"Kalau ikut kegiatan besok hati hati, kamu sangat ceroboh" pesan Randy.
"Iya papa.. lagipula Zein ikut kok, dia panitia" Yara mengedipkan mata genitnya. Randy mulai melotot melihat gaya putrinya.
"Iya papa tau. Kamu juga jangan bertingkah.. disana banyak laki laki" Randy masih begitu khawatir dengan putrinya.
"Papaaaa.. Yara sudah gede, mau kawin lho pa" Yara merajuk dan bergelayut pada lengan papanya.
"Apa itu kawin? memangnya ayam? Nikah dulu baru kawin" Protes Randy.
"Iihh papa, apa bedanya cobanya?"
"Sudah aahh mas, Anak kita sudah dewasa. Sudah mau 25 tahun lho" Bujuk Naya. Randy hanya menghela napas.
----
Randy baru saja selesai menghubungi Zein agar menjaga Naya dengan baik selama berada di camp. Randy tau betul berurusan dengan peserta diklat adalah hal yang sangat merepotkan dan juga Yara memiliki asma yang memang di turunkan dari Naya.
***
Di atas truk Mutia duduk di samping Zein yang tengah berdiri bersama Rival. Rival merasa jengah melihat Zein yang seolah begitu memanjakan Mutia padahal ada Yara sedang duduk di hadapannya. Rival mulai berpikir banyak pertanyaan dalam benaknya. Apakah Zein ini sedang mendua atau sedang mempermainkan Mutia dengan menduakannya, atau malah Yara yang di duakan.
-----
"Kamu memanjakan mutia sebegitunya apa tidak memikirkan perasaan Yara?" Tegur Rival.
"Mutia khan pacar saya bang" Jawab Zein sambil sesekali membantu menurunkan rangsel dan tas peserta diklat.
"Dasar kamu ini Zein" Rival meninggalkan Zein dan mengawasi kegiatan yang lain. Mata Rival menangkap pemandangan Yara yang tidak bisa menancapkan pasak dan tidak ada seorang pun yang membantunya.
"Kemana yang lainnya" batin Rival.
"Mana rekanmu? Kenapa kamu sendiri yang mengerjakan?" tanya Rival.
"Mereka sibuk dengan kegiatannya yang lain. Hanya aku yang tidak ada pekerjaan" Jawab Yara. Rival melihat Yara yang benar benar tidak bisa mendirikan tenda hingga sekian lama hanya menggesernya kesana kemari.
"Apa gunanya punya pacar kalau tidak bisa membantu" guman Rival.
"Siapa maksud pelatih?" Yara tidak mengerti
"Ya kamu.. Kamu hanya bisa diam saat pacarmu menduakanmu"
Yara sungguh tidak mengerti siapa pria yang di maksud oleh Rival.
"Mana mungkin pelatih Rival kenal dengan Tony" Batin Yara
" Hmm.. terima kasih ya atas bantuanmu saat itu" ucap Rival
"Bantuan apa pelatih?"
"Saya adalah orang yang kamu tolong, yang kamu temukan tertembak" jawab Rival.
Yara terkejut menutup mulutnya dengan kedua tangannya
"Oohh... Orang yang akan tuli dan mati saat mendengar suaraku?" Yara membelalakan matanya. Rival terkekeh geli mendengar ucapan Yara.
"Iya.. itu saya"
***
Yara sebagai panitia penyelenggara kegiatan tidak begitu mengikuti seluruh rangkaian acara karena sadar diri ia memiliki asma.
Udara malam begitu dingin di hutan pegunungan. Yara merasa dadanya sesak. Ia membetulkan jaketnya agar tidak semakin dingin. Yara membuka tasnya mencari inhaler tapi tidak ditemukannya, lalu ia berjalan ke tenda pelatih berharap bertemu dengan Zein untuk meminta pertolongan.
-------
Zein baru kembali setelah mengantar Mutia ke sungai sedangkan Yara sudah terengah engah menahan napasnya yang hampir putus.
"Pelatih Rival, kemana pelatih Zein?" Tanya Yara yang mulai memucat.
"Bukannya dia sedang patroli situasi di sisi kiri?" jawab Rival.
"Tidak ada pelatih, saya sangat butuh dia" Yara memegangi dadanya yang semakin sesak.
"Ada apa? biar saya bantu" Rival panik melihat ekspresi Yara. Tak berapa lama Rival melihat Zein datang bersama Mutia dengan candaan dan senyuman.
"Zein..saya tau mungkin kamu ini b******k, tapi membiarkan wanitamu sampai sakit seperti ini demi wanita lain itu sungguh keterlaluan" tegur Rival.
Zein pun melihat Yara yang mulai kambuh asmanya.
"Heh.. kenapa kamu bisa kambuh begini. Dimana inhalermu?" Tanya Zein pada Yara.
"Aku tidak membawanya, Kamu membawanya tidak?"
"Dasar ceroboh" Zein mulai gelagapan membongkar rangselnya berharap ada cadangan inhaler untuk Yara. Mutia pun ikut panik membantunya.
"Cepat Zein, Lihat Yara sudah kesulitan bernapas. Dia asma atau alergi dingin" Cecar Rival.
"Asma bang...." Jawab Zein gugup sambil tangannya merogoh semua saku rangsel. Akhirnya inhaler yang dicari ketemu juga.
Rival menyandarkan Yara pada dadanya dan memberikan inhaler tersebut.
"Kalian jelaskan, kenapa hubunganmu bisa serumit ini? Sumpah demi apapun aku ingin sekali menghajarmu Zein?" Rival sangat geram.
"Apanya yang rumit bang? Mutia ini memang kekasihku" Jawab Zein.
"Sudah bosan hidup kamu rupanya. Beraninya kamu bicara seperti itu di hadapan Yara yang tidak berdaya karena kamu" Bentak Rival.
"Yara ini bukan pacarku bang" Zein berkata jujur. Rival memegangi Yara tapi tangannya menarik kerah seragam Zein karena geramnya. Anggota yang lain ikut bingung bagaimana caranya menghentikan kedua atasannya yang sedang berselisih.
"Yara kakakku bang" Pekik Zein sambil menutup wajah dengan lengannya saat Rival akan melayangkan bogem mentah ke arahnya.
"Haaaahh? Ulangi!!!!" Rival melongo seketika
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
🦋 Jack and Jill 🦋
owh ini to asmanya turunan mamake, si zein minta dihajar
2022-10-07
0
Priatin Ningsih
Bang Rival,,,,Kena deh,,,, 🤭🤭🤭
2021-08-21
2
angelia nirwana
😂😂😂😂😂😂😂😂
2021-08-14
0