Nayla yang kembali lagi mengambil apa yang tertinggal di sepeda lalu membantu Abdulah merapikan toko untuk segera buka.
"Sebenarnya kau tak perlu kuliah Nay," ujarnya sambil meletakkan kotak tissu.
Lalu Abdulah menghentakkan dua vas bunga kecil diatas meja pelanggan.
"Tidak, Abdulah, itu sama sekali tidak mungkin, Kau tahukan aku sangat sangat ingin kuliah lalu menikah walaupun bekerja di kandang kuda menggantikan ayah itu lumayan hasilnya tapi, apa salahnya kuliah?"
Abdulah menoleh.
"Tidak... tidak salah, tapi kau bisa sambil mengurus ayahmu Nayla. Kau bisa kuliah tapi, kau tak bisa melewatkan beberapa kesempatan nanti saat Kau kuliah, masalah menikah bukannya kau seharusnya sudah ada calon dan tinggal menentukan tanggal."
Nayla mengerut keningnya. Heran!
"Kenapa... apa yang aku lewatkan, Aku bahkan tak perduli jika itu terlewat dariku berarti aku hanya harus melakukan apa yang aku inginkan bukan memikirkan yang lalu."
"Lagi pula apapun yang terlewat, itu bukan takdirku berarti."
Abdulah mengedikkan bahunya.
"Bijak sedikit tapi, keras kepala." Nayla menghela nafas mendengar ucapan Abdulah
Abdulah menghela nafas panjangnya membalas tatapan memelas Nayla.
Bagaimana bisa membuat Nayla percaya jika Abdulah bisa membantunya. Nayla mengartikan tatapannya, Apa?
Abdullah seketika murung dan menggeleng sambil mengambil lap di dalam lalu mengelap meja kasir.
Tiba-tiba ponsel Nayla berdering.
"Yaa.. Halo." Berjalan keluar dan berdiri didepan sebuah mobil jep mewah.
Di kandang kuda pengawas kandang menelpon Nayla dari kandang Tonic. Tanpa Nayla sadar saat mengangkat dan bicara di telpon ia sedang di foto diam-diam dan di tatap dua orang misterius dari dalam mobil.
"Kau bisa lihat Tonic sebentar Nay, Aku khawatir ini akan parah."
Nayla yang mendengar suara dari telpon hanya menatap bingung.
"Tapi, Apa Masalahnya Pak Yon, Bukannya tadi baik?"
"Nayla... Sebenarnya Tonic mengamuk entah kenapa dan itu membuat kakinya terluka sampai berdarah."
Nayla mengerjap matanya mengusap dahinya dan menoleh ke arah Abdulah yang masih mondar mandir meletakan kotak tisu dan vas bunga kecil diatas meja.
"Kenapa?" Tanya Abdulah saat Nayla selesai menelpon dan menatap wajah Abdulah sangat cemas.
"Aku harus pergi maafkan aku." Nayla menatap kecewa.
"Iyaa tidak masalah. Tapi, ada masalah apa lagi?"
"Itu.. aku harus pergi ke Kandang dan Tonic sedang tak baik-baik saja, Jika sampai ke Tuan muda tahu hal ini, akan menjadi masalah besar, sebelumnya tak seperti ini." Abdulah tersenyum memegang kedua tangan Nayla.
"Pergilah, lagi pula kuda itu selalu saja mau dimanja oleh mu sejak kau mengurusnya." Nayla tersenyum mengangguk dan seketika pergi dan saat akan menaiki sepedanya. Nayla berhenti di samping sepedanya. Abdulah mengangguk sambil tersenyum lalu tangannya melambai.
"Kukira kau akan nekat?" Ejek Abdulah yang melihat ban depan sepeda Nayla bocor. Nayla yang semangat langsung memasang wajah sedih di buat memelas. Abdulah menggeleng menghela nafasnya.
Nayla mencibir kesal lalu tersenyum tiba-tiba. Abulah hanya menatap geli.
"Biasa.. tambal bannya ya aku akan gunakan taksi untuk kesana, terimakasih Abdulah teman terbaik."
Sambil tersenyum lebar dan melambai.
Abdullah hanya bisa tersenyum dengan menatap, tatapannya sangat penuh arti yang dalam ia ingin Nayla melihat tatapan ini tapi, segera abdulah sembunyikan setiap Nayla akan menatapnya dengan baik.
