Di mulainya Ikatan

Sibuk mengagumi interior rumah seketika terhenti saat seorang wanita tua mendekatinya.

"Selamat datang, Darma? Bagaimana kabarmu? Apa kau lelah? Mari kita bersantai sebentar."

Wanita tadi bernama Darma dan sama-sama memiliki karir yang bagus dan sang nenek sengaja milihkan yang seperti Darma untuk cucu kesayangannya.

Darma adalah calon yang neneknya Alex pilih untuk di jadikan cucu menantu dan istri terbaik Alex.

Neneknya tidak tahu jika sebenarnya Alex akan mengecewakannya.

Di kantor sekarang Alex baru san selesai menandatangani beberapa berkas dan kini Beno datang ke hadapannya.

Dengan wajah yang tegang seperti biasa jika menghadap Alex, Beno pasti akan ketakutan. Itu karena aura kegelapan yang Alex punya bisa Beno rasakan sangat tajam.

"Dia Nayla, Putri dari pengurus kudaku sebelumnya dan ayahnya pernah bekerja dengan Garendra dan dia menggantikan ayahnya karena ia memilih mencari pekerjaan sambil memulai melangkah ke bangku kuliah," jelasnya menatap Beno setelah selesai membaca informasi yang di lempar didepan berkas yang ada di bawah tangan Alex.

"Iya Bos... Nayla juga dekat dengan Abdulah." Seketika Alex menatap dengan kerutan dahi, bingung sekaligus tak percaya.

"Apa... kenapa Abdulah itu." Bano tertunduk takut. Alex membentaknya seketika menenteng senjatanya keluar kantor tak perduli dengan tatapan panik Beno atau sampai ada yang melihatnya.

"Ah haduuh.. Bos, sabar dulu napa sih bos," ujarnya berbalik dengan wajah sedih dan paniknya.

Alexzavero Garendra jika sudah marah sulit sekali di hentikan kecuali, adiknya yang menghentikannya.

Tapi, tak ia tahu tentang Razefian sekarang dimana. Fian atau Ian pergi ke rumah sang paman dimana tengah ada acara dan memanggilnya untuk datang.

"Fiaan.." Sambutan dari sang bibi atau tantenya itu sangat hangat tapi, Ia sangat tahu apa yang mereka inginkan, yaitu tahta Garendra.

Ia sangat tak suka di panggil Fian, ia lebih suka di panggil Ian tapi, ibu-ibu itu selalu sesukanya, maksud Ian Tantenya.

"Iya, Tante."

Ketika akan memeluk Ian menjauh kan dirinya.

"Buat apa paman minta aku kemari, aku udah selesai kuliah langsung kemari," ujarnya ingin cepat-cepat menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan.

"Tidak bisakah kita duduk dulu, Fian."

Ian melirik sofa dan beralih duduk di sofa. Dengan wajah datarnya Ian mengeluarkan ponsel.

"Tunggu sebentar," ucap sang tante sambil berlalu pergi.

Seketika datang kembali tak lama membawa sebuah drone terbaru dan termahal dimana Ian suka sekali mengoleksinya.

"Tante tahu kamu suka ini, Bisa kamu terima tante gak maksud apa pun cuma mau kasih kamu hadiah." Jelasnya karena tahu tatapan dari keponakannya mengisyaratkan jika ini pasti sogokan untuk Ian meminta Alex membagi warisan.

"Maaf Tante, Ian gak mau, Ian bisa beli sendiri, lagi pula anak tante juga suka lebih baik kasih dia aja, Ian tahu kalo tante sama paman pasti lagi buat rencana baru lagi biar kakak kenapa-kenapa!" Sang tante tertegun. Sekaligus tak percaya.

"Razefian!" Sedikit keras memanggil nama.

"Kenapa Tante kaget? Tante gak pernah bisa keliatan baik banget berbuat baiknya ke ian karena ia tahu tante sama Paman itu orangnya gimana?" Sang tante kembali tak percaya jika ian mengatakan hal itu.

"Tante, Kalo sadar gimana Tante waktu gak mau nerima nenek di rumah Tante, seharusnya sadar juga gimana rasanya kalo ian gak nerima tante buat deketin ian biar apa yang tante sama paman mau itu tercapai."

Ian berdiri dari duduknya.

"Razefian Demureno Garendra." Suara itu datang dari sang paman yang berdiri di dekat tangga.

"Iyaa itu nama saya Paman..." ian yang menurunta kurang ajar seketika melangkah mendekat dengan cepat tapi, sang istri langsung menahannya.

"Loh.. bener kan Paman?" ian tersenyum lalu berjalan pergi.

Pamannya ada di kursi roda dan tak bisa berjalan setelah kejadian ia jatuh dari tangga dan di nyatakan jika lumpuh selamanya.

"Anak itu... selalu kurang ajar." Seketika istrinya menatap suamianya.

"Mas seharusnya sadar kalo mereka itu pemegang tahta tertinggi di Garendra kenapa kamu gak buru-buru ambil kesempatan itu sih."

"Kamu nyalahin aku, Kamu itu tantenya seharusnya kamu itu lebih berusaha lagi, kamu tahu warisan garendra itu bisa buat kamu kaya dan bahkan kamu gak akan miskin selama nama Garendra terus berdiri di tanah itu."

Keduanya menatap ia yang pergi dengan motornya keluar dari halaman rumahnya.

Sama-sama rumah mewah yang ada di desa yang bisa di sebut desa bisa juga di sebut desa pinggir kota.

Atau Desa dalam pembangunan.

Motor yang ian kemudikan melaju cepat dengan kecepatan normal melintasi aspal hitam dan basah yang jarang kendaraan lewat.

*

Didalam gudang Nayla masih terus membuka talinya dan seketika itu terbuka dan mencari besi untuk mencongkel pintu.

Hari mulai gelap di luar gudang tak terlihat jika waktunya sudah gelap.

Saat di congkel terlalu mudah Nayla merasa ganjil dengan keadaannya.

Seketika terbuka tak ada yang menunggunya.

Nayla langsung berlari pergi menjauh.

Pulang kerumahnya.

Saat telihat pintu rumahnya terkunci dengan gembok.

Loh semuanya kemana, batin Nayla.

Di Toko Abdullah ayah dan ibu Nayla disana dan sedang membicarakan Nayla. Satu perempuan seumuran Nayla sodara tiri lebih tepatnya.

"Kenapa dia selalu saja membuat masalah," ujarnya tak terima saat Abdulah memberitahukan jika Nayla berhasil kuliah dan mendapatkan surat panggilan untuk daftar di tahap ke dua.

"Iyaa itu benar yang putriku katakan." ujarbsang ibu dari gadis itu juga ibu Nayla.

Amela adalah ibu tiri Nayla juga ibu dari Zoya saudara tiri nayla.

"Aku bahagia akhirnya putriku bisa menggapai cita-cita nya."

"Kau tidak berpikir jika apa yang Abdulah lakukan itu terlalu berlebihan dan terus membantunya."

Amela menatap marah sang suami.

"Istriku, Nayla itu juga putrimu tak seharusnya kau terus mengutamakan Zoya dan Abdulah."

"Iyaa aku tahu, Nayla juga putriku tapi, Abdulah lebih baik bersama Zoya dari pada dengan Nayla yang terlalu bermimpi besar sampai lupa jika ayahnya itu sedang sakit dan butuh biaya berobat, tak uang Zoya saja yang di pakai untuk berobat ia juga butuh beli buku, juga jalan dan bermain dengan teman-teman nya ke mall."

Ayah Nayla juga ayahnya Zoya hanya bisa terdiam dan malas menanggapinya.

"Sudahlah Paman Bibi, Aku tak masalah dengan itu," ujar Abdulah dengan tenang dengan inti masalah ia Zoya dan Nayla

Tiba-tiba Nayla datang ke toko abdulah lebih tepatnya kedai.

"Huh.. atur nafas jangan beritahu kalo ada masalah." Nayla mengatur baju dan rambutnya yang berantakan. Lalu masuk kedalam kedai.

"Ayah.. ibu..."

"Zo..."

"Lihat bintang utama datang," ujar Zoya tiba-tiba Nayla langsung murung.

"Aku hanya menyapa, Zoya apa salah juga?"

"Tidak tahu tuh." Zoya acuh dan pergi menjauh dari sisi ayahnya.

"Kau datang nak."

Nayla mengangguk dengan senyuman manis menatap wajah ayahnya.

"Iya Ayah..."

Mereka tak boleh tahu apa yang terjadi tadi bahkan orang gila itu tak akan aku biarkan sampai datang keayah, dia bahkan hanya bersetatus orang Garendra bukan keluarganya, sombong sekali... awas saja kalo sampe bertemu lagi dengan ku saja tapi, akunkatai tepat didepan wajahnya, batin Nayla.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!