Seperti biasa setiap pagi Aqilah selalu membuat sarapan, karena kalau tidak ia akan mendapat amukan dari Tante dan sepupu suaminya yang memang tinggal di sana, hanya Mama mertuanya yang tidak mempedulikan ia mau melakukan apa pun dan tidak pernah menegurnya.
Aqilah memasak sambil bersenandung, bahkan para pelayan di dapur selalu menggelengkan kepalanya saat setiap pagi Aqilah memasak sambil bersenandung.
Para pelayan berpikir apa otak dari istri Tuannya itu memang bermasalah.
Apa lagi setiap di marahi habis-habisan Aqilah masih tetap menampilkan senyum ceriahnya, tidak pernah mengeluh atau menangis, membuat para pelayan di sana selalu heran dengan sifat Aqilah.
Terlebih menurut pelayan Aqilah seperti Gadis kecil, walau pun usia Aqilah 24 tahun, tapi Aqilah selalu seperti Gadis 17 tahun.
Para pelayan selalu penasaran apa rahasia Aqilah yang selalu terlihat seperti Gadis remaja, jika Aqilah seorang model yang terlihat cantik para pelayan tidak akan pernah heran, karena seorang model banyak uang.
Namun sebagai seorang Aqilah mana bisa memiliki perawatan kulit yang mewah, apa lagi yang pelayan tau kalau Aqilah hanyalah orang miskin yang tinggal di kontrakan kumuh dulunya.
Aqilah selsai memasak, ia langsung menata makanya di meja dengan tersusun sangat rapih.
Setelah itu Aqilah pergi ke kamar untuk membangunkan sang suami, yang Aqilah tau suaminya ada jadwal rapat pukul 07.30WIB.
Walau pun suaminya tidak pernah mengatakan apa pun dan menganggap Aqilah adalah orang asing, bukan berarti Aqilah tidak tau apa-apa, ia selalu membayar sekretaris dari suaminya setiap harinya.
Aqilah mentransfer uang pada sekretaris dari suaminya dengan jumblah 2 juta rupiah.
Aqilah memang tidak pernah mempermasalahkan tentang uang, mengeluarkan 2 juta rupiah perharinya hanya untuk informasi tentang suaminya tidak akan membuat ia miskin.
Aqilah sudah sampai di kamar, ia langsung menggoyangkan tubuh suaminya.
"Wira bangun, kamu nanti telat."
Tidak ada jawaban dari sang suami, membuat Aqilah menggoyangkan lagi tubuh suaminya.
"Wira! Bangun!"
Kali ini Aqilah berhasil membangunkan Wira dengan suara tingginya.
Wira yang di usik oleh istrinya ia langsung duduk, matanya langsung menatap tajam pada sang istri.
"Apa tidak bisa sekali saja kamu tidak mengusikku?!"
"Tapi ini sudah pagi Wira."
"Apa karena semalam kamu bebas dari siksaan jadi kamu semena-mena?! Baik kalau kamu menginginkan siksaan pagi-pagi untuk sarapanmu!"
Wira langsung meremas rambutnya, ia langsung turun dari ranjang sambil menarik istrinya ke arah ranjang milik istrinya, lalu langsung ia hempaskan tubuh istrinya di atas ranjang.
Wira langsung mengambil tali untuk mengikat ke dua tangan istrinya.
"Wira, aku hanya membangunkanmu, aku bukan bermaksud mengganggumu, ini masih pagi tolong jangan siksa aku, aku masih belum sarapan apa pun."
Wira tidak peduli dengan ucapan dari istrinya, ia langsung mengikat istrinya, ia juga tidak peduli kalau istrinya sakit karena ulahnya atau apa, yang jelas ia harus melampiaskan kemarahanya karena tidurnya telah di usik oleh istrinya.
Wira langsung mengambil ikat pinggangnya, lalu langsung melayangkan cambukan pada tubuh istrinya.
"Aku tidak pernah tau kenapa kakek bisa menjodohkanku denganmu dan mengancamku kalau aku tidak menikahimu maka seluruh warisannya untukmu. Aku tidak tau apa yang di lihat oleh wanita bawel dan murahan sepertimu!"
Wira mencambuki istrinya sambil mengomel.
Bagi Wira istrinya adalah wanita murahan, bagai mana tidak murahan kalau istrinya selalu memakai celana hanya panjang satu jengkal tanganya dan kaos yang masih memperlihatkan sedikit perutnya.
Wira sudah berkali-kali menyuruh istrinya untuk memakai baju yang menutup lekuk tubuhnya dan celana seatas lutut, tapi istrinya masih sama, tidak pernah menggubris omonganya.
Itu membuat Wira merasa jijik pada tubuh istrinya, apa lagi saat istrinya menggodanya memakai lingerie, ia bahkan merasa lebih jijik lagi, berbeda denga kekasihnya yang selalu berpenampilan sedikit tertutup walau pun kekasihnya seorang model.
Pernah satu kejadian di mana Wira membakar semua baju istrinya dan berujung istirinya yang terus merengek layaknya anak kecil minta jajan.
Aqilah menerima cambukan itu dengan bibir tersenyum, jangankan menangis merintih kesakitan saja ia tidak.
Bukan Aqilah mati rasa, ia sangat merasakan perih di tubuhnya yang sudah merasa memar di sekujur tubuhnya, tapi ia tidak pernah menujukan kelemahanya pada siapa pun itu.
Selama penyiksaan itu di lakukan, Wira belum pernah melihat air mata sang istri atau rintihan kesakitan dari istrinya, yang Wira lihat adalah senyuman ceriah dari bibir istrinya.
Bahkan saat pertama Wira melakukan kekerasan, ia berpikir kalau istrinya itu sangat tidak waras, seumur hidup ia belum pernah melihat ada wanita sekebal istrinya dan seberani istrinya.
Selama ini jika Wira sudah menatap tajam pada orang-orang mereka akan ketakutan, tapi istrinya sama sekali tidak merasakan takut.
Saat itu Wira sampai menggoreskan pisau di lengan istrinya, tapi tetap sama istrinya tidak pernah menangis.
"Kapan kamu akan meminta bercerai wanita murahan?! Hanya kamu orang yang bisa melakukan perceraian!"
"Tunggun sampai 3 tahun, bahkan tidak sampai perjanjian yang di buat oleh kakekmu yang terus memperistriku hingga 5 tahun, baru berpisah jika ke duanya tidak ada kecocokan. Aku hanya butuh waktu 3 tahun. Setelah 3 tahun kamu bebas dariku dan aku juga akan melanjutkan kehidupan normalku."
Aqilah menjawab ucapan dari suaminya sambil tersenyum lebar, matanya masih sama, menampilkan mata yang berbinar seoalah-olah penyiksaan dari suaminya adalah kebahagiaannya.
"Wanita gila!"
Setelah mengatakan itu Wira langsung melempar ikat pinggangnya lalu langsung berlalu ke arah kamar mandi karena ia baru ingat kalau pagi ini ada rapat.
Sedangkan Aqilah hanya menghela nafas berat, ia menatap langit-langit kamar itu, seakan-akan ia tidak pernah bosan menatap langit-langit kamar itu.
Langit-langit kamar berwarna hitam, sedangkan cat dindingnya berwarna putih.
Menurut Aqilah cat di kamar suaminya adalah arti sifat dari suaminya yang jahatnya hanya setengah hati dan baiknya hanya setengah hati.
Setelah 30 menit Wira keluar dari kamar mandi, ia langsung mengganti pakaiannya dengan stelan jas, lalu langsung merapihkan rambutnya.
Setelah itu Wira langsung mengambil tas untuk pergi ke kantor, sebelum meninggalkan kamar Wira melihat ke arah istrinya yang sedang menatap langit-langit, itu membuat Wira menghela nafas panjang.
Wira pikir istrinya itu akan menangis setelah ia pergi, ia pikir istrinya itu pura-pura kuat dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa hanya di depannya saja, tapi nyatanya memang istrinya itu tidak bisa menangis.
Seolah-olah cambukan dari Wira itu tidak berasa apa-apa di tubuh istrinya
"Aku tidak akan membuka ikatanmu, anggap saja itu hukuman untuk wanita sepertimu!"
Setelah mengatakan itu Wira langsung keluar dari kamarnya.
Aqilah hanya menganggukan kepalanya, ia sudah hapal dengan suaminya yang tidak pernah membuka ikatannya.
Ikatanya akan di buka oleh asisten pribadi suaminya, jadi bagi Aqilah sudah tidak terkejut lagi.
Wira langsung mendekati asisten pribadinya yang sedang duduk di sofa.
"1 jam lagi kamu lepaskan ikatan Aqilah, jadi pagi ini tidak perlu mengantar saya ke kantor, saya akan membawa mobil sendiri."
"Baik Tuan."
Setelah Wira pergi Aldo menghela nafas beret, entah apa lagi yang di lakukan oleh Aqilah sampai-sampai tuanya itu memberikan siksaan di pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fenti
aku mampir 😁
2023-05-05
0
Fenti
resepnya dong Aqila 😁
2023-05-05
0
🤗🤗
seru
2023-04-10
0