Part four

Raditya menggelengkan kepalanya begitu kuat. "Istri saya baik-baik saja. itu yang selalu dia katakan," tegasnya dengan suara bergetar.

Akhirnya, si perempuan tadi membatalkan niatnya untuk menyampaikan kondisi Riena berdasarkan disiplin ilmu kedokteran yang dia pelajari. Yang dia lakukan selanjutnya adalah melepas bandana kain yang menghiasai rambutnya. Lalu digunajannya kain itu untuk mengikat kuat bagian lengan atas Riena. Hal itu ia lakukan agar darah berhenti keluar.

Sesampainya di area parkir, sepasang suami istri itu kembali menawarkan diri untuk mengantar Raditya ke rumah sakit terdekat. Dalam kondisi khawatir dan panik, jelas mengemudi sendiri bukanlah solusi terbaik.

Raditya mengangguk pasrah. Yang terpenting saat ini, Riena bisa secepatnya mendapatkan pertolongan. Tidak peduli bagaimana pun caranya. Raditya menaruh harapan besar akan keselamatan jiwa Riena. Meski sejujurnya tubuh istrinya itu sudah menularkan hawa dingin, ia yakin---Riena tidak akan meninggalkan dirinya dengan cara sekejam ini.

Hanya memakan waktu tidak lebih dari lima belas menit. Sampailah mereka di depan pintu UGD di sebuah rumah sakit besar di Kota Denpasar. Tidak ingin lama-lama menunggu brankar, Raditya kembali menggendong Riena dan segera membawanya ke ruang UGD dengan dipandu seorang perawat. Raditya bahkan lupa mengucapkan terimakasih pada pasangan suami istri yang mengantarnya.

"Bapak silahkan menunggu di luar." Salah seorang perawat yang baru saja datang langsung meminta Raditya untuk meninggalkan ruangan. Bertepatan dengan itu, dua orang dokter memasuki ruangan tersebut.

Raditya tidak melawan atau memaksakan kehendak untuk bertahan di sana. Pria tersebut melangkah gontai menuju ruang tunggu UGD. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain pasrah. Sungguh Raditya tidak habis pikir apa yang membuat Riena nekat ingin mengakhiri hidupnya dengan berusaha memotong nadinya sendiri menggunakan pisau alat cukur.

"Ya Allah, jangan ambil Rienaku. Apa pun dosa yang dia perbuat, jadikanlah itu tanggungjawabku. Berikan aku sedikit petunjuk, apa yang membuat dia melangkahi kehendakMu. Aku mohon beri kesempatan kepada kami, untuk memperbaiki semua kesalahan bersama." Raditya tidak hentinya berdoa dalam hati. Tidak hanya sekedar untuk membunuh jenuh karena menunggu, melainkan juga demi ketenangan hati dan juga keselamatan jiwa Riena yang pastinya sedang berjuang antara hidup dan mati.

Detik demi detik berlalu begitu lama. Namun, tidak terasa penat, peluh dan lapar sedikit pun pada diri Raditya. Riena, Riena dan Riena. Hanya nama itulah yang memenuhi isi pikirannya.

"Keluarga pasien Riena," panggil salah seorang perawat berjenis kelamin pria yang baru saja muncul dari ruangan di mana Riena tadi berada.

Raditya buru-buru mendekat ke arah sumber suara yang memanggilnya. "Bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya, langsung karena sudah tidak sabar lagi.

"Kami akan memindahkan Bu Riena ke ruang ICU untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut. Kondisi beliau belum sadarkan diri sepenuhnya dan sangat lemah. Untuk lebih jelasnya, dokter yang akan menjelaskan pada Bapak. Mari ikut saya." Perawat tadi menunjuk sebuah ruangan di ujung bangunan UGD.

Raditya tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanggapi penjelasan dari si perawat. Pikirannya benar-benar tidak bisa diajak mencerna secara maksimal. Mendengar kata ICU, menambah kekhawatiran tersendiri pada pria tersebut. Di mana ruangan itu jelas dikhususkan untuk pasien dalam keadaan kritis dan butuh perawatan yang sangat intensif.

"Silahkan duduk, Pak," sambut dokter yang menangani Riena.

Raditya memaksakan senyumnya sembari mengangguk. "Terimakasih, Dok."

"Oke, langsung saja. Dari pemeriksaan awal yang kami lakukan, secara fisik bagian luar, selain luka sayatan di pergelangan tangan sebelah kanan, kami juga menemukan beberapa luka memar di beberapa bagian anggota tubuh pasien. Selain itu, ada lebam yang lumayan parah di bagian tengkuk pasien. Mohon maaf, saya harus menanyakan ini. Apa sebelumnya pasien mengalami kekerasan fisik?" tanya si dokter dengan sangat hati-hati namun penuh selidik.

Raditya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dahinya juga menggernyit. Tentu saja dia juga kaget mendengar penjelasan dokter. Antara percaya dan tidak. Karena sungguh dia tidak melihat satu pun luka yang disebutkan barusan. Selain jejak merah di pipi Riena, tidak ada lagi yang Raditya lihat.

"Anda yakin?" Kali ini dokter memberikan penekanan lebih. Meski profesinya bukan seorang penegak hukum, secara pribadi dia sangat peduli pada kasus-kasus kekerasan. Setiap kali menangani pasien dengan kondisi yang mencurigakan, hal pertama yang akan dia lakukan adalah menanyai keluarga pasien dengan sangat detail.

"Saya tidak sepenuhnya yakin. Yang pasti saya tidak melakukan kekerasan pada istri saya. Tidak akan pernah dan tidak mungkin saya sanggup melakukannya. Saya sangat mencintai dia. Hari ini, pernikahan kami genap lima tahun. Kami datang kemari untuk merayakannya. Istri saya ...." Raditya menjelaskan tentang kedatangan mereka yang tidak bersamaan. Lalu menjelaskan dengan detail perubahan sikap Riena ketika dia datang. Semua dijelaskan persis yang dialami. Tidak dilebih-lebihkan atau dikurangi.

Dokter menyimak penjelasan Raditya dengan seksama. Tatapan matanya lekat menatap mata pria yang tampak sangat jujur dan tulus di depannya itu. Tetesan air mata, suara bergetar dan hembusan napas berat yang tidak dibuat-buat, mengindikasikan lawan bicaranya tersebut tidak sedang memanipulasi keadaan.

"Apa yang harus saya lakukan untuk memastikan apa yang sebenarnya menimpa istri saya, Dok? Jika memang istri saya mengalami kekerasan, tentu saya harus mencari pelakunya. Saya tidak akan membiarkan siapa pun yang berani menyentuh istri saya lolos begitu saja. Tidak akan!" Sorot mata Raditya seketika berubah menjadi sorot kemarahan. Tangannya mengepal sempurna hingga buku-buku tangannya membiru.

"Setelah melakukan pertolongan pertama pada istri Anda, dokter umum yang menangani menghubungi saya karena menemukan beberapa luka yang tidak wajar. Jadi, bukan tanpa alasan saya ingin bertemu dengan Anda. Saya salah satu dokter forensik di rumah sakit ini. Berkenaan dengan itu, tentu yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah melakukan visum et repertum. Dimana kami tim dokter forensik akan melakukan pemeriksaan terhadap luka keseluruhan untuk memastikan jenis kekerasan seperti apa yang diterima istri Anda."

Raditya meraup wajahnya dengan kasar, air matanya kembali jatuh. Hanya membayangkan saja hatinya terasa sakit. Bagaimana jika benar adanya?

"Bagaimana? Apa Anda menginginkan kami melakukan tindakan visum et repertum? Dalam kondisi normal, seharusnya hal ini dilakukan atas permintaan penyelidik kepolisian. Tentu permintaan tersebut ada setelah korban melakukan pelaporan. Tapi melihat kondisi pasien sangat lemah dan sepertinya juga sedang sangat labil, ditambah lagi dengan keterangan Anda bahwa Anda baru saja datang dari luar kota. Jelas laporan kepolisian itu belum ada, bukan?"

Raditya menggelengkan kepalanya. Sungguh dia semakin tidak bisa berpikir. Yang terlintas di benaknya sekarang hanyalah sebuah harapan agar keadaan istrinya bisa pulih seperti sedia kala.

"Untuk saat ini, pasien masih berada dalam pengaruh obat penenang," tambah si dokter.

"Obat penenang? Kenapa sampai diberikan obat penenang, Dok?" Kekhawatiran Raditya semakin bertambah lagi.

"Seperti halnya yang Anda alami dan ceritakan tadi. Kami pun mendapatkan reaksi yang sama saat tadi pasien sempat siuman sebentar. Pasien langsung menjerit histeris dan meminta semua orang untuk tidak ada yang menyentuh dirinya. Dari beberapa pasien yang pernah saya tangani, dengan gejala dan perilaku yang kurang lebih sama seperti yang dialami oleh istri Anda, kecurigaan kami mengarah pada satu tindakan kekerasan."

"Tindakan apa itu, Dok?"

Terpopuler

Comments

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

yang nanganin langsung dokter forensik, merindinggggg

2023-02-17

0

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

Karena Riena nolak buat didekatin bahkan disentuh, makanya mas radit gatau 😭

2023-02-17

0

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

Gilaaaaaa ini pelakunya 👿👿

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!