***
Di meja makan dengan sarapan pagi masih sama Sang nenek dan satu cucu paling kesayangannya itu, masih mengobrol dengan riang.
"Kalo misalnya nenek yang bawa calon kamu kemari buat kamu nikahin gimana?" Alex tersenyum mengangguk.
"Apapun yang nenek lakukan pasti terbaik." Sang Nenek tersenyum manis dengan pujian cucu kesayangannya.
"Yaa baiklah, kau ingin seperti apa?" Seketika Alex terkekeh.
"Nenek pasti bisa menilainya sendiri karena untuk menjadi istriku juga harus menjadi cucu menantu untuk nenek bukan?"
Nenek menganggukkan kepalanya.
"Ada satu perempuan cantik di kota dia salah satu orang yang bekerja sama dengan perusahaan keluarga."
Alex menatap mata sang nenek lembut.
"Kau pasti menyukainya dan yaa... Kau harus pulang cepat saat Nenek membawanya untuk menginap disini, Kau bisa sayang?"
Alex mengangguk tersenyum tipis. Lalu Sang nenek menambah lebar tarikan senyumannya di wajahnya.
****
Sampai di kandang kuda Nayla langsung turun dari taksi dan Pak Yon sedang bicara dengan pengurus pakan kuda.
"Pak..." Panggil Neyla dengan wajah yang panik tapi, berusaha tenang karena ada orang lain selain pak Yon.
"Aa.. Ya Nayla... tunggu sebentar." Keduanya saling menghampiri dan Nayla menghentikan langkahnya saat pak Yon hampir mendekat.
"Mari ke arah kandangnya." Nayla mengangguk dan melangkah mengikuti Pak Yon didepannya.
Di Kandang kuda khusus kuda-kuda keluarga Garendra.
"Masuklah Nay.." Nayla langsung melangkah ke Tonic yang duduk dengan diobati dokter hewan.
"Kau kenapa... Apa ini sudah baik-baik saja?" Dokter tersenyum dengan pertanyaan Nayla.
"Tentu.. Dia hanya sedikit cidera mungkin emosinya sedang tak setabil. Kuda muda ini belum di ajak bermain sampai puas, lebih mudahnya dia sedang kurang moodnya."
Nayla mengangguk. Dokter pun tersenyum sambil berdiri dan keluar menghampiri Pak Yon lalu keduanya pergi.
Tinggalah Nayla dengan Tonic berduaan. Melihat kebagian bawah ternyata kaki Tonic benar-benar terluka.
Tonic sedikit lesu.
"Kau tak apa apa kah ini sangat sakit."
"Pak bagiamana bisa Tonic terluka dan ini cukup menyakitkan." Pak Yon menggeleng tak tahu harus bilang apa karena kenyataan ia hanya tahu ketika Tonic marah dan terluka penjelesannya sudah di katakan di awal.
Nayla mengusap kepala dan surai Tonic.
"Semuanya baik-baik saja tenang lah, aku akan bermain lama jika aku datang lagi besok untuk sekarang kau istirahat kuda tampan."
***
Selesai sarapan tiba-tiba Alex menerima pesan jika ada masalah dengan kuda kesayangannya.
"Nenek aku harus pergi, Terimakasih pembicaraan pagi ini."
Neneknya tersenyum mengangguk. Alex segera pergi tapi, sebelumnya ia mencium kening sang nenek dan pergi dengan diantar senyuman sang nenek.
saat Alex menghilang di balik pintu keluar ruang makan. Pelayan sang nenek datang membawa ponsel yang terlihat ada panggilan masuk dari layarnya.
"Nyonya, Nona Darma menelpon." Seketika itu senyuman sang nenek terbit sangat cerah.
"Yaa.. baik-baik aku akan mengangkatnya, kau bisa kembali bekerja." Sangat senang rasanya. Pelayan pergi Nenel mulai menanyakan sesuatu pada Darma.
"A...Darma... sayangku, bagaimana harimu, terlalu sibuk..."
"Yaa bisa tidak kerumah besok lusa menginap lah jika ingin nenek siapkan kamar untukmu, ini cara agar kau dekat dengan Alex."
Sang nenek membulatkan matanya terkejut lalu tertawa.
Alex yang baru saja keluar rumah terlihat begitu menakutkan untuk para pengawal yang sedang berdiri di depan teras rumahnya dekat mobilnya terparkir.
"Kalian berjaga dengan baik." Seperti sebuah perintah penuh ancaman dengan wajah yang sangat tegang seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments