya, "Emang di tim kami cuma Ayu yang bisa medis atau urut-urut kayak gitu," terang Kiki.
"Oh, jadi nama dia Ayu?" tanya Ahmad yang baru tahu nama gadis yang mereka sebut 'si paling pencinta alam' itu.
"Iya, nama dia Ayu. Yaudah, deh. Saya juga gak bisa bantu kalian, semoga kakinya bisa sembuh sendiri dengan doa, ya," pamit Kiki menepuk-nepuk tangannya agar tak ada tanah yang tertinggal.
Kiki pun pergi meninggalkan mereka, mereka hanya menatap punggung Kiki dan membuang napas kasar.
"Sekarang gimana?" tanya Bambang dan hanya dibalas dengan bahu terangkat oleh Bayu dan Ahmad. Sedangkan Akhtar, dia hanya diam.
Di tenda milik anggota Ayu, Ayu tengah menemani Ningsih yang sedang membuat cemilan katanya.
Hari juga sudah akan malam, nanti setelah melakukan salat Magrib baru api unggun akan mulai dihidupkan.
"Yu," ucap Kiki pelan dan duduk di samping Ayu yang tertawa dengan Ningsih.
"Iya, Kak. Ada apa?" tanya Ayu menoleh ke samping tempat Kiki berada.
"Kamu beneran gak mau bantu mereka? Ini udah hampir malam, lho. Kalau mereka masih di situ, gimana? Tenda mereka jauh dari situ," jelas Kiki yang ternyata begitu peduli dengan nasib Akhtar.
Bola mata Ayu berpaling dengan malas, "Biarin aja Kak! Lagian, manusia sombong kek gitu apa gunanya dikasihani?" tanya Ayu masih marah akan kelakuan Akhtar.
"Ada apa, sih?" tanya Ningsih mengerutkan kening dengan tangannya menggaruk kepala yang tak gatal.
"Tuh, orang yang tadi. Kaki temennya terkilir, mereka lompat-lompat atau kayang keknya mangkanya bisa terkilir gitu," ketus Ayu menjelaskan ke Ningsih.
"Lah, jadi gak kamu tolong? Kok, kamu sekarang jahat banget sih Ayu?" tanya Ningsih yang memang tak biasanya Ayu bersikap pendendam seperti ini.
Ayu yang terkejut dengan ucapan Ningsih langsung menekuk wajahnya, melihat ke arah Ningsih dan Kiki, "Dih, kalian kenapa liatin aku kayak gitu, sih?" tanya Ayu merasa tak melakukan kesalahan.
"Dah, ah! Aku mau kembali ke tenda aja, lagian gak mungkin mereka gak bisa menangani teman mereka itu. Kalo kalian mau bantu mereka, sono bantu aja!" sambung Ayu dan bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Kiki juga Ningsih.
Mereka menatap punggung Ayu yang masuk ke dalam tenda, "Tumben banget Ayu begitu, biasanya dia juga gak akan mau marah ke orang. Apa, tuh orang-orang tadi buat kesalahan yang fatal sama Ayu kali, ya?" tebak Ningsih menatap ke arah Kiki.
Sedangkan yang di tatap hanya menaikkan bahunya karena dia pun tak tahu apa yang dibuat oleh Akhtar geng dengan Ayu.
Fana merah jambu pun hadir, Ayu dan beberapa teman muslim lainnya melaksankan salat 3 rakaat dengan kilbat dibantu dari suatu aplikasi.
"Ayu, kamu gak khawatir kalo mereka masih di dalam hutan?" tanya Ningsih sembari berbisik.
Ayu yang tengah mengadahkan tangan langsung menutup matanya dan menyapu wajah dengan telapak tangan.
"Yuk, temenin aku cari mereka!" ajak Ayu dengan cepat melipat kembali peralatan salat travel yang dipunya.
Ningsih sumbringah, dengan cepat dirinya juga melipat peralatan salat. Kiki yang melihat ke arah mereka, "Mau ke mana?"
"Mau nyari mereka, Kak. Kakak mau ikut?" tanya Ayu yang sudah selesai.
"Ayo, biar saya temani!"
Sebelum pergi, Kiki memberi perintah pada rekan yang lain untuk menghidupkan api unggun lebih dulu.
Dengan bantuan senter di kepala, Ayu dan Ningsih berjalan lebih dulu sedangkan Kiki berada di belakang.
Untungnya, jalanan tak becek karena selama mereka camp di sini hujan tak turun dan hari begitu cerah.
"Itu mereka?" tanya Ningsih menunjuk ke arah seseorang yang duduk tak jauh dari tempat pertama kali Ayu dan Kiki menjumpai mereka.
Ayu mengangguk, mereka segera berjalan ke arah mereka yang sesekali terdengar menepuk badan memukul nyamuk.
"Tar, si penyelamat datang lagi," kata Bambang dan membuat semua orang yang sudah hampir putus asa menatap ke arah yang dimaksud Bambang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